"Astaga!" Detik itu juga, Vladimir memegangi jantungnya. "Vlad!" Morzevich berteriak saat Vladimir kehilangan kendali atas kesehatannya. Morzevich berdiri, lalu mengusap bahu Vladimir. "Bertahanlah!" Usai berkata demikian, Morzevich berteriak memanggil para penjaga. "Penjaga! Cepat bawa Vladimir ke kamar! Dan kau, Shura!" Morzevich membulatkan matanya. Dia panik. Ya, sungguh panik. "Panggilkan Dokter keluarga Romanov!" "Baik, Nyonya Besar." Shura meraih ponsel dari saku. Sedangkan satu orang penjaga mendorong kursi roda yang baru saja diambilkan oleh Leonid. "Hati-hati!" Leonid berseru mengingatkan para penjaga. Sementara itu, Morzevich melangkah mengikuti suaminya sambil melirik Viktor tajam. 'Apakah aku baru saja berbuat satu kesalahan fatal sehingga membuat Kakek seperti ini? Malam Natal yang seharusnya indah dan damai, kini hancur karena ulahku. Tuhan, apa yang sudah aku lakukan kepada Kakek?' Hati Viktor terluka ketika melihat Vladimir mengaduh kesakitan. Dia juga te
Boris tersudut. Tidak ada yang bisa dilakukannya, bahkan berlari sekali pun tak akan bisa. "Tuan Muda, tolong jangan seperti ini! Mari bicarakan baik-baik!" "Kau terlalu munafik. Ajakanmu barusan tidak berlaku lagi bagi saya." Viktor masih bersikap tenang. Dia mengeluarkan cerutu dan membakarnya. 'Aku sudah menjawab pertanyaan Tuan Muda. Lalu, mau apalagi dia sekarang?' Boris membatin sambil menerapkan sikap waspada. "Jadi, Anda ingin mengatakan sejujurnya atau tidak, Dokter?" Viktor menikmati cerutunya. Dia menatap Boris dalam-dalam. "Viktor, hentikan!" Leonid berlari dari arah belakang Viktor. Sang tuan muda tidak menoleh ke belakangnya. 'Sial! Untuk apa Leon datang ke sini? Mengganggu kesenangan ku saja.' Viktor geram. Dia mengutarakannya di dalam hati. "Viktor, Nenek mencarimu." Viktor tidak menggubris ucapan Leonid. Dia terus menikmati cerutunya. "Cepatlah, Dokter! Saya tidak memiliki banyak waktu lagi." Boris dan Leonid terkesiap. Keduanya terdiam ketika Viktor ber
Viktor bergegas pergi bersama Leonid. Sedangkan Boris hanya bisa menatap kepergian mereka. "Apakah aku salah karena telah membocorkan rahasia Tuan Besar? Namun, aku tidak memiliki pilihan lain lagi." Boris menundukkan kepala menatap puntung cerutu Viktor di lantai yang dibuang sang tuan sembarangan. "Aku gugup. Aku tak berdaya jika berhadapan dengan Tuan Muda Viktor. Karena dia sungguh mengerikan." Boris bergidik ngeri. Dia mendekap erat tas kerjanya, lalu pergi dari sana menuju parkir mobil. Sementara itu, Viktor dan Leonid berjalan menuju pintu samping tempat Viktor dan Vladimir berkelahi tadi. "Aku pikir, kau pergi mengobati lukamu. Namun nyatanya, kau justru pergi mengancam Dokter Boris." "Sejak kapan dia menjadi Dokter keluarga Romanov? Mengapa saya tidak mengetahuinya?" Viktor dan Leonid melangkah menuju ruang tidur utama mansion Romanov. Keduanya menghentikan langkah. "Sejak kau ditemukan, Viktor. Apakah kau tidak tahu?" "Astaga! Sampai kapan saya harus menahan diri me
Morzevich lantas meletakkan kepalanya di dada Vladimir. Viktor masih terkejut. "Apakah kau tidak ingin bicara dengan Kakek mu, Viktor?" Morzevich melirik Viktor yang tampak enggan berbicara dengan suaminya. "Saya akan kembali ke kamar sekarang dan beristirahat." Viktor berdiri, lalu membungkukkan badan. "Selamat malam dan selamat hari Natal untuk Anda berdua. Semoga Tuhan memberkati dan memelihara Kakek dan Nenek. Amin." Viktor pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban tuan dan nyonya besar keluarga Romanov. Dia melangkah menuju pintu ruang tidur utama. "Sudahlah, Vlad! Biarkan saja dia!" "Kau selalu saja membela Cucumu yang kurang ajar itu." Morzevich kembali duduk dengan anggun dan dengan senyum manis yang merekah di bibirnya. Dia menatap lembut wajah Vladimir sambil mengusapnya. "Kau tahu? Kelakuan Viktor mengingatkan aku kepada mu ketika kau seusia dengannya. Maka, itulah yang membuatku selalu membelanya." Vladimir pun tersenyum. Dia meraih tangan Morzevich, lalu mengecup
Viona bertanya-tanya di dalam hatinya sendiri. Ya, dia sedang berdiri di hadapan Galana dan Davidoff bersama beberapa orang lainnya. Bukan tanpa alasan Viona berada di sana. Namun, demi tugas yang diberikan oleh Vasili kepadanya atau hidupnya akan berakhir dan membusuk di penjara. "Oh, Nyonya! Pintu ruang gawat darurat terbuka. Mungkinkah itu adalah Nona Zoya?" Seperti perkataan Viona barusan, pintu ruang gawat darurat rumah sakit St George Aleksander terbuka lebar. Muncul 3 perawat pria mendorong brankar dengan sangat berhati-hati. "Oh, Zoya sayang!" Galana berseru ketika melihat putrinya terbaring lemah di atas brankar. Wanita tersebut mendekati puterinya sambil mengikuti para perawat. "Kalian akan membawa anak saya ke mana?" Davidoff bertanya tegas kepada perawat. Namun, tak ada yang berani menjawabnya hingga seorang dokter wanita ke luar dari ruang gawat darurat. "Apakah Anda adalah orang tua korban?" Seorang dokter wanita bertanya dengan raut wajah tegang. Dokter tersebut
"Hal lain lagi? Apa itu, Caleb?" Yeva dan Caleb berdiri di samping ranjang Gennadius. "Yeva, bantu saja bersandar!" Yeva dengan cekatan membantu Gennadius bersandar. "Nona Zoya gagal melarikan diri. Mobil yang ditumpanginya bersama Lada mengalami kecelakaan." "Apa?!" Betapa terkejutnya Gennadius mendengarkan penuturan Caleb. Pria tua itu memegang jantungnya yang mulai terasa sakit. "Tuan Besar, Anda harus bertahan!" Yeva berteriak begitu melihat Gennadius kesakitan. "Tuan Besar!" Caleb memanggil tuannya dengan panik. "Tuan Yeva, berikan Tuan Besar obatnya!" Yeva bergegas mengambil obat untuk Gennadius beserta air mineral. "Minumlah, Tuan Besar!" Setelah merasa kembali tenang, Gennadius meminta Caleb untuk melanjutkan penjelasannya kembali. Sebagai Tuan Besar keluarga Konstantin, dia tentunya ingin mengetahui kejadian yang menimpa cucu kesayangannya. "Lanjutkan. penjelasan mu, Caleb! Saya harus mengetahui segala sesuatu yang terjadi di keluarga ini atau leluhur akan kecew
Gennadius menjauhkan benda canggih tersebut dari daun telinganya. Dia menaikkan kacamata, lalu mengusap air mata yang berhasil lolos dari rongga matanya. "Kakek, apakah Anda masih di sana? Apakah Anda baik-baik saja?" Gennadius mendengar Viktor bertanya, tetapi tidak langsung menjawabnya. "Kakek, saya akan menghubungi Fang dan memintanya untuk kembali bekerja. Anda jangan khawatir! Saya akan segera menyelesaikan urusan saya di sini dan bagaimanapun juga, Zoya adalah Istri saya. Sampai kapan pun akan selalu seperti itu." Gennadius selesai mengusap air matanya dengan tisu kering. Dia kembali berbicara dengan Viktor. "Berapa lama lagi kau berada di Moskow, Viktor?" "Tidak akan lama. Sebelum musim dingin berakhir, saya pastikan datang menemui Zoya dan Kakek. 'Sebenarnya kau bisa mengerahkan anak buah untuk mendapatkan bukti yang diinginkan. Mengapa kau menyulitkan dirimu sendiri, Viktor? Tidak adakah sedikit pun rasa khawatir di dalam dirimu?' Gennadius tidak habis pikir dengan isi
Fang terkejut. Dia tidak bisa menolak perintah Maksim. Namun di sisi lain, Fang ingin tetap berada di sisi Xandrova. Sang bodyguard Xandrova tersebut pun menatap Viona untuk mencari pembelaan. 'Astaga! Posisiku sungguh sangat sulit. Bagaimana aku bisa menempatkan diri di pihak Tuan Muda Viktor tanpa ketahuan oleh siapapun?' Viona berpikir sejenak sebelum menjawab tatapan Fang. Dia memberanikan diri untuk membuka mulutnya. "Tuan Maksim, bukankah Anda memiliki seorang Asisten? Anda bisa meminta bantuannya, bukan?" Maksim tersenyum miring saat Viona menatapnya. 'Sepertinya wanita ini menantangku! Hmm, menarik!' Maksim tahu dan mengerti bahwa Viona sedang mencoba menentangnya. Dia tidak akan tinggal diam dan membiarkan Viona menang atas dirinya. "Nona Viona, Anda sungguh berani." Maksim mendekati Viona dan berbisik di telinga wanita itu. Kemudian, melangkah pergi menuju sofa. "Terima kasih, Nona Viona." Fang membisikkan ucapan terima kasih kepada Viona. Dia tahu bahwa wanita yang