Viktor bermain dengan pikirannya sejenak. Egory memang tahu banyak tentang keluarga Romanov. Dan, hal itu pula yang membuat Viktor mempercayainya. "Jadi maksud Paman, dia adalah orang yang bisa dipercaya? Begitu, 'kah?" Viktor kembali berdiri tegak ketika melihat Egory mengangguk. Dia paham siapa pria di hadapannya sekarang ini. "Oke." Viktor melangkah memasuki katedral biru tersebut diikuti oleh semua orang. Dia melihat-lihat desain interior yang sungguh luar biasa. 'Siapa yang merancang katedral ini? Benar-benar katedral yang luar biasa!' Viktor mengagumi keindahan desain interior karedral di dalam hatinya. "Tuan Muda, izinkan saya memperkenalkan kepala Biarawati di sini!" Karl kembali membuka percakapan saat Viktor menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah lukisan. "Ya?" Viktor tetap tidak menoleh ke arah Karl. Dia seperti terhipnotis dengan lukisan di depannya. "Perkenalkan, nama saya Maria Akhmatova. Selamat datang di Katedral St Nicholas, Tuan Muda Viktor." Wanita
Vasili mendekati Viktor. Dia berbisik sambil menatap sang ayah. 'Tunggu! Tunggu! Tsar Nicholas dan Tsar Leonard?! Oh, astaga!' Sepertinya Viktor mengingat sesuatu. Dahi Viktor berkerut seperti sedang berpikir keras. "Tuan Muda, Tsar Leonard adalah Tsar ke-4 yang berasal dari keluarga Romanov dan paling berkuasa di Rusia dan Swedia. Karena mengingat Tsar Leonard menikah dengan Puteri Kaisar Swedia. Sementara itu, Tsar Nicholas adalah Tsar pertama kelaurga yang berasal dari keluarga Romanov dan paling berpengaruh sebelum datang masa masa revolusi." Seketika itu juga, benak Viktor teringat buku sejarah silsilah keluarga Romanov yang pernah dilihatnya bersama sang kakek. Rupanya dia telah melupakan sesuatu. "Bagaimana, Tuan Muda? Apakah Anda sekarang sudah mengingatnya?" Vasili kembali berbisik. Kali ini, pria itu berharap Viktor dapat mengingat dengan baik perihal silsilah keluarga Romanov. "Ya, saya ingat." Viktor akhirnya mengangguk. Kini, Egory dan semua orang yang berada di sa
Viktor membenarkan ucapan Leonid di dalam hati. Ya, baru kali pertama Viktor menyetujui perkataan Leonid. "Seorang anak laki-laki berusia kurang lebih 10 tahun sedang berlari mengejar hewan peliharaannya yang selalu diajak pergi ke manapun. Saya juga mengingat wajah seorang pria yang sedang tertawa dan ...." Viktor terdiam sesaat. Kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri guna menghilangkan rasa sakit di kepala yang masih menyerangnya. "Dan, pria itu mirip sekali dengan foto pria di kamar saya. Itukah Papa kandung saya?" Viktor harus menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya sudah tidak ada lagi di dunia ini. "Benar, Tuan Muda. Anak laki-laki berusia 10 tahun itu adalah Anda. Ya, Anda memiliki seekor kucing peliharaan yang selalu Anda bawa ke mana saja." Vasili menyodorkan sebuah foto. Lebih tepatnya, foto lama yang diberikan oleh Egory pagi tadi. "Foto ini adalah satu-satunya peninggalan masa lalu Anda yang masih tersimpan rapi oleh Papa saya." Viktor dengan cepat mengambi
Lagi, Vasili berbicara di dalam hatinya mencoba menebak-nebak isi kepala Leonid. Kini, pria tersebut sedang merasa tidak nyaman juga penasaran dengan apa yang ingin ditanyakan oleh Leonid. "Diantara kita berdua, kau bertemu Viktor lebih dulu. Ya, kau dan Kakek Vladimir menemukan Viktor terlebih dahulu, bukan?" Vasili hanya mengangguk. Dia belum mengerti maksud dari perkataan Leonid. "Oke, saya akan langsung bicara ke intinya." Leonid tersadar bahwa Vasili tidak mengerti maksud kalimat yang dikatakannya. "Meskipun saya dan Viktor adalah sahabat sejak kecil, tetapi kami terpisahkan selama bertahun-tahun. Saya yakin kau tahu akan hal itu, Vasili. Saat ini, kau lebih mengenal Viktor daripada saya. Bahkan kau kini menjadi seorang bodyguard yang artinya kau lebih memiliki banyak waktu bersama Viktor." Leonid beberapa kali menarik napas dalam-dalam. Dia menatap Vasili yang masih terbengong-bengong. "Saya mohon, beritahu saya apapun yang kau ketahui dan tidak saya ketahui tentang Viktor
Leonid berseru menyapa tuan dan nyonya besar keluarga Romanov sambil memberikan hormat. "Hai, Leon. Duduklah! Kita akan sarapan bersama." Morzevich menyambut Leonid dengan hangat. Melihat situasi canggung tersebut, tentu saja membuat Lenin berserta anak dan istrinya merasa tidak puas. "Tuan Muda, saya akan pergi untuk memastikan kendaraan Anda siap." Vasili membisikan kalimat tadi ke telinga Viktor. Ia melihat Viktor mengangguk. "Setelah membawa orang asing ke mansion ini, kini Kakek dan Nenek pun menampung seorang gelandangan." Maksim berkata tanpa berpikir dua kali. Dia meraih mangkuk sup yang berada di depannya tanpa memedulikan berapa banyak tatapan mata yang mengarah kepadanya. "Maksim, jaga ucapan mu!" Morzevich berteriak dari kursinya. Dia sangat tidak senang dengan kalimat yang diucapkan oleh Maksim barusan. "Siapa yang kau anggap sebagai orang asing?! Hah?! Justru kaulah yang seharusnya tidak diterima di sini!" Maksim tidak memedulikan perkataan sang kakek. Dia terus
Viktor dengan berani merendahkan Maksim. Darya mencoba menghalangi Maksim yang sepertinya ingin menghajar sang tuan muda keluarga Romanov. Namun, usianya yang sudah senja membuat wanita itu terhempas ke lantai ruang makan. "Astaga!" Viktor memekik terkejut. Dia menatap Vasili yang tidak jadi beranjak meninggalkannya. "Vasili, bantu pelayan saya!" Viktor memerintahkan dengan suara tercekat karena Maksim menarik kerah kemejanya. "Maksim! Apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan Viktor!" Vladimir berteriak hingga wajahnya memerah. Morzevich pun tidak kalah emosinya seperti sang suami. "Maksim, jangan berulah!" Meskipun mendapatkan pertentangan dari kakek dan neneknya, Maksim seolah tak peduli. Dia justru mencengkeram leher Viktor. "Kau, dengarkan saya! Bagi pria kumuh dan miskin sepertimu, tidak akan pernah ada posisi di keluarga ini. Karena saya tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi." Maksim menggertakkan giginya yang berbaris rapi seraya tak melepaskan pandangannya dari Vikt
"Itu benar, Viktor. Mozza hanya berusaha untuk memberikan yang terbaik bagimu. That's it!" Vladimir membela Morzevich secara terang-terangan. "Namun, saya tidak membutuhkan semua itu!" Viktor bersikeras menolak keinginan Morzevich. Vladimir tahu jika Viktor tidak menginginkan semua itu. Namun, dia tidak bisa untuk berkata tidak kepada sang istri. "Mengapa keinginanmu dan Nenek selalu bertentangan, Viktor?! Apakah kau ingin menjadi seorang pembangkang seperti Lenin dan keluarganya?!" Morzevich tidak percaya jika sang cucu membantah keinginannya. Dia sedikit menaikkan nada bicaranya. "Bukan seperti itu, Nek." Viktor mengelak dugaan Morzevich. Dia menatap sang nenek dengan sungguh-sungguh. Dia berpikir sejenak dan memilih kata-kata yang pantas untuk disampaikan kepada Morzevich. "Saya adalah seorang pria yang telah menikah. Sama halnya dengan Zoya, saya pun tidak akan membiarkan wanita lain masuk ke ruangan pribadi saya demi menjaga perasaannya. Namun, terima kasih atas pengertian
Pandangan Viktor jauh ke antah berantah. Hatinya bergetar, tetapi Viktor tidak berhenti bekerja keras untuk menguasai dirinya. 'Namun, saat itu ada Zoya di sisiku. Ya, Istri kecilku yang manis dan cantik. Bagaimana pun juga, dia mampu menenangkan hatiku meskipun hanya menatap wajahnya saja.' Viktor menghela napas panjang saat sosok Xandrova berhasil menguasai pikirannya. "Are you ok, Viktor?" Viktor mengerjap ketika Vladimir menegurnya. Ia segera melepaskan bayang-bayang Xandrova dari benaknya. Kemudian, menatap sang kakek. "Viktor, apakah kau sakit?" "Tiーtidak, Kakek. Saya baik-baik saja. Terima kasih telah mencemaskan saya." Pintu mobil terbuka. Vasili menundukkan tubuhnya. "Silakan, Tuan Besar! Silakan, Tuan Muda!" Viktor menatap Vasili sejenak. Dia berusaha menutupi rasa gugup di depan semua orang. "Ya. Terima kasih, Vasili." Viktor segera beranjak keluar dari dalam mobil bersama Vladimir. "Mari, Viktor!" Vladimir menepuk punggung Viktor pelan, lalu berjalan lebih dulu