Vienza menarik nafas sebelum memulai bercerita. Dan Akhtar menatapnya dingin, walau dalam hati dia merutuki untuk berada sedekat ini dengan Vienza.
"Aku mencintai seseorang, dan aku jatuh cinta kepadanya setelah aku memutuskan setuju untuk bertunangan dan menikah denganmu Pangeran. Saat itu kupikir aku akan menjalani hidup bahagia layaknya ibu dan ayahku yang juga dijodohkan. Tapi aku melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya. Dan aku membohonginya."Akhtar geram mendengar awal pengakuan Vienza. Tapi Suara merdu Vienza seolah bisa membuatnya tidak berkata kasar kepada wanita ini."Aku berbeda dengan ketiga kembaranku yang lain. Aku tidak pintar bergaul seperti adik perempuanku, aku juga tidak memiliki banyak teman seperti adik laki-laki ku. Aku selalu takut keluar dari istana, selalu takut akan ada lagi orang yang berusaha menyakitiku.dan karena itulah aku tidak pernah keluar istana selama sembilan belas tahun usia ku. Aku keluar istana jika ingin ke Indonesia bersama keluarga ku. Atau mengunjungi acara-acara kerajaan bersama ibunda dan ibu suri. Selebihnya aku hanya berada didalam istana Fortania. Sekolah didalam istana, hingga suatu saat ibuku menyuruhku melanjutkan kuliahku di Universitas London. Indentitasku ditutupi oleh pihak universitas dan juga akan ada selalu penjaga yang mengerubungiku meski sekilas mereka tidak akan terlihat."Akhtar mulai tidak mengerti kenapa hanya Vienza yang ditutupi identitasnya."Kenapa hanya dirimu yang ditutupi identitasnya?""Aku tidak tahu jelasnya. Hanya saja sedari kecil teror selalu saja datang kepadaku, wajahku pernah dibakar seseorang saat aku kecil. Dan saat itulah aku mulai memakai cadar. Tapi tenang saja, ini wajah asliku. Bukan hasil operasi. Kejadian terakhir yang membuat keluarga Derson mengamuk adalah aku hampir diculik, jika tidak ada Ibundaku maka aku tidak tahu apakah aku masih hidup atau tidak."Vienza tersenyum miris dengan semua kenangan buruk yang dia alami saat kecil."Aku berharap dengan menikah aku bisa bahagia seperti Ibuku yang selalu bahagia dipernikahannya. Tapi aku jatuh cinta dengan Pria itu. Maafkan aku Pangeran. "Akhtar merasa Vienza sungguh malang. Dia tahu hidup disebuah kerajaan tidak selalu bahagia seperti yang dipikirkan orang-orang. Ada banyak penghianat dan orang-orang yang ingin menjatuhkanmu. Mungkin itulah yang dialami Vienza.Akhtar tersenyum miris kepada Vienza."Jadi kau mencintai Pria lain, itu sebabnya kau ingin bunuh diri? ""Maafkan aku, aku merasa tidak bisa melayanimu dengan baik. Aku membuatmu marah malam itu, dan aku merasa berdosa dengan semua ini. Hatiku milik orang lain, dan aku mengkhianatinya. "Vienza menjatuhkan air matanya, lalu dengan cepat menghapusnya dan berusaha tersenyum.Sedangkan Akhtar merasakan masa lalu pahit itu datang kembali padanya. Dia bangun dengan tergesa-gesa dari tempat tidur itu dan menatap marah kepada Vienza."Aku tidak perduli dengan cintamu, yang harus kau lakukan sekarang adalah tidak menghianatiku, tidak boleh melakukan hal bodoh lagi, dan jangan sekali-kali berpikir kabur dari istana ini. Kau paham, kau adalah calon Ratu Kerajaan ini. Jadi bersikap baiklah".Akhtar pergi dengan membanting pintu kamar Vienza meninggalkan Vienza masih dengan luka dihatinya.Flash backAkhtar melihat seorang wanita yang berciuman dengan mesra dan menggebu-gebu dibalik pohon besar dibelakang istana. Saat wanita itu melihatnya dia menyuruh pria itu untuk pergi.Wanita itu berusaha meyakinkan Akhtar kalau dia memiliki alasan yang kuat akan hal yang dilakukannya. Tapi Akhtar sudah terlalu kecewa dan dia pergi berlari dari bawah pohon itu.Akhtar menjadi benci dengan wanita dan juga cinta. Cintanya hanya untuk Ayahnya, wanita yang dia lihat adalah ibunda nya sendiri. Tega-teganya ibunda nya mengkhianati ayah yang begitu mencintai ibu nya itu.Flash back end.Akhtar memporak porandakan ruang kerjanya. Kenangan masa lalu membuatnya tidak bisa mengontrol emosi sekarang.Dia merasa miris sekali saat tahu kalau Vienza mencintai Pria lain, dia semakin tidak mahu memperlakukan Vienza dengan baik. Ntah orang yang menganggapnya gila atau apa. Tapi dipikirannya dia melakukan ini agar jika suatu saat Vienza pun pergi menghianatinya dia tidak akan merasa sakit seperti ayahnya. Karena dia tidak mencintai Vienza, jadi dia tidak perlu merasa kehilangan.****Setelah seminggu berlalu tanpa Akhtar yang memperdulikan dan juga berbicara kepadanya, Vienza merasa Akhtar semakin menjauhinya.Pernikahan apa sebenarnya yang dia jalani ini. Ghafur belakangan ini mengirimi dia surat, betapa dia bahagia jika melihat Ghafur secara tak sengaja dihalaman istana atau saat berpapasan. Tapi disaat yang bersamaan dia juga merasa terkurung dengan Akhtar. Jika dilihat Pangeran itu sama sekali tak menyukainya, jadi apa sebenarnya yang mereka berdua lakukan dengan pernikahan ini.Akhtar hanya datang saat dia ingin meniduri Vienza saja, selebihnya pangeran itu sibuk dengan urusannya dan teman-temannya sendiri.Lihat saja, bahkan dimeja makan ini Akhtar tak mau menatapnya. Padahal semalam dia menciumi Vienza dengan menggebu-gebu.Baginda raja menatap Vienza dan Akhtar bergantian."Akhtar apa kau akan datang ke acara ulang tahun Fasya" Fasya adalah sepupu Akhtar. Dia adalah anak laki-laki dari adik ayahnya."Tentu ayah, aku dan Mahira akan datang kepesta nya." Akhtar tersenyum kepada ayahnya."Eh.. Tidak bisa kak, aku akan ikut bersama ibunda ke Northweid.aku sudah berjanji dengan ibunda akan menemaninya kesana. Bibi Mala sedang sakit. Aku juga sudah meminta maaf kepada Pangeran Fasya.""Iya kami akan berangkat ke Northweid siang ini. Lagipula kenapa kau tidak mengajak Vienza, kasihan dia terus didalam istana ini. Kau juga tidak pernah membawanya berjalan-jalan keluar istana Akhtar.""Mungkin kakak takut kalau istrinya akan dilihati oleh pria lain. Hahahahaha.."Mahira tertawa puas melihat wajah Akhtar yang kesal dengan ucapannya.Vienza ikut tersenyum sedikit melihat keceriaan Mahira. Tapi dia tetap diam, keluarga Akhtar sebenarnya sama dengan keluarganya, sangat harmonis. Ntah kenapa Akhtar berlaku aneh dari yang lainnya, padahal keluarganya sangat menyayanginya."Akhtar lebih baik nanti malam kau ajaklah Vienza keluar untuk berpesta, kau mau kan?""Ya ayah... Baiklah." Akhtar tetap tak melihat Vienza hingga acara makan siang ini berakhir. Vienza kembali kekamarnya untuk merapikan pakian, lalu pergi keperpustakaan istana bersama pelayannya. Vienza membaca buku sejarah Wieldburg, saat dia sedang serius membaca, seseorang menarik tangannya dan dia terdorong kebalik rak buku lalu tubuhnya terhimpit dinding dan pria yang selalu dirindukannya ini."Jangan pergi malam ini dengan pangeran Akhtar kumohon.""Kenapa? kumohon Ghafur berhentilah mengurusiku dan berhenti mengirim surat-surat itu.""Lalu aku harus apa, aku mengkhawatirkanmu. Aku tidak akan berhenti sebelum kau mahu untuk pergi bersama ku.""Ghafur kita sudah berakhir. Dan kau yang meminta itu, jadi kumohon berhentilah bertingkah seperti ini. Kelakuanmu ini bisa membahayakan dirimu sendiri."Mereka berbicara dengan suara sepelan mungkin agar tidak ada yang bisa mendengar obrolan mereka berdua."Aku tidak perduli. Bagaimana bisa berakhir jika kau masih mencintaiku Viza." Ghafur lalu memeluk tubuh vienza membuat wanita itu menangis. Ghafur benar, dia masih sangat mencintai pria ini, dan bagaimana mereka bisa saling tak perduli layaknya orang lain. Saat wajah Ghafur ingin menciumnya dia menjauhkan dengan kasar tubuh itu"."Jangan kurang ajar Ghafur, jauhi aku. ""Kau aneh Viza, kau mencintaiku tapi kau menolak saat aku ingin menciummu. Sedangkan dia, kau dengan pasrah menyerahkan seluruh tubuhmu padanya. Dan kutanya padamu bagaimana bisa aku menjauhi mu sementara aku sangat mencintaimu. Tidakkah kau ingat hari yang pernah kita lewati bersama? "Pinggang ramping Vienza ditarik oleh Ghafur agar Vienza semakin mendekat dan bisa merasakan kehangatan yang selalu dia rasakan jika dekat dengan wanita ini."Aku ingat semua nya, tapi ini salah Ghafur. Aku sudah menikah dan jangan membuatku menjadi pendosa karena menghianati suamiku. Sudah cukup perasaan bersalah karena aku membohongimu dulu. Jangan buat aku merasa bersalah lagi. ""Aku mengerti kau berbohong karena apa Viza, dan kau tak perlu merasa bersalah. Kita akan pergi dan hidup bersama. ""Semua pengertianmu sudah terlambat. Keputusanku tetap sama, aku akan tetap disini dan tidak akan kemanapun. "Vienza meninggalkan Ghafur yang terdiam ditempatnya mendengarkan kata terlambat dari Vienza.Vienza keluar dari istana dengan berlari sambil menghapus air matanya.Akhtar yang berada dihalaman istana melihat Vienza yang berlari dan menangis. Hidung Vienza terlihat merah dan matanya sembab. Akhtar mengikuti Vienza yang masuk kedalam kamarnya, dilihatnya Vienza menutup wajah dengan bantal.Akhtar menarik paksa bantal itu membuat Vienza terkejut. Akhtar melihat wajah cantik itu merah dan sedih."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau berlari-lari seperti anak kecil. ""Maaf""Kau hanya bisa mengatakan kata maaf, bersiaplah hari sudah sore. Kita akan pergi jam tujuh malam. Pakailah baju layaknya akan berpesta bukan gaun kerajaan mengerti. "Vienza mengangguk mengerti. Dia tahu pesta yang dimaksud dengan Akhtar adalah party night layaknya pesta di sebuah club mahal di Weildburgh. Dia pernah ikut sekali berpesta seperti itu dengan kedua kembarannya.Akhtar meninggalkan Vienza yang masih terdiam melihat punggung pangeran itu pergi. Sedangkan Akhtar berjalan sambil memikirkan kenapa Vienza berlari dari perpustakaan dan sambil menangis.*****Sudah dua jam Vienza berada didalam kamar mandi. Berendam sambil merenung dan melulur tubuhnya dengan aroma mawar kesukaannya.Bunga mawar adalah bunga favorit turun temurun dari nenek dan ibunya begitupun dirinya dan adiknya.Vienza keluar dengan harum yang sudah menguar dari tubuhnya, saat Vienza keluar dari kamar mandi, Akhtar sedang menyandar di tempat tidur memperhatikan ponselnya.Akhtar tidak melihatnya sedikitpun dan itu membuat lega Vienza.Pelayan masuk dan membantunya bersiap, Akhtar sendiri sudah sangat tampan.Vienza memilih dress merah tanpa lengan, rambutnya diikat satu simple dengan anting menjuntai panjang.
Vienza sangat cantik sekarang, Akhtar yang diam-diam melihat Vienza sedari istrinya itu hanya memakai handuk tadi sudah sangat ingin menciumi seluruh tubuh Vienza. Dia menggerutu kenapa Vienza memilih pakaian seperti ini. Diliriknya Vienza berjalan kehdapannya dengan perlahan."Pangeran, saya sudah siap. ""Oh... Ya ampun kenapa lama sekali, aku pikir wanita cantik tidak perlu repot ber make up. Ternyata salah. "Vienza mengernyit heran. Perasaan dia hanya memakai lipstik dan dia tidak lama tadi. Tapi dia memilih diam dari pada menjawab Akhtar.Mereka mengendarai mobil ke sebuah club, dimobil mewah dan mahal itu ada Ghafur dan supir Akhtar. Vienza tak tenang karena Ghafur ada didalam mobil itu juga. Sedangkan Akhtar hanya menatap ponsel sedari tadi.Akhirnya Vienza memilih ikut melihat ponselnya.Saat dia baru membuka ponselnya sebuah chat masuk.GhafurKau sangat cantik malam ini. Sayangnya Akhtar tak perduliVienza memilih tak membalas chat itu seperti sebelumnya.Akhtar tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Vienza dan tersenyum membuat Vienza merinding ada apa dengan Pangeran ini. Ghafur yang melihat dari kaca mobil menggenggam tangannya kuat-kuat.Akhtar mengelus pipi Vienza dan mencium bibirnya. Ciuman itu terlepas saat pintu mobil dibuka seorang bodyguard.Akhtar tersenyum"Ada banyak paparazi disini, bersikaplah manis dan ramah. "Ternyata Akhtar melakukan itu untuk pencitraan saja rupanya. Pikir Vienza dalam hatinya.Akhtar keluar lalu memutari mobil membantu Vienza turun dari mobil. Ini pertama kalinya mereka berdua tampil dimuka umum setelah pernikahan mereka. Akhtar memegang posesif pinggang Vienza dan berjalan masuk kedalam club itu.Ghafur sendiri ikut masuk kedalam dengan rahang mengeras.Dia bisa gila jika terus begini pikirnya.Akhtar membawa Vienza ke sebuah meja yang sudah ada beberapa pria dan wanita bermesraan disana.Akhtar berbalik sebentar kepada Ghafur."Ghafur nikmatilah pestanya, tapi tolong perhatikan Putri Vienza. "Ghafur menggerutu lagi didalam hatinya. Bisa-bisa nya dia menyuruh pria lain untuk memperhatikan Vienza.Saat Vienza sudah duduk berbaur dengan yang lainnya Akhtar ntah pergi kemana.Banyak yang memuji kecantikannya sampai dia bosan mendengar itu semua.Dia heran dimana Akhtar, saat dia mencoba melihat lebih jelas kearah depan ternyata seperti yang kalian duga, Akhtar bersama seorang wanita yang hanya memakai dress minim memperlihatkan hampir seluruh tubuh wanita itu. Mereka berjoget bersama dan saling bersentuhan.Fasya si empunya pesta duduk disebelahnya."Aku terkadang suka malu memiliki sepupu sepertinya. Maafkan dia Vienza, masa lalu lah yang membuatnya seperti ini. Bagaimana jika kita membalasnya?."Vienza tak mengerti tapi Fasya sudah menarik nya kelantai dansa.Bersambung...Fasya menarik tangan Vienza, Vienza bingung menatap Fasya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan wanita dan pria yang menggerakkan tubuh mereka tidak jelas. Ada yang saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Vienza merinding. Ghafur menggeram melihat Vienza bersama Fasya, ingin marah tapi tak bisa. Itulah posisinya yang menyedihkan sekarang. Akhtar melihat Fasya menarik tangan istrinya itu tapi dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap wanita yang bersamanya saat ini. "Itu istrimu kan?" tanya wanita yang bernama Luna itu. Yang ditanya hanya diam tak menanggapi,Akhtar memegang pinggang Luna dan Luna tersenyum merona."Kurasa istrimu akan sangat terpukul melihat kau seperti ini."Akhtar memilih tak mendengar dan sibuk bermesraan dengan Luna sambil mengikuti irama musik.Vienza ditempatnya merasa dipermalukan dengan perlakuan Akhtar. Bukan karena dia cemburu,hanya saja karena Akhtar sudah melukai harga dirinya.semua orang disini tahu ka
Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar."Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu."Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan.""Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa
Vienza duduk menunggu Akhtar yang masih ditangani Dokter. Wajah datarnya terlihat jelas, meski dirinya sendiri sebetulnya khawatir akan keadaan Pangeran Akhtar. Tiba-tiba dia melihat Akhtar keluar dengan seorang Dokter, dia sedikit bingung kenapa Akhtar bisa berjalan santai seperti ini. "Maaf tuan Putri, Yang Mulia Pangeran tidak ingin dirawat dan beliau mau segera pergi dari Rumah Sakit." Jelas Dokter muda cantik yang mencuri pandang ke Akhtar, Vienza jelas tahu hal itu. "Aku merasa tidak perlu dirawat, dan jika aku dirawat perjalanan kita akan tertunda." Akhtar menjelaskan kepada Vienza dan dia merutuki perbuatannya. "Tapi kau harus istirahat Pangeran".Suara lembut penuh perhatian dari Vienza membuat jantung Akhtar berdetak dan ini tidak baik untuk dirinya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangan Dokter muda itu didepan Vienza sebuah senyum nakal terlihat disana. "Baiklah aku akan istirahat sebentar bersama Dokter Suzan. Apa kau bisa men
Akhtar menatap lama mata Vienza, deru nafas mereka beradu. Saat Akhtar ingin mencium Vienza gerakan itu tertahan. "Ehm... Apa yang kau ingin tanyakan tadi." Akhtar mundur menatap lama wajah datar yang tetap saja cantik itu. Dia memegang dagu Vienza, dan mencium leher Vienza. Beralih ke bibir Vienza yang masih tertutup rapat. Sudah lama Akhtar menahannya, dan tidak untuk sekarang. Dia sudah benar-benar gila jika bisa tahan melihat tubuh seksi Vienza. Tapi sialnya Akhtar tak bisa melanjutkan aktifitas nya, lagi-lagi ada orang yang mengganggu dirinya dan Vienza. "Maaf pangeran hamba pikir ada orang lain yang berada di dapur." Veinza membeku mendengar suara itu. Dia perlahan membuka matanya yang tertutup rapat saat Akhtar menciumnya tadi. "Ghafur.... Ghafur, kenapa kau selalu membuat moodku rusak. Ada perlu apa kau kesini, bukankah kau berada di Ibukota." Ghafur terlihat tidak takut dengan Akhtar, dia baru saja melihat wanita yang dia cint
Prince AkhtarAkhtar mengamati Ghafur yang mendekati Vienza, tatapan Ghafur kepada istrinya itu adalah tatapan memuja. Dan Akhtar tahu hal itu, dia memang beruntung memiliki istri yang kecantikannya bak dewi yang turun dari langit. Tapi dia tidak suka melihat pria manapun melihati istrinya seperti ini. Akhtar berjalan mendekati Ghafur dan Vienza diruangan itu. Dilihatnya Vienza sedang menggendong anak kecil dan tertawa bersama. Senyum diwajah Akhtar terukir, dia berhenti mendekat saat Thomas membuatnya menghentikan jalannya. "Ada apa Thomas?, apa ada hal penting?" Tatapan Akhtar membuat Thomas sedikit gemetar untuk menyampaikan pesan yang dia dapat. "Maaf pangeran, Shahid menyampaikan pesan kalau dia mendapatkan informasi yang pangeran inginkan. Dia menunggu pangeran di taman kota Yamun sekarang." Akhtar benar-benar gembira mendengar berita ini. Shahid adalah tangan kanan nya, dan informasi yang akan diberikan Shahid ini akan sangat pen
Akhtar benar-benar murka sekarang. Dia kembali setelah informasi yang didapatnya dari Shahid. Shahid mengatakan kalau adiknya berada di London. Dari informasi yang dia dapat, pewaris tahta kerajaan nomor dua itu berada di London dan hidup sebatang kara. Shahid berjanji tidak akan lama lagi dia akan mendapatkan apa yang diinginkan pangeran Akhtar. Yang tadinya Akhtar gembira, kini kegembiraan itu berubah menjadi rasa murka. Tanpa perlu menunggu Thomas membukakan pintu untuknya, Akhtar sudah membuka pintu mobilnya, langkah kaki Akhtar sangat pasti dan tatapan mata tajamnya membuat kedua orang yang memandang Akhtar takut untuk bergerak sedikit saja. Akhtar membuka kancing jas nya saat sudah sampai didepan Vienza, dia membentangkan jas nya dan menutupi kepala Vienza. Sebetulnya dia hanya ingin memperlihatkan kepada Ghafur kalau Vienza adalah istrinya. Buka karena dia terlalu memperhatikan Vienza. "Masuk kedalam mobil sekarang."
Vienza bangun pagi-pagi sekali, dia mandi dan bersiap akan kerumah sakit. Selama berada di Yamun dan tinggal di villa ini hubungannya dan Akhtar banyak kemajuan, dan terbilang lumayan karena sesekali Akhtar tersenyum kepadanya dan dia mulai mau membuka percakapan bersama Akhtar. Tapi tak dipungkiri juga kalau dia masih bertanya-tanya kemana Ghafur pergi. Setelah kejadian sore itu, besok paginya Ghafur sudah tidak ada di villa itu. Hanya Thomas dan dua pengawal lainnya yang mengantar atau mengawalnya dirumah sakit. Sedangkan Akhtar bersama pengawal lainnya mengurus pekerjaannya, sesekali Akhtar akan menemaninya dirumah sakit tapi dia lebih sering sendiri. Tiga hari berlalu dan ini adalah hari terakhir mereka berada dikota Yamun. Besok paginya mereka akan pergi ke luar negri untuk berbulan madu. Karena kebaikan hati ayah mertuanya, Akhtar dan Vienza dipaksa berbulan madu. Dan semuanya sudah dipersiapkan. Villa, jet pribadi, rute perjalanan bahkan sudah di
Akhtar diam menatap Vienza yang masih tersenyum melihat pemandangan didepannya. "Kau milikku, dan kau tahu artinya." kalimat itu hanya bisa dia ucapkan didalam hatinya. Akhtar tahu sekarang Vienza dan dirinya berteman. Berteman dalam ikatan pernikahan, apakah Vienza tidak tahu kalau Akhtar sudah berusaha sangat keras untuk bisa membuka hatinya dan bersikap lebih manis kepada Vienza, tapi Vienza hanya menganggapnya teman. Sungguh ironis sekali bukan. "Kau memikirkan apa Pangeran?" Vienza melihat Akhtar yang hanya diam melihat wajahnya. Akhtar hanya tersenyum sebelum mengeluarkan pertanyaan yang membuat Vienza kaku. " Vienza, apakah kau memang sangat mencintai pria yang pernah kau ceritakan?" Vienza menunduk merasakan debaran dihatinya. Dan dia mengangguk, lalu menatap Akhtar yang masih mendayung perahu untuk mereka kembali. "Bagaimana kau tahu itu cinta?" Vienza mengernyit bingung tapi mencoba menjawab pertanyaan Akhtar. "Nt
Seluruh keluarga kerajaan tampak berkumpul di depan ruang persalinan rumah sakit Wieldburg Hospital, rumah sakit yang biasanya menangani keluarga kerajaan.Hari ini Vienza akan melahirkan penerus kedua tahta kerajaan Wieldburg, Vienza sedang ditemani Akhtar didalam ruang persalinan, karena Vienza melahirkan secara normal. Ratu Zira, dan Raja Alvian ada disana untuk menemani anak mereka, Putri Mahira, Pangeran Ghafur dan juga Pangeran Zyan ikut menantikan kelahiran anak Vienza dan Akhtar."Ibund, ayah, bagaimana ?" Suara seorang wanita membuat mereka semua menoleh." Zia, kenapa kamu kesini. Lihat perutmu itu." Kata Zira mengomeli Zia putrinya yang sedang hamil besar. Zia malah tersenyum dan langsung memeluk ayah dan ibunda nya."Maaf ibunda, saya sudah katakan kalau lebih baik menunggu telpon dari ibunda atau Zyan, tapi Zia bersih keras ingin pergi." Reikhan memperlihatkan wajah menyesalnya kepada keluarga Zia."Tidak apa Rei, putri ku yang satu ini memang suka me
Vienza menatap kearah depannya dimana pemandangan Akhtar dan putranya bermain-main. Vienza mengelus perutnya yang juga terdapat kehidupan baru disana, Vienza sedang mengandung lagi anak Akhtar. Usia kehamilannya sudah memasuki enam bulan, semuanya berjalan lancar. Setelah kejadian buruk dulu yang membuat Akhtar sangat memperketat penjagaan istana juga tidak lagi terlihat main-main kepada seorang penghianat. Bahkan untuk hukuman kepada Mentri yang tidak menjalankan sumpah nya sebagai dewan istana, Akhtar tidak segan untuk menghukum penggal mereka didepan masyarakat. Peraturan baru itu diharapkan akan membuat semua mentri benar-benar menjalankan tugas mereka dan melayani masyarakat Wieldburg dengan baik. Sebagai seorang Raja tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya ada padanya dan juga kemajuan kerajaan Wieldburg bergantung padanya, cara berpikir dan juga ketangkasannya sangat diperlukan untuk memimpin kerajaannya agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tapi dibalik sik
Akhtar menunggu didepan ruang operasi bersama yang lainnya. Sudah dua jam Vienza didalam sana, dan dia sudah sangat cemas. Lampu operasi belum juga mati hingga setengah jam kemudian lampu yang terus diperhatikan Akhtar mati. Akhtar berdiri membuat yang lain mengikuti apa yang dilakukan Akhtar. Lima belas menit terus berdiri Akhtar masih terus menunggu kehadiran Dokter yang mengatakan kalau Vienza baik-baik saja dan akhirnya dokter bedah yang menangani Vienza juga dokter Khanita menemui Akhtar yang memang menunggu mereka berdua. Dari wajah dokter itu saja Akhtar sudah tahu kalau ini bukan berita baik, Zyan ikut berdiri disampingnya. "Operasi berjalan lancar Yang Mulia, tapi kondisi Ratu Vienza sangat lemah. Dan saat ini sedang kritis," ucap dokter Khanita yang memberikan penjelasan. "Apa maksudnya?" tanya Akhtar nyaris tidak terdengar. "Kita akan menunggu tiga jam lagi. Jika memang tidak ada tanda-tanda kalau Ratu Vienza akan sadar dan detak jantungnya tidak naik maka
Suara brankar didorong dan langkah beberapa orang yang seperti berlari membuat suasana semakin terasa tegang. Vienza sudah dipasangkan oksigen dan juga infus dilengannya. Vienza masih sadar namun matannya seolah mengatakan kalau dia sudah tidak sanggup lagi. "Ah.......," jerit Vienza dan perawat tahu kalau itu adalah air ketuban Vienza. Tidak ingin terlalu lama salah satu dokter kandungan terbaik dirumah sakit itu yang ikut mendorong brankar Vienza mulai menyuruh para perawat menyiapkan ruang persalinan untuk Vienza. Setelah masuk kedalam ruang persalinan Dokter Khanita keluar lagi bersama Akhtar. "Yang Mulia Raja, karena air ketuban Ratu Vienza sudah pecah saya meminta anda untuk mengambil keputusan. Apakah diperbolehkan kalau kami melakukan persalinan normal.""Karena jika harus operasi saya takut keadaan Ratu tidak stabil, karena banyaknya darah yang sudah keluar saat ini." Akhtar tampak berpikir dan Zyan mengeluarkan suaranya. "Bukankah Vienza sedang tidak
"Thomas kita harus segera menuju perbatasan Alaska dan Wieldburg. Pangeran Zyan akan segera menuju kesana juga"Thomas mengangguk patuh dan berbicara kepada pilot helikopter itu. Kenapa perasaanya semakin tidak tenang seperti ini . "Berapa lama lagi kita akan segera sampai di perbatasan?" tanya Akhtar tak sabar. "Yang Mulia, jika kecepatan kita stabil terus seperti ini kita akan sampai sekitar empat puluh lima menit lagi." Akhtar mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Thomas. Akhtar mengangkat ponselnya saat nama Zyan tampil dilayar ponselnya. "Ya Zyan ? Bagaimana?" "Aku dan Raja Pedro sudah sampai di perbatasan, tapi tidak ada speedboat atau apapun itu disini." "Apa kau yakin Vienza kearah perbatasan ini." Akhtar sekarang merasa ragu, benarkah Vienza kearah sana. Tapi dia tidak mungkin salah melihat. Atau apa mungkin cincin itu jatuh? Tapi jika jatuh pasti cincin itu tidak aktif. Karena cincin yang dipesan Akhtar khusus itu hanya a
Saat Akhtar memikirkan kemungkinan buruk terjadi pada istrinya , dia teringat meninggalkan sebuah cincin yang dipakai Vienza. Dengan cepat Akhtar membuka ponselnya dan mengecek cincin GPS yang dia berikan kepada Vienza. Omar dan Thomas melihat apa yang sedang dilakukan Akhtar,mereka bingung apa yang sedang Akhtar lakukan diponselnya.'Aktif' Akhtar bisa tahu cincin itu masih dipakai Vienza dan dia bersyukur Vienza masih berada di Wieldburg, tapi mata Akhtar memicingkan matanya saat dia tahu letak keberadaan Vienza. Istrinya itu menuju hutan rahasia yang Akhtar pernah beritahu, ada apa Vienza sampai kesana. Pasti sesuatu yang buruk tengah terjadi kepada Vienza."Thomas siapkan helikopter khusus untukku. Sekarang juga kita harus ke Fortania, beritahu Fasya segera aku akan kembali.""Tapi baginda, akses menuju Wieldburg sementara ditutup.""Jangan membantah Thomas, aku perintahkan kau secepat mungkin menyiapkan kepulanganku. Dan satu lagi, katakan kepada Fasya untuk
Vienza sedang duduk tersenyum di kursinya menyaksikan beberapa kata sambutan dari orang-orang penting di King Arthur Hospital di Yamun. Setelah Akhtar berangkat tak lama kemudian rombongan dirinya dan Mahira juga pergi menuju Yamun untuk menghadiri acara amal yang setiap tahunnya selalu digelar Rumah Sakit itu. Rumah Sakit King Arthur ini adalah salah satu rumah sakit besar modern yang dulunya dibangun pertama kali di Kerajaan Wieldburg, King Arthur kakek buyutnya Akhtar adalah Raja yang sangat peduli akan kesehatan rakyatnya.Dan dirumah sakit ini masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan dari kerajaan untuk masalah biaya berobat mereka, dengan memenuhi semua persyaratan dari Kerajaan. Mahira disebelah Vienza terlihat serius mendengarkan pidato-pidato sedari tadi. Tak lama acara pun selesai setelah Vienza memberikan pidatonya juga serta beberapa bingkisan kepada para perawat dan juga dokter yang sudah dengan sepenuh hati menyembuhkan dan merawat para pasien. Beber
Pagi ini Vienza sedang senam kehamilan ditemani Akhtar di area taman pribadi milik Ratu. Usia kehamilan Vienza sudah menginjak tujuh bulan, dan selama itu juga Akhtar tidak pernah meninggalkannya. Dia menyerahkan urusan keluar negri kepada Ghafur sebagai wakilnya, dan Ghafur terpaksa menunda pekerjaannya sebagai penyanyi. Akhtar selalu menyiapkan penjaga serta pelayan yang berjumlah hampir sepuluh orang di Istana Ratu jika dia pergi menghadiri rapat Dewan atau urusan lainnya. Selama Vienza hamil dia juga selalu menuruti keinginan istrinya sesulit apapun itu. Yang terakhir yang membuatnya malu sendiri adalah Akhtar diminta Vienza untuk memakai jubah tidur seorang Ratu, tapi setelah Akhtar memakai nya Vienza malah menangis dan meminta maaf. Vienza adalah anugrah baginya, Vienza melengkapinya. Dia tidak tahu bagaimana jadinya dia jika Vienza meninggalkannya. Akhtar membersihkan keringat dikening Vienza. Dia berdiri tegap dan terus membantu Vienza melakukan gerakan. Ma
Vienza bangun dari tidurnya karena mencium aroma yang dia inginkan. Akhtar sudah bangun dan menyentuh wajah istrinya itu. "Pagi sayang." Akhtar ingin terawa melihat wajah penasaran dari Vienza. "Kau lapar? Aku sudah menyiapkan sarapanmu dan juga susu hamil mu." Akhtar membawakan nampan yang berada dibelakang dirinya lalu duduk disamping Vienza. Mata Vienza berbinar menatap bakso yang ada dinampan itu. Vienza langsung mengambil nampan yang ada dipangkuan Akhtar. Dia langsung bersiap memakan bakso itu, tanpa mengucapkan terimakasih kepada Akhtar yang sudah membawakan dirinya makanan itu. Tapi Akhtar tidak masalah karena sekarang dia melihat Vienza yang sangat bahagia memakannya, bagaimana bisa istrinya ini begitu semangat hanya memakan semangkuk bakso. "Sayang, kenapa bakso ini masih hangat. Apa kau menyuruh koki istana memanaskannya?" Tanya Vienza disela makannya. "Aku tidak mungkin memberikanmu makanan panasan seperti itu sayang. Kau hamil dan aka