Akhtar diam menatap Vienza yang masih tersenyum melihat pemandangan didepannya.
"Kau milikku, dan kau tahu artinya." kalimat itu hanya bisa dia ucapkan didalam hatinya. Akhtar tahu sekarang Vienza dan dirinya berteman. Berteman dalam ikatan pernikahan, apakah Vienza tidak tahu kalau Akhtar sudah berusaha sangat keras untuk bisa membuka hatinya dan bersikap lebih manis kepada Vienza, tapi Vienza hanya menganggapnya teman.Sungguh ironis sekali bukan."Kau memikirkan apa Pangeran?"Vienza melihat Akhtar yang hanya diam melihat wajahnya.Akhtar hanya tersenyum sebelum mengeluarkan pertanyaan yang membuat Vienza kaku." Vienza, apakah kau memang sangat mencintai pria yang pernah kau ceritakan?"Vienza menunduk merasakan debaran dihatinya. Dan dia mengangguk, lalu menatap Akhtar yang masih mendayung perahu untuk mereka kembali."Bagaimana kau tahu itu cinta?"Vienza mengernyit bingung tapi mencoba menjawab pertanyaan Akhtar."NtAkhtar membuka matanya dan melihat Vienza berbaring disofa kamar mereka. Akhtar menjambak rambutnya kasar, bisa-bisanya dia bermimpi bercinta sangat panas dengan Vienza. Padahal nyatanya, setelah dari danau mereka langsung pulang dengan mobil yang sudah menunggu mereka. Akhtar bangun dan mendekati Vienza yang masih tertidur. Dia punya ide jahil membangunkan istri tapi temannya ini. Akhtar mengecup pipi Vienza tapi Vienza masih nyenyak sekali. Lalu Akhtar mencubit pipi Vienza, masih juga tidur. Akhtar mulai memikirkan cara lain untuk membangunkan Vienza dan dia dapat ide. "Bangun atau aku cium" bisiknya ditelinga Vienza. Dan Vienza langsung duduk dari tidurnya dengan terburu-buru.Dia menatap Akhtar dengan kesal."Kau ini, sudah semalaman mengganggu tidurku, sekarang malah membangunkan ku dengan seperti ini. Menyebalkan sekali" Vienza cemberut dan memukul wajah Akhtar dengan bantal sofa. "Oh ya aku mengganggumu? Memang apa yang kula
Vienza turun dari helikopter yang membawa mereka setelah pesawat mereka tiba di bandara. mata nya langsung mencari tahu dimana dia berada saat ini. Dan benar saja dugaannya tentang nama tempat ini. Dia memang punya keinginan jika menikah nanti, dia ingin berbulan madu dipulau ini. Tapi siapa sangka jika keinginannya terkabul, dan dia benar-benar akan berbulan madu disini. Ada beberapa orang yang sepertinya memang menunggu kedatangan mereka, karena Vienza melihat ada sekitar sepuluh orang berseragam hitam yang tentunya itu adalah pengawal dan ada lima orang wanita memegang kalung bunga. Akhtar yang berjalan didepan mendapatkan kalung bunga itu, Vienza melihat jika wanita yang mengalungkan bunga dileher Akhtar tersipu malu bahkan merona hanya karena Akhtar tersenyum. Setelah Akhtar giliran Vienza yang disambut lalu Aurel dan Fasya. Vienza berjalan berdampingan dengan Akhtar, menyusuri jembatan kayu yang menuju sebuah Resepsionis di resort ini. Akhta
Akhtar membuka matanya dilihatnya Vienza yang masih tertidur sambil memeluknya. dia memainkan rambut dan memandangi wajah cantik dan juga manis dipelukannya ini. dia mengingat kejadian tadi malam. Flash backMereka kembali dari pulau Vaadhoo sekitar jam dua belas malam, mereka menghabiskan waktu berdua ditepi pantai pulau yang indah itu.Vienza banyak bercerita tentang kedua kembarannya dan juga bagaimana hidupnya selama di Fortania. Dan demi tuhan Akhtar ingin sekali mencium seluruh wajah Vienza malam itu. Tapi dia menahannya hingga mereka hampir sampai di bungalow. Saat itu di speedboat Akhtar mencium bibir Vienza dengan lembut, akhtar merasa hampir putus asa terus mencumbu Vienza tapi istrinya itu hanya diam dan membuka mulutnya saja. Saat Akhtar ingin menghentikan ciuman mereka saat itu Vienza membalasnya. Membuat ciuman itu berlanjut dan semakin menggebu-gebu.Akhtar mematikan mesin speedboat tapi dia dan Vienza masih disana mencicip
Akhtar duduk di sofa cafe, dia perhatikan Vienza sedari tadi hanya diam. Wanita itu hanya tersenyum seadanya dan tidak banyak bicara, bahkan gurauan Akhtar yang biasa membuatnya merona kini Vienza seperti tidak mendengarkan apa pun perkataan Akhtar. Vienza sendiri duduk termenung tanpa dia sadarai Akhtar memperhatikannya sedari tadi. Jika kalian mengira Vienza sudah bisa melupakan Ghafur maka jawabannya salah. Tidak sedikit pun dia melupakan pria itu, dia hanya mengikuti apa yang disarankan adiknya, dan dia ingin Ghafur menjauh darinya.Tapi saat Ghafur menatapnya dengan tatapan kecewa dirinya malah sangat ingin memeluk ghafur dan bersama pria itu saat ini. Ghafur pasti sangat hancur melihat kemesraannya dengan akhtar tadi. Meski tidak dipungkirinya kalau dia pun merasa sangat nyaman didekat Akhtar dan perasaan menggebu setiap akhtar menyentuhnya selalu dia rasakan. Satu sisi dia ingin hidup tenang bersama Akhtar tapi satu sisi dalam hatinya mengat
Akhtar duduk berhadapan dengan Vienza yang memakai piyama merah.Mereka duduk diteras depan bungalow sambil menikmati sunset.Sebelum memulai cerita tentang dirinya Akhtar mengambil sebotol anggur dan juga beberapa camilan didalam lemari es. Akhtar memang lapar karena di cafe tadi dia tidak sempat makan apa pun, dia hanya meminum kopi hitamnya. Perlu dicatat kalau Akhtar adalah penikmat kopi hitam, itu yang dapat diketahui Vienza tentang Akhtar selama mereka bersama beberapa waktu ini. "Jadi, ada berapa mantan pacar mu Pangeran?" Akhtar tersenyum geli karena Vienza tidak sabaran mendengar berapa mantan pacarnya. "Aku memiliki dua mantan pacar, yang pertama saat aku masih remaja. Dia anak dari salah satu pengusaha kaya di Wieldburg. Tapi saat kami melakukannya ternyata dia sudah sering melakukan hal itu kepada pria lain."Vienza terkejut bukan main saat Akhtar mengatakan kalau saat remaja dia sudah menyentuh wanita."Jangan berpikir b
Vienza tidak melihat ponselnya saat dia bangun dipagi hari.Setelah dia mandi dan sholat subuh, dia menyiapkan sarapan untuk Akhtar dan dirinya. Sore ini mereka akan ke New york dan Vienza ingin memberikan kejutan untuk adiknya tercinta itu. Akhtar bangun, dia berjalan ke pantry mencium bahu Vienza sambil memeluknya. Mandi dulu, lalu kita sarapan bersama. Akhtar tidak beranjak pergi, dia masih terus menciumi leher Vienza. "Ah.. Aku lupa sayang. Tadi ibundamu menelpon dia menyuruhmu menelpon balik." Vienza lalu melepaskan pelukan Akhtar dia bermaksud ingin mengambil ponselnya. Tapi Akhtar menahan tubuhnya. "Mau kemana sayang?" Akhtar menyentuh bibir Vienza. Membuat Vienza menginginkan hal yang sama. "Ehm... Akhtar aku ingin menelpon ibunda." Akhtar memberikan ponselnya dan dia duduk dimeja bar memakan roti bakar selai kacang yang dibuatkan Vienza. "Tadi ibunda mu menelpon ke ponselku sayang, dia bilang ponse
Vienza dan Akhtar sampai di New York. Mereka masih bersama Fasya dan Aurel yang memang menyukai pertunjukan Fashion show yang diadakan Victoria Secret itu. Fasya bahkan hampir tidak pernah absen untuk melihatnya. Vienza melihat Ghafur yang berjalan didepan mereka menemui receptionist hotel, mereka memang akan menginap di Redd'z Hotel karena memang acaranya juga diadakan di hotel bintang tujuh ini. Vienza tahu ini adalah salah satu Hotel milik Paman nya, Aldrich."Ayo," suara Akhtar membuat Vienza berhenti mengamati lobby hotel ini. Mereka berjalan bersama dengan didampingi para pengawal dibelakang mereka. Vienza bahagia saat mereka ternyata mendapat bangku diurutan paling depan. Suasana sangat ramai dan Vienza menjadi perhatian semua orang untuk beberapa saat. Karena ini pertama kalinya Vienza dan Akhtar berada didepan publik, ada beberapa kamera yang mengambil secara diam-diam foto mereka. Akhtar sangat tahu kalau besok berita dirinya dan Vienza a
Vienza berjalan sendiri di trotoar, ponselnya berdering untuk kesekian kalinya. Tapi dia tetap tidak mahu mengangkat panggilan dari Akhtar itu. Vienza tidak marah, hanya saja dia sedikit kecewa karena Akhtar tidak mengelak saat putri dari moskow itu mencium nya. Tunggu apakah dia cemburu? Vienza menghentikan langkah kakinya. Oh tidak mungkin, pasti ini cuma kesal karena Akhtar tidak mengelak tadi. Vienza kembali melangkah, dari jauh dia dapat mendengar teriakan seseorang. Vienza memilih melihat siapa yang memanggilnya dari sebrang jalan. Ternyata Akhtar dan juga Zia yang memanggilnya. Vienza diam ditempatnya, deru nafas Akhtar dan Zia yang berlari menyebrang jalan terdengar olehnya. Dilihatnya Zia memasang wajah galak dan Akhtar terlihat lelah dan khawatir. "Kau kemana saja kak, kami sudah hampir dua jam mencarimu. Pangeran Akhtar bahkan tidak berhenti menelponmu." Akhtar yang disebut-sebut memilih menggenggam tangan Vienza.