'Apa yang sedang dipikirkan oleh Tuan Muda? Menambah penjagaan pun tidak akan cukup jika Tuan Maksim sudah menguasai Mansion keluarga Konstantin. Bahkan Tuan David pun kalah dengannya.' Vasili membatin seolah tahu situasi yang terjadi di mansion keluarga Konstantin. "Itu tidak akan maksimal, Tuan Muda. Namun, saya akan tetap berusaha semaksimal mungkin." Viktor tahu bahwa ada keraguan yang tersirat di jawaban Rurik barusan. "Kalau begitu, saya akhiri pembicaraan sampai di sini." "Baik, Tuan Muda." Viktor mengakhiri percakapannya dengan Rurik. Dia menyandarkan kepalanya sejenak. "Astaga! Apakah saya sudah melakukan hal yang benar?" "Tuan Muda, apakah Anda tidak akan datang menjemput Nona Zoya? Dan, Tuan Besar Gennadius?" "Pertanyaan bodoh macam apa itu, Vasili? Tentu saja saya akan menjemput mereka. Bahkan saya sudah menyiapkan berbagai rencana untuk menyerang Paman Lenin dan Maksim. Saya tidak akan mengampuni mereka untuk kali ke-2." 'Tuan Muda memang luar biasa. Dia memiliki
"Bukankah Kakek berkata setelah makan malam? Ada apa ini? Apakah semua ini keinginan Nenek?" Dan sekali lagi, Darya mengangguk. "Vasili, berjagalah! Saya akan ke ruang makan sekarang." "Baik, Tuan Muda." Vasili membungkukkan badan ketika Viktor melewatinya. "Tunggu, Tuan Muda!" Darya berjalan beberapa langkah mendekati Viktor sambil melepaskan kalung salib di lehernya. Ia lantas memberikannya kepada Viktor. "Terimalah hadiah kecil dari saya, Tuan Muda! Pelayan tua ini ingin Anda selalu berada di dalam lindungan Bapa di surga." Viktor membiarkan Darya meraih tangannya guna memberikan kalung tersebut. "Terima kasih, Darya. Saya akan selalu mengingat kebaikan hati Anda." Viktor memeluk pelayan masa kecilnya dengan erat untuk sesaat. Viktor tersenyum ketika Darya menatapnya. "Berhati-hatilah, Tuan Muda!" Viktor mengangguk ketika Vasili berseru memperingatkannya. "Saya akan menemui Kakek dan Nenek sekarang." Viktor berjalan menuju ruang keluarga sambil memakai kalung pemberian
Maksim mengecam perkataan dan sikap Morzevich di dalam hati. Sungguh demi apapun, harinya telah tertutup rasa benci yang teramat dalam. Morzevich berjalan menghampiri Anne. Wanita elegan itu mengangkat gaun malamnya agar bisa berjalan dengan baik. Ya, Morzevich selalu saja terlihat anggun mengenakan apapun. "Apakah kau tidak tahu, kelakukan busuk Suami dan anakmu, Anne? Sebagai seorang Istri dan Ibu, kau telah gagal menjaga dan membangun keluarga dengan baik." Morzevich berkata dengan ketus kepada Anne. Tidak hanya itu, dia juga melemparkan pandangan merendahkan kepada istri dari Lenin tersebut. "Ah! Apakah itu benar, Lenin?" Anne berdiri menatap Lenin. Dia merasa tidak berguna dan rendah di hadapan Morzevich dan Vladimir. 'Sebenarnya, apa yang telah dilakukan Lenin dan Maksim? Apakah mereka berdua ketahuan korupsi di perusahaan Romanov? Atau mereka melakukan kudeta untuk menurunkan posisi Papa dan gagal? Kenapa mereka menjadi ceroboh seperti ini? Mengapa Lenin dan Maksim tidak m
Anne menggerutu di dalam hati. Dia kembali menatap Morzevich yang tidak mengindahkan ucapannya sejak tadi. "Percuma kau menyembah saya! Karena saya sama sekali tidak respect dengan kalian lagi. Karena sekarang bagi saya, kalian sudah mati." 'Ya, kalian sudah mati sama seperti anak kandung saya yang kalian bunuh beserta Yekaterina.' Morzevich melanjutkan kalimatnya di dalam hati seraya menepis tangan Anne dari pahanya. 'Aku sangat menyesal. Mengapa tidak sejak dulu saja aku menghabisi nyawa Viktor bersama dengan kedua orang tuanya? Namun jika ada kesempatan lagi, aku akan mengantarkan nyawanya ke neraka tempat di mana kedua orang tuanya berada."' Lenin membatin sambil melemparkan senyuman palsu dan Viktor menyadari hal itu. "Shura, cepat bawa mereka semua keluar dari sini! Pastikan mereka berada di jalanan!" Morzevich kembali berseru kepada sang kepala pelayan. Ia menatap sinis Anne. "Tentu saja, Nyonya." Leonid bangkit dan menghampiri Maksim yang masih dipegangi oleh beberapa
Viktor menghentikan hasratnya untuk terus menghajar Lenin. Dia tidak ingin Lenin meregang nyawa dengan cepat tanpa menyiksanya lebih dulu. "Berhentilah, Viktor! Kau tidak ingin dicap sebagai seorang pembunuh, bukan? Biarkan saja dia menerima kekalahan hari ini. Semoga saja Tuhan memberikan cahaya di hidupnya." Vladimir menepuk pundak Viktor dan mencoba membesarkan hati sang cucu. Viktor pun mengangguk dan mengikuti saran Vladimir. "Shura, bawa mereka pergi sekarang dan pastikan mereka keluar dari mansion ini!" Vladimir kembali memegang kendali. Ia menatap Lenin yang babak belur usai dihajar oleh Viktor. "Baik, Tuan." Shura membungkukkan badan di hadapan Vladimir. "Ayo jalan!" Shura berseru dengan nada tinggi hingga membuat Anne terkejut. "Lancang sekali kau, Shura! Saya akan memperlakukanmu sama seperti ini ketika kami kembali ke rumah ini." Anne berkata sambil berjalan meninggalkan ruang keluarga bersama 2 orang penjaga. "Maka janganlah bermimpi terlalu tinggi, Nyonya. Kare
Suara Maksim menghilang menunggu Feliks bergantian berbicara. "Ya, saya tahu. Namun, apakah Anda lupa jika saya sedang berada di St Petersburg mengurus pengalihan harta keluarga Konstantin, Tuan Muda?" 'Astaga! Bisa-bisanya aku lupa Feliks sedang berada di St Petersburg. Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang?' Maksim bertambah bingung. Dia kembali memutar otaknya. "Tuan, Anda menghubungi saya memakai ponsel siapa?" "Ponsel orang lain. Dia seorang wanita, Feliks." Maksim menjawab sambil melirik wanita pemilik ponsel yang sepertinya sedang menunggu seseorang. "Mengapa Anda tidak menyewa apartemen saja untuk bermalam, Tuan Muda?" "Jika ada uang, saya tidak perlu repot-repot menghubungimu, Feliks. Oke, saya tidak bisa berlama-lama menghubungimu. Saya akan kirimkan lokasi terkini dan saya akan menunggu bantuan mu, Feliks!" Maksim tidak memiliki rencana lagi. Dia tidak hapal nomor telepon semua orang yang menjadi pengikutnya dan pengikut sang papa di kantor. Namun, Maksim tidak pu
Viona berkata dengan sangat sopan. Dia juga tersenyum ketika melihat Anne menatap ke segala arah berusaha mengenali di mana dirinya berada saat ini. "Lenin, bukankah ini sebuah penthouse?" Anne bertanya kepada sang suami. Sebagai salah seorang member sosialita, Anne tentu saja tahu tempat tinggal mewah di ibukota Rusia ini. "Benar sekali, Nyonya Anne. Di sinilah Tuan Davidoff tinggal jika sedang berada di Moskow, Rusia." Viona membenarkan dugaan Anne sembari tersenyum. Lenin tampak malu karena tidak pernah mengajak istrinya pergi ke tempat-tempat mewah seperti ini. "Apakah Mama pernah datang ke tempat seperti ini?" Maksim membukakan pintu untuk Anne. Sang mama pun tersenyum. "Tentu saja. Nenek mengajak Mama ke sini ketika menghadiri perkumpulan para Istri dari keluarga konglomerat Rusia, Maksim." Penthouse yang terletak di seberang Kremlin ini memang memiliki harga yang sangat mahal karena lokasinya yang strategis. "Letak penthouse ini berada di gedung yang sama dengan Four Se
Sementara itu, di kediaman keluarga Romanov makan malam berjalan dengan sangat tenang. Tidak ada lagi perselisihan di antara sesama anggota keluarga. Morzevich pun dapat tertawa lepas dan terlihat bahagia. Namun, siapa yang tahu akan hati kecilnya? "Saya sudah selesai makan. Terima kasih untuk makan malamnya." Viktor berkata dengan sopan. Dia menatap Leonid yang masih sibuk mengunyah hidangan penutup. "Kau makan banyak sekali, Leon. Sudah berapa lama kau tidak makan?" Viktor terheran-heran melihat Leonid yang tampak rakus. "Aku tidak pernah makan setenang ini selama tinggal di sini bertahun-tahun. Kau tahu? Tuan Lenin dan Istrinya selalu membuat selera makan ku hilang." Viktor penasaran, mengapa Leonid hanya menyebutkan 2 nama saja. "Lalu, ke mana Maksim? Apakah dia jarang sekali makan bersama di sini?" "Ya. Tuan Muda Maksim jarang berada di mansion jika tidak dipanggil pulang." Viktor mengerti ke mana arah pembicaraan Leonid. "Viktor, besok Kakek tidak ke kantor. Kau pergi s
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn