'Siapa yang akan dihubungi oleh Tuan Muda Viktor? Dan, aku benar-benar tidak ingin mati dalam keadaan mengenaskan seperti ini! Tuhan, aku belum jujur pada diriku sendiri jika aku menyukai Marina. Namun, aku juga menginginkan Veronika. Jangan biarkan aku mati dalam keadaan belum menikah dan menikmati keindahan surga dunia!' Vasili tidak berhenti mengutarakan isi hatinya seorang diri. Sesekali, Vasili membuka dan menutup kedua matanya. "Mengapa kau sangat takut, Vasili? Untuk seorang bodyguard sepertimu, bukankah situasi seperti ini adalah hal yang biasa?" "Ah, tidak! Saya tidak takut apapun, Tuan Muda." Vasili terpaksa membuka kedua matanya lebar-lebar. 'Bagaimana aku tidak mencemaskan diriku jika Tuan Muda menyetir di atas kecepatan rata-rata seperti ini? Padahal sekarang kami bukan berada di jalan bebas hambatan.' Lagi, Vasili terlihat cemas. Viktor pun tertawa. "Ha! Ha! Ha!" "Halo, Tuan Muda?" Suara tawa Viktor pun lenyap saat mendengar suara Caleb di seberang saluran telepo
'Apa yang sedang dipikirkan oleh Tuan Muda? Menambah penjagaan pun tidak akan cukup jika Tuan Maksim sudah menguasai Mansion keluarga Konstantin. Bahkan Tuan David pun kalah dengannya.' Vasili membatin seolah tahu situasi yang terjadi di mansion keluarga Konstantin. "Itu tidak akan maksimal, Tuan Muda. Namun, saya akan tetap berusaha semaksimal mungkin." Viktor tahu bahwa ada keraguan yang tersirat di jawaban Rurik barusan. "Kalau begitu, saya akhiri pembicaraan sampai di sini." "Baik, Tuan Muda." Viktor mengakhiri percakapannya dengan Rurik. Dia menyandarkan kepalanya sejenak. "Astaga! Apakah saya sudah melakukan hal yang benar?" "Tuan Muda, apakah Anda tidak akan datang menjemput Nona Zoya? Dan, Tuan Besar Gennadius?" "Pertanyaan bodoh macam apa itu, Vasili? Tentu saja saya akan menjemput mereka. Bahkan saya sudah menyiapkan berbagai rencana untuk menyerang Paman Lenin dan Maksim. Saya tidak akan mengampuni mereka untuk kali ke-2." 'Tuan Muda memang luar biasa. Dia memiliki
"Bukankah Kakek berkata setelah makan malam? Ada apa ini? Apakah semua ini keinginan Nenek?" Dan sekali lagi, Darya mengangguk. "Vasili, berjagalah! Saya akan ke ruang makan sekarang." "Baik, Tuan Muda." Vasili membungkukkan badan ketika Viktor melewatinya. "Tunggu, Tuan Muda!" Darya berjalan beberapa langkah mendekati Viktor sambil melepaskan kalung salib di lehernya. Ia lantas memberikannya kepada Viktor. "Terimalah hadiah kecil dari saya, Tuan Muda! Pelayan tua ini ingin Anda selalu berada di dalam lindungan Bapa di surga." Viktor membiarkan Darya meraih tangannya guna memberikan kalung tersebut. "Terima kasih, Darya. Saya akan selalu mengingat kebaikan hati Anda." Viktor memeluk pelayan masa kecilnya dengan erat untuk sesaat. Viktor tersenyum ketika Darya menatapnya. "Berhati-hatilah, Tuan Muda!" Viktor mengangguk ketika Vasili berseru memperingatkannya. "Saya akan menemui Kakek dan Nenek sekarang." Viktor berjalan menuju ruang keluarga sambil memakai kalung pemberian
Maksim mengecam perkataan dan sikap Morzevich di dalam hati. Sungguh demi apapun, harinya telah tertutup rasa benci yang teramat dalam. Morzevich berjalan menghampiri Anne. Wanita elegan itu mengangkat gaun malamnya agar bisa berjalan dengan baik. Ya, Morzevich selalu saja terlihat anggun mengenakan apapun. "Apakah kau tidak tahu, kelakukan busuk Suami dan anakmu, Anne? Sebagai seorang Istri dan Ibu, kau telah gagal menjaga dan membangun keluarga dengan baik." Morzevich berkata dengan ketus kepada Anne. Tidak hanya itu, dia juga melemparkan pandangan merendahkan kepada istri dari Lenin tersebut. "Ah! Apakah itu benar, Lenin?" Anne berdiri menatap Lenin. Dia merasa tidak berguna dan rendah di hadapan Morzevich dan Vladimir. 'Sebenarnya, apa yang telah dilakukan Lenin dan Maksim? Apakah mereka berdua ketahuan korupsi di perusahaan Romanov? Atau mereka melakukan kudeta untuk menurunkan posisi Papa dan gagal? Kenapa mereka menjadi ceroboh seperti ini? Mengapa Lenin dan Maksim tidak m
Anne menggerutu di dalam hati. Dia kembali menatap Morzevich yang tidak mengindahkan ucapannya sejak tadi. "Percuma kau menyembah saya! Karena saya sama sekali tidak respect dengan kalian lagi. Karena sekarang bagi saya, kalian sudah mati." 'Ya, kalian sudah mati sama seperti anak kandung saya yang kalian bunuh beserta Yekaterina.' Morzevich melanjutkan kalimatnya di dalam hati seraya menepis tangan Anne dari pahanya. 'Aku sangat menyesal. Mengapa tidak sejak dulu saja aku menghabisi nyawa Viktor bersama dengan kedua orang tuanya? Namun jika ada kesempatan lagi, aku akan mengantarkan nyawanya ke neraka tempat di mana kedua orang tuanya berada."' Lenin membatin sambil melemparkan senyuman palsu dan Viktor menyadari hal itu. "Shura, cepat bawa mereka semua keluar dari sini! Pastikan mereka berada di jalanan!" Morzevich kembali berseru kepada sang kepala pelayan. Ia menatap sinis Anne. "Tentu saja, Nyonya." Leonid bangkit dan menghampiri Maksim yang masih dipegangi oleh beberapa
Viktor menghentikan hasratnya untuk terus menghajar Lenin. Dia tidak ingin Lenin meregang nyawa dengan cepat tanpa menyiksanya lebih dulu. "Berhentilah, Viktor! Kau tidak ingin dicap sebagai seorang pembunuh, bukan? Biarkan saja dia menerima kekalahan hari ini. Semoga saja Tuhan memberikan cahaya di hidupnya." Vladimir menepuk pundak Viktor dan mencoba membesarkan hati sang cucu. Viktor pun mengangguk dan mengikuti saran Vladimir. "Shura, bawa mereka pergi sekarang dan pastikan mereka keluar dari mansion ini!" Vladimir kembali memegang kendali. Ia menatap Lenin yang babak belur usai dihajar oleh Viktor. "Baik, Tuan." Shura membungkukkan badan di hadapan Vladimir. "Ayo jalan!" Shura berseru dengan nada tinggi hingga membuat Anne terkejut. "Lancang sekali kau, Shura! Saya akan memperlakukanmu sama seperti ini ketika kami kembali ke rumah ini." Anne berkata sambil berjalan meninggalkan ruang keluarga bersama 2 orang penjaga. "Maka janganlah bermimpi terlalu tinggi, Nyonya. Kare
Suara Maksim menghilang menunggu Feliks bergantian berbicara. "Ya, saya tahu. Namun, apakah Anda lupa jika saya sedang berada di St Petersburg mengurus pengalihan harta keluarga Konstantin, Tuan Muda?" 'Astaga! Bisa-bisanya aku lupa Feliks sedang berada di St Petersburg. Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang?' Maksim bertambah bingung. Dia kembali memutar otaknya. "Tuan, Anda menghubungi saya memakai ponsel siapa?" "Ponsel orang lain. Dia seorang wanita, Feliks." Maksim menjawab sambil melirik wanita pemilik ponsel yang sepertinya sedang menunggu seseorang. "Mengapa Anda tidak menyewa apartemen saja untuk bermalam, Tuan Muda?" "Jika ada uang, saya tidak perlu repot-repot menghubungimu, Feliks. Oke, saya tidak bisa berlama-lama menghubungimu. Saya akan kirimkan lokasi terkini dan saya akan menunggu bantuan mu, Feliks!" Maksim tidak memiliki rencana lagi. Dia tidak hapal nomor telepon semua orang yang menjadi pengikutnya dan pengikut sang papa di kantor. Namun, Maksim tidak pu
Viona berkata dengan sangat sopan. Dia juga tersenyum ketika melihat Anne menatap ke segala arah berusaha mengenali di mana dirinya berada saat ini. "Lenin, bukankah ini sebuah penthouse?" Anne bertanya kepada sang suami. Sebagai salah seorang member sosialita, Anne tentu saja tahu tempat tinggal mewah di ibukota Rusia ini. "Benar sekali, Nyonya Anne. Di sinilah Tuan Davidoff tinggal jika sedang berada di Moskow, Rusia." Viona membenarkan dugaan Anne sembari tersenyum. Lenin tampak malu karena tidak pernah mengajak istrinya pergi ke tempat-tempat mewah seperti ini. "Apakah Mama pernah datang ke tempat seperti ini?" Maksim membukakan pintu untuk Anne. Sang mama pun tersenyum. "Tentu saja. Nenek mengajak Mama ke sini ketika menghadiri perkumpulan para Istri dari keluarga konglomerat Rusia, Maksim." Penthouse yang terletak di seberang Kremlin ini memang memiliki harga yang sangat mahal karena lokasinya yang strategis. "Letak penthouse ini berada di gedung yang sama dengan Four Se