Leonid berseru menyapa tuan dan nyonya besar keluarga Romanov sambil memberikan hormat. "Hai, Leon. Duduklah! Kita akan sarapan bersama." Morzevich menyambut Leonid dengan hangat. Melihat situasi canggung tersebut, tentu saja membuat Lenin berserta anak dan istrinya merasa tidak puas. "Tuan Muda, saya akan pergi untuk memastikan kendaraan Anda siap." Vasili membisikan kalimat tadi ke telinga Viktor. Ia melihat Viktor mengangguk. "Setelah membawa orang asing ke mansion ini, kini Kakek dan Nenek pun menampung seorang gelandangan." Maksim berkata tanpa berpikir dua kali. Dia meraih mangkuk sup yang berada di depannya tanpa memedulikan berapa banyak tatapan mata yang mengarah kepadanya. "Maksim, jaga ucapan mu!" Morzevich berteriak dari kursinya. Dia sangat tidak senang dengan kalimat yang diucapkan oleh Maksim barusan. "Siapa yang kau anggap sebagai orang asing?! Hah?! Justru kaulah yang seharusnya tidak diterima di sini!" Maksim tidak memedulikan perkataan sang kakek. Dia terus
Viktor dengan berani merendahkan Maksim. Darya mencoba menghalangi Maksim yang sepertinya ingin menghajar sang tuan muda keluarga Romanov. Namun, usianya yang sudah senja membuat wanita itu terhempas ke lantai ruang makan. "Astaga!" Viktor memekik terkejut. Dia menatap Vasili yang tidak jadi beranjak meninggalkannya. "Vasili, bantu pelayan saya!" Viktor memerintahkan dengan suara tercekat karena Maksim menarik kerah kemejanya. "Maksim! Apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan Viktor!" Vladimir berteriak hingga wajahnya memerah. Morzevich pun tidak kalah emosinya seperti sang suami. "Maksim, jangan berulah!" Meskipun mendapatkan pertentangan dari kakek dan neneknya, Maksim seolah tak peduli. Dia justru mencengkeram leher Viktor. "Kau, dengarkan saya! Bagi pria kumuh dan miskin sepertimu, tidak akan pernah ada posisi di keluarga ini. Karena saya tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi." Maksim menggertakkan giginya yang berbaris rapi seraya tak melepaskan pandangannya dari Vikt
"Itu benar, Viktor. Mozza hanya berusaha untuk memberikan yang terbaik bagimu. That's it!" Vladimir membela Morzevich secara terang-terangan. "Namun, saya tidak membutuhkan semua itu!" Viktor bersikeras menolak keinginan Morzevich. Vladimir tahu jika Viktor tidak menginginkan semua itu. Namun, dia tidak bisa untuk berkata tidak kepada sang istri. "Mengapa keinginanmu dan Nenek selalu bertentangan, Viktor?! Apakah kau ingin menjadi seorang pembangkang seperti Lenin dan keluarganya?!" Morzevich tidak percaya jika sang cucu membantah keinginannya. Dia sedikit menaikkan nada bicaranya. "Bukan seperti itu, Nek." Viktor mengelak dugaan Morzevich. Dia menatap sang nenek dengan sungguh-sungguh. Dia berpikir sejenak dan memilih kata-kata yang pantas untuk disampaikan kepada Morzevich. "Saya adalah seorang pria yang telah menikah. Sama halnya dengan Zoya, saya pun tidak akan membiarkan wanita lain masuk ke ruangan pribadi saya demi menjaga perasaannya. Namun, terima kasih atas pengertian
Pandangan Viktor jauh ke antah berantah. Hatinya bergetar, tetapi Viktor tidak berhenti bekerja keras untuk menguasai dirinya. 'Namun, saat itu ada Zoya di sisiku. Ya, Istri kecilku yang manis dan cantik. Bagaimana pun juga, dia mampu menenangkan hatiku meskipun hanya menatap wajahnya saja.' Viktor menghela napas panjang saat sosok Xandrova berhasil menguasai pikirannya. "Are you ok, Viktor?" Viktor mengerjap ketika Vladimir menegurnya. Ia segera melepaskan bayang-bayang Xandrova dari benaknya. Kemudian, menatap sang kakek. "Viktor, apakah kau sakit?" "Tiーtidak, Kakek. Saya baik-baik saja. Terima kasih telah mencemaskan saya." Pintu mobil terbuka. Vasili menundukkan tubuhnya. "Silakan, Tuan Besar! Silakan, Tuan Muda!" Viktor menatap Vasili sejenak. Dia berusaha menutupi rasa gugup di depan semua orang. "Ya. Terima kasih, Vasili." Viktor segera beranjak keluar dari dalam mobil bersama Vladimir. "Mari, Viktor!" Vladimir menepuk punggung Viktor pelan, lalu berjalan lebih dulu
Rupanya Vladimir memiliki tujuan khusus memanggil Kendrik ke ruangan Viktor. "Kakek, ada apa?" Viktor terkejut saat mengetahui bahwa Vladimir akan mengatakan sesuatu. Dia mengikuti Vladimir berjalan menuju sofa merah. "Well, saya akan segera pensiun dari dunia bisnis." Viktor terdiam. Dia tidak bisa menahan keinginan sang kakek. Ya, dia hanya bisa mendengarkan apa yang diucapkan oleh sang tuan besar keluarga Romanov. "Bukankah 2 tahun lagi Anda baru memasuki masa pensiun, Tuan Besar?" Kendrik terkejut hingga tidak bisa menahan keinginannya untuk segera meminta penjelasan dari sang majikan. "Oh, Kendrik! Kau tentunya tahu bagaimana saya sangat merasa jenuh dan terkekang dengan dunia bisnis yang bertahun-tahun saya geluti, bukan?" Kendrik hanya bisa diam dan mengangguk. Sedangkan Vasili merasa perlu memberitahu tuannya, mengapa Vladimir mengatakan hal itu. "Tuan Besar, saya pikir akan lebih baik jika Tuan Muda mengetahui alasan Anda melakukan pensiun lebih cepat." Semua orang m
Sama halnya dengan Viktor, Veronika pun berbicara dengan nada yang rendah. "Cepat ketuk pintunya!" Viktor memerintahkan Veronika untuk mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Dia berdiri tepat di depan pintu. "Baーbaik, Tuan Muda." Veronika berjalan lebih cepat sambil menahan rasa sakit pada kakinya. 'Apa salahnya jika dia sendiri yang mengetuk pintu? Apakah dia tidak bisa bersimpati sedikit saja kepada pekerjanya? Oh, bagaimana jika nanti dia benar-benar menggantikan Tuan Besar? Kantor ini sepertinya akan berubah menjadi neraka.' Memaki di dalam hati merupakan jalan satu-satunya bagi Veronika. Dia mengulurkan tangan, lalu mengetuk pintu ruang kerja Vladimir. Pintu ruang kerja Vladimir pun terbuka. Kendrik keluar dari dalam sana. "Silakan masuk, Tuan Muda!" Kendrik membungkuk sebagai tanda memberi hormat. Viktor segera melangkah masuk tanpa memedulikan Veronika. 'Mood aku benar-benar hancur karena wanita itu. Dia tidak lebih cantik dari Zoya, tetapi aku dibuatnya sangat risih.'
'Ya, aku tahu. Aku pun terlalu sibuk dengan keluarga Konstantin dan Zoya. Karena aku akan menguasai keluarga Konstantin selangkah lagi.' Maksim terdiam menerima teguran dari sang ayah. Ia merasa bersalah dan hanya bisa mengakuinya di dalam hati. "Mengapa kau terdiam, Maksim? Apakah akhirnya kau tahu letak kesalahanmu?!" Lenin menggertak Maxim dengan berbisik agar tidak seorangpun mendengar percakapan mereka. Bukan hanya Maksim yang sibuk dengan urusannya, tetapi begitu juga dengan Lenin. "Kalau begitu, mari perbaiki kesalahan kita berdua dengan cara menyusun rencana untuk mempersulit Viktor!" Maksim berseru dengan cara yang sama, itu berbisik di daun telinga Lenin. "Kalau begitu, kau pikirkan rencana yang bagus untuk pecundang itu!" Lenin mengarahkan dagunya kepada Viktor yang sejak tadi diam-diam memperhatikan gerak-gerik mereka. Maksim pun mengangguk setelah melihat subjek pandangan Lenin. "Feliks!" Maksim memanggil sang asisten yang berdiri di belakangnya. Pria yang dipangg
'Apakah akhirnya semua orang akan mendukung ku untuk menggantikan Papa? Bukankah keadaan ini sangat bagus? Aku akan memanfaatkan simpati para anggota meeting.' Lenin bertanya-tanya di dalam hatinya dengan gembira. Dia juga sangat yakin bahwa semua orang akan mendukungnya. 'Aku sangat yakin bahwa Papa akan memilihku sebagai penerusnya. Karena pria miskin itu tidak memiliki pengalaman apapun dan dia tidak mendapatkan dukungan sama sekali dari pada jajaran direksi. Ha! Ha! Ha!' "Para hadirin semua, keputusan saya sudah bulat. Saya rasa, tidak perlu berdiskusi dengan siapapun. Karena saya adalah owner perusahaan ini dan saya pemegang saham terbesar, bukan?" Jawaban yang diberikan oleh Vladimir sangat mengguncang semua orang yang kontra dengannya. Ya, hanya pengikut setia Vladimir saja yang mengerti arti dari ucapannya barusan. 'Astaga! Ya, Papa memang memiliki saham terbesar di perusahaan ini! Dan, aku melupakan hal itu.' Lagi, Lenin kembali dibuat khawatir akan hal tersebut. Diam-di