Vienza masuk kedalam istana setelah pagi ini dia berjalan-jalan disekitar pasar di ibukota bersama seorang pelayan yang kemarin diperintahkan Akhtar untuk menjadi pelayan pribadinya.
Akhtar pergi ke Moskow selama tiga hari dan dia malam ini akan kembali dari kunjungannya itu. Vienza tidak jadi ikut karena Akhtar tidak mengajaknya. Alasan Akhtar karena dia akan langsung pergi ke Qatar setelah selesai di Moskow.Vienza merasa lebih baik saat Akhtar tidak ada diistana. Tapi sepertinya dia salah, saat ini Ghafur sedang berdiri di gerbang pintu menuju kamarnya.Dia berpura-pura tidak melihat"Paula kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan istirahat sebentar. Letakkan buah-buahan ini dilemari es didapur istana." Vienza menyuruh pelayan nya itu pergi karena tak ingin Paula curiga kepadanya dan Ghafur.Dan dia akan segera masuk kedalam kamar saat tangan itu menahan tangannya. Vienza melihat tangan kokoh yang menahannya itu, dia heran kemana perginya penjaga kamar nya.Lalu tiba-tiba Ghafur mendorong tubuhnya masuk kedalam kamar.Dia membuat tubuh Vienza terhimpit oleh dinding kamar dan dirinya.Vienza masih tak berbicara meski matanya menyiratkan kemarahan sekarang."Maafkan aku, aku tidak bisa berbicara dengan mu jika ada pangeran Akhtar disini.""Apa mau mu? Kau tidak bisa menemuiku seperti ini, dan semuanya sudah berakhir Ghafur, kau yang menginginkan ini.""Aku... Aku... Aku masih sangat mencintaimu. Aku terlalu kecewa saat itu, aku terlalu kesal karena kau tidak jujur kepadaku. Tapi percayalah aku masih sangat mencintaimu Viza, aku tidak bisa melihatmu dengan pria lain. Aku ingin kita pergi bersama-sama sekarang. Kita akan hidup bahagia berdua. Sebelum Pangeran Akhtar kembali kita harus melarikan diri."Plak....Tamparan mendarat dipipi Ghafur."Semudah itu kau mengatakan kita kabur bersama ha?! Kau mau aku mempermalukan keluargaku, mempermalukan nama Kerajaanku ! Aku tidak mengerti jalan pikiranmu Ghafur. Semua alasan kebohonganku sudah kutuliskan disurat itu, aku meminta mu menemuiku agar pernikahanku dibatalkan dan kita bisa bersama. Tapi kau terlalu memikirkan egomu sendiri. Aku sudah menyuruh Ayahanda ku membatalkan pernikahanku dan dia melakukannya demi kebahagianku. Tapi kau menghancurkan semuanya. Hanya karena sedikit kebohonganku kau mengambil pemikiranmu sendiri, dan sekarang memintaku lari denganmu. Aku sudah menikah Ghafur dan terima saja itu."Ghafur memeluk Vienza tapi Vienza menolaknya sekuat tenaga."Aku tahu kau masih mencintaiku Viza. Aku tahu kita masih saling mencintai. Aku tahu Pangeran Akhtar tidak serius menikah denganmu dia hanya melakukan semua ini demi kebahagian Raja__ ayahnya"."Lalu apa jika aku masih mencintaimu ha? Aku harus kabur dengan mu begitu, apa kau tidak tahu aku sudah menikah. Dan kerajaan ini akan segera memenggal kau Ghafur. Mereka tidak akan menghukumku karena aku seorang Putri. Kaulah yang akan disalahkan, dan kedua orang tua ku akan mendapatkan penghinaan atas kelakuanku.""Lalu apa kau mau menjalani hidup dengan orang yang tidak kau cintai? Apa kau tahu pangeran Akhtar suka bermain di club bersama teman-teman dan para wanita yang menemaninya. Kau hanya membodohi dirimu saja Viza, dia mengatakan kau tak lebih dari barang pribadinya. Dia akan datang saat dia mau dan meninggalkanmu begitu saja."Vienza menunduk dan membuka jubah yang dia pakai. Wajah Ghafur tak percaya melihat Viza serapuh ini sekarang, senyuman nya saat ini seperti tusukan pedang yang menghujam dirinya sendiri."Kau lihat ini. Aku sudah menerima semua nya Ghafur, dan aku adalah miliknya sekarang. Aku sudah menjadi istrinya."Ghafur terdiam melihat sisa percintaan Akhtar dan Vienza yang diperlihatkan oleh wanita itu.Vienza bergetar menahan tangisnya, Ghafur lalu melihat pergelangan tangan Viza terdapat memar bekas cengkraman tangan seseorang. Dia tahu pasti itu bekas cengkraman tangan Akhtar. Akhtar pasti memaksakan kehendaknya kepada Viza."Pikirkanlah ucapanku Viza, kau tahu pasti perasaanku padamu." Ghafur dengan berat hati meninggalkan Vienza yang berdiri ingin menangis. Sebelum pergi dia mencium kening Vienza dan mengusap pipi wanita yang dicintainya itu.Pintu tertutup dan Vienza merosot perlahan kelantai terduduk dengan tangan yang menutup wajahnya. Tangisannya pun mulai terdengar. Mungkin dia harus mengorbankan kebahagiaanya dan terkurung dengan pernikahan bodoh ini.Vienza bangkit dan membuka semua pakaiannya dia masuk kedalam kamar mandi bermaksud untuk berendam dan menenangkan pikirannya.*****Akhtar berjalan gagah ke kamarnya dan pelayan sibuk membawakan pakian ganti juga beberapa buah-buahan serta minuman."Bagaimana keadaan istriku Ghafur? Apa dia melakukan kesalahan lagi."Akhtar bertanya kepada Ghafur dan yang ditanya malah terkejut."Tuan Putri tidak pernah melakukan kesalahan Pangeran.""Baiklah terimakasih sudah mengurus semuanya dengan baik Ghafur. Aku punya berita baik untukmu. Mulai besok kau bisa menjabat sebagai salah satu anggota dewan di Istana. Aku sudah membicarakan hal ini kepada ayahku dan dia setuju melihat cara kerjamu yang bagus. Dia juga meminta mu untuk menjadi orang kepercayaannya, dua pilihan itu kau bisa menentukannya yang mana yang kau inginkan."Akhtar tersenyum kepada Ghafur yang masih terkejut. Pangeran Akhtar sebenarnya pria yang baik hanya saja sepertinya dia memiliki sesuatu yang tidak ingin orang lain tahu."Ghafur kau bisa pergi sekarang, aku ingin beristirahat. Kita bertemu besok diruang dewan."Baru saja Ghafur akan pergi seorang pengawal kepercayaan Akhtar terburu-buru masuk kekamar sang Pangeran."Maaf Pangeran. Putri Mahkota ditemukan tak sadarkan diri didalam bak mandinya. Dan sekrang Dokter sedang memeriksa keadaan beliau."Akhtar mengeram kesal dengan berita ini, sedangkan Ghafur merasakan waktu berhenti dan dia tak dapat bernafas.Saat dia sadar Akhtar sudah berjalan dengan terburu-buru menuju kamar Vienza. Anak tangga tak membuatnya lelah untuk segera sampai dikamar Vienza. Begitu juga Ghafur yang berada dibelakangnya.Akhtar sampai dikamar itu melihat Ibunda nya, Mahira serta Baginda Raja sedang menatap khawatir Vienza."Apa yang terjadi ayah?" Raja menatap anak lelakinya itu iba."Mahira tadi bermaksud mengajak Vienza berjalan-jalan bersamanya ditaman Istana. Dan dia terkejut melihat Vienza berada didalam bak mandi dengan wajah pucat dan bak mandi yang sudah bercampur warna darah."Akhtar semakin merapatkan rahang dan berjalan kekamar mandi sang Putri.Dilihatnya pelayan sedang membersihkan sisa-sisa darah di pinggiran bak mandi itu.Apa Vienza bermaksud bunuh diri pikirnya. Tapi apa penyebab wanita ini melakukan hal itu, apa ada yang tak dia ketahui dari sang Putri.Tentu saja banyak hal yang tak dia tahu karena dia tidak pernah berusaha mencari tahu atau sekedar bertanya kepada Vienza.Baginda Raja mendekatinya,"Ayah ingin kita bicara"Dan sekarang disinilah Akhtar berada diruang kerja sang Raja yang selalu membuat Akhtar takjub dengan ruangan ini."Akhtar apa kau menyakiti Vienza?""Apa maksud Ayah?""Saat Dokter memeriksa Vienza tadi, ibumu melihat ada memar ditangan dan paha Vienza. Apa kau terlalu kasar kepadanya Akhtar?"Akhtar memutar ingatannya seingatnya dia tidak pernah memukul Vienza, meski dia tak perduli dengan wanita itu, tapi dia tidak pernah memukul Vienza.Dan dia ingat saat malam terakhir mereka bercinta, dia memang terlalu kuat menggenggam tangan Vienza karena wanita itu sempat berontak untuk melayaninya.Ya... Dia memang memaksa untuk waktu itu."Maafkan aku ayah. Aku tidak bermaksud menyakitinya.""Akhtar kau seharusnya meminta maaf kepada istrimu, ayah tahu mungkin kalian belum saling menyukai. Ayah tahu hal itu, tapi ayah mohon kau bisa lebih mengenal istrimu."Akhtar mengangguk mengerti dan pergi dari ruangan itu.Perasaan bersalah sekarang menghampirinya, apa memang Vienza tak menikmati percintaan mereka selama ini. Apa wanita itu selalu terpaksa melakukannya. Tapi kenapa? Dia tidak menolak saat Akhtar mulai mencumbunya.Dia harus berbicara dengan wanita aneh itu pikirnya.*****Semalaman Akhtar menunggui Vienza dikamarnya. Dokter memasangkan nya infus karena kondisi tubuh Vienza yang lemah. Vienza membuka matanya saat matahari masuk mengintip dari balik tirai mengusik tidurnya.Perlahan dia membuka mata dan mengamati ruangan sekitarnya.Lalu pandangannya berhenti melihat Akhtar yang duduk sambil menyilangkan kaki dan menatap tajam Vienza."Selamat pagi istriku, bagaimana keadaanmu sekarang?"Vienza hanya diam tak menjawab dan mengalihkan pandangannya.Akhtar bangkit dari duduknya dan mengambil posisi tidur disebelah Vienza. Lalu dia memiringkan tubunya menatap Vienza. Vienza menahan nafas dan Akhtar tertawa."Apa aku semenakutkan itu, hingga kau mau bunuh diri?" Vienza tak menjawab dan masih membeku."Vienza apa ada hal yang kau sembunyikan dariku. Apa kau merasa terpaksa menikah denganku. Jika memang begitu aku bisa mengembalikanmu ke Fortania"Kalimat terakhir Akhtar membuat Vienza menggenggam tangan Akhtar.Akhtar merasakan hatinya menghangat saat tangannya digenggam oleh Vienza.Sepasang mata indah itu memohon kepadanya."Maafkan aku, aku akan menceritakan hal yang sebenarnya."Bersambung...Vienza menarik nafas sebelum memulai bercerita. Dan Akhtar menatapnya dingin, walau dalam hati dia merutuki untuk berada sedekat ini dengan Vienza. "Aku mencintai seseorang, dan aku jatuh cinta kepadanya setelah aku memutuskan setuju untuk bertunangan dan menikah denganmu Pangeran. Saat itu kupikir aku akan menjalani hidup bahagia layaknya ibu dan ayahku yang juga dijodohkan. Tapi aku melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya. Dan aku membohonginya." Akhtar geram mendengar awal pengakuan Vienza. Tapi Suara merdu Vienza seolah bisa membuatnya tidak berkata kasar kepada wanita ini. "Aku berbeda dengan ketiga kembaranku yang lain. Aku tidak pintar bergaul seperti adik perempuanku, aku juga tidak memiliki banyak teman seperti adik laki-laki ku. Aku selalu takut keluar dari istana, selalu takut akan ada lagi orang yang berusaha menyakitiku.dan karena itulah aku tidak pernah keluar istana selama sembilan belas tahun usia ku. Aku keluar istana jika ingin ke Indones
Fasya menarik tangan Vienza, Vienza bingung menatap Fasya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan wanita dan pria yang menggerakkan tubuh mereka tidak jelas. Ada yang saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Vienza merinding. Ghafur menggeram melihat Vienza bersama Fasya, ingin marah tapi tak bisa. Itulah posisinya yang menyedihkan sekarang. Akhtar melihat Fasya menarik tangan istrinya itu tapi dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap wanita yang bersamanya saat ini. "Itu istrimu kan?" tanya wanita yang bernama Luna itu. Yang ditanya hanya diam tak menanggapi,Akhtar memegang pinggang Luna dan Luna tersenyum merona."Kurasa istrimu akan sangat terpukul melihat kau seperti ini."Akhtar memilih tak mendengar dan sibuk bermesraan dengan Luna sambil mengikuti irama musik.Vienza ditempatnya merasa dipermalukan dengan perlakuan Akhtar. Bukan karena dia cemburu,hanya saja karena Akhtar sudah melukai harga dirinya.semua orang disini tahu ka
Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar."Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu."Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan.""Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa
Vienza duduk menunggu Akhtar yang masih ditangani Dokter. Wajah datarnya terlihat jelas, meski dirinya sendiri sebetulnya khawatir akan keadaan Pangeran Akhtar. Tiba-tiba dia melihat Akhtar keluar dengan seorang Dokter, dia sedikit bingung kenapa Akhtar bisa berjalan santai seperti ini. "Maaf tuan Putri, Yang Mulia Pangeran tidak ingin dirawat dan beliau mau segera pergi dari Rumah Sakit." Jelas Dokter muda cantik yang mencuri pandang ke Akhtar, Vienza jelas tahu hal itu. "Aku merasa tidak perlu dirawat, dan jika aku dirawat perjalanan kita akan tertunda." Akhtar menjelaskan kepada Vienza dan dia merutuki perbuatannya. "Tapi kau harus istirahat Pangeran".Suara lembut penuh perhatian dari Vienza membuat jantung Akhtar berdetak dan ini tidak baik untuk dirinya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangan Dokter muda itu didepan Vienza sebuah senyum nakal terlihat disana. "Baiklah aku akan istirahat sebentar bersama Dokter Suzan. Apa kau bisa men
Akhtar menatap lama mata Vienza, deru nafas mereka beradu. Saat Akhtar ingin mencium Vienza gerakan itu tertahan. "Ehm... Apa yang kau ingin tanyakan tadi." Akhtar mundur menatap lama wajah datar yang tetap saja cantik itu. Dia memegang dagu Vienza, dan mencium leher Vienza. Beralih ke bibir Vienza yang masih tertutup rapat. Sudah lama Akhtar menahannya, dan tidak untuk sekarang. Dia sudah benar-benar gila jika bisa tahan melihat tubuh seksi Vienza. Tapi sialnya Akhtar tak bisa melanjutkan aktifitas nya, lagi-lagi ada orang yang mengganggu dirinya dan Vienza. "Maaf pangeran hamba pikir ada orang lain yang berada di dapur." Veinza membeku mendengar suara itu. Dia perlahan membuka matanya yang tertutup rapat saat Akhtar menciumnya tadi. "Ghafur.... Ghafur, kenapa kau selalu membuat moodku rusak. Ada perlu apa kau kesini, bukankah kau berada di Ibukota." Ghafur terlihat tidak takut dengan Akhtar, dia baru saja melihat wanita yang dia cint
Prince AkhtarAkhtar mengamati Ghafur yang mendekati Vienza, tatapan Ghafur kepada istrinya itu adalah tatapan memuja. Dan Akhtar tahu hal itu, dia memang beruntung memiliki istri yang kecantikannya bak dewi yang turun dari langit. Tapi dia tidak suka melihat pria manapun melihati istrinya seperti ini. Akhtar berjalan mendekati Ghafur dan Vienza diruangan itu. Dilihatnya Vienza sedang menggendong anak kecil dan tertawa bersama. Senyum diwajah Akhtar terukir, dia berhenti mendekat saat Thomas membuatnya menghentikan jalannya. "Ada apa Thomas?, apa ada hal penting?" Tatapan Akhtar membuat Thomas sedikit gemetar untuk menyampaikan pesan yang dia dapat. "Maaf pangeran, Shahid menyampaikan pesan kalau dia mendapatkan informasi yang pangeran inginkan. Dia menunggu pangeran di taman kota Yamun sekarang." Akhtar benar-benar gembira mendengar berita ini. Shahid adalah tangan kanan nya, dan informasi yang akan diberikan Shahid ini akan sangat pen
Akhtar benar-benar murka sekarang. Dia kembali setelah informasi yang didapatnya dari Shahid. Shahid mengatakan kalau adiknya berada di London. Dari informasi yang dia dapat, pewaris tahta kerajaan nomor dua itu berada di London dan hidup sebatang kara. Shahid berjanji tidak akan lama lagi dia akan mendapatkan apa yang diinginkan pangeran Akhtar. Yang tadinya Akhtar gembira, kini kegembiraan itu berubah menjadi rasa murka. Tanpa perlu menunggu Thomas membukakan pintu untuknya, Akhtar sudah membuka pintu mobilnya, langkah kaki Akhtar sangat pasti dan tatapan mata tajamnya membuat kedua orang yang memandang Akhtar takut untuk bergerak sedikit saja. Akhtar membuka kancing jas nya saat sudah sampai didepan Vienza, dia membentangkan jas nya dan menutupi kepala Vienza. Sebetulnya dia hanya ingin memperlihatkan kepada Ghafur kalau Vienza adalah istrinya. Buka karena dia terlalu memperhatikan Vienza. "Masuk kedalam mobil sekarang."
Vienza bangun pagi-pagi sekali, dia mandi dan bersiap akan kerumah sakit. Selama berada di Yamun dan tinggal di villa ini hubungannya dan Akhtar banyak kemajuan, dan terbilang lumayan karena sesekali Akhtar tersenyum kepadanya dan dia mulai mau membuka percakapan bersama Akhtar. Tapi tak dipungkiri juga kalau dia masih bertanya-tanya kemana Ghafur pergi. Setelah kejadian sore itu, besok paginya Ghafur sudah tidak ada di villa itu. Hanya Thomas dan dua pengawal lainnya yang mengantar atau mengawalnya dirumah sakit. Sedangkan Akhtar bersama pengawal lainnya mengurus pekerjaannya, sesekali Akhtar akan menemaninya dirumah sakit tapi dia lebih sering sendiri. Tiga hari berlalu dan ini adalah hari terakhir mereka berada dikota Yamun. Besok paginya mereka akan pergi ke luar negri untuk berbulan madu. Karena kebaikan hati ayah mertuanya, Akhtar dan Vienza dipaksa berbulan madu. Dan semuanya sudah dipersiapkan. Villa, jet pribadi, rute perjalanan bahkan sudah di
Seluruh keluarga kerajaan tampak berkumpul di depan ruang persalinan rumah sakit Wieldburg Hospital, rumah sakit yang biasanya menangani keluarga kerajaan.Hari ini Vienza akan melahirkan penerus kedua tahta kerajaan Wieldburg, Vienza sedang ditemani Akhtar didalam ruang persalinan, karena Vienza melahirkan secara normal. Ratu Zira, dan Raja Alvian ada disana untuk menemani anak mereka, Putri Mahira, Pangeran Ghafur dan juga Pangeran Zyan ikut menantikan kelahiran anak Vienza dan Akhtar."Ibund, ayah, bagaimana ?" Suara seorang wanita membuat mereka semua menoleh." Zia, kenapa kamu kesini. Lihat perutmu itu." Kata Zira mengomeli Zia putrinya yang sedang hamil besar. Zia malah tersenyum dan langsung memeluk ayah dan ibunda nya."Maaf ibunda, saya sudah katakan kalau lebih baik menunggu telpon dari ibunda atau Zyan, tapi Zia bersih keras ingin pergi." Reikhan memperlihatkan wajah menyesalnya kepada keluarga Zia."Tidak apa Rei, putri ku yang satu ini memang suka me
Vienza menatap kearah depannya dimana pemandangan Akhtar dan putranya bermain-main. Vienza mengelus perutnya yang juga terdapat kehidupan baru disana, Vienza sedang mengandung lagi anak Akhtar. Usia kehamilannya sudah memasuki enam bulan, semuanya berjalan lancar. Setelah kejadian buruk dulu yang membuat Akhtar sangat memperketat penjagaan istana juga tidak lagi terlihat main-main kepada seorang penghianat. Bahkan untuk hukuman kepada Mentri yang tidak menjalankan sumpah nya sebagai dewan istana, Akhtar tidak segan untuk menghukum penggal mereka didepan masyarakat. Peraturan baru itu diharapkan akan membuat semua mentri benar-benar menjalankan tugas mereka dan melayani masyarakat Wieldburg dengan baik. Sebagai seorang Raja tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya ada padanya dan juga kemajuan kerajaan Wieldburg bergantung padanya, cara berpikir dan juga ketangkasannya sangat diperlukan untuk memimpin kerajaannya agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tapi dibalik sik
Akhtar menunggu didepan ruang operasi bersama yang lainnya. Sudah dua jam Vienza didalam sana, dan dia sudah sangat cemas. Lampu operasi belum juga mati hingga setengah jam kemudian lampu yang terus diperhatikan Akhtar mati. Akhtar berdiri membuat yang lain mengikuti apa yang dilakukan Akhtar. Lima belas menit terus berdiri Akhtar masih terus menunggu kehadiran Dokter yang mengatakan kalau Vienza baik-baik saja dan akhirnya dokter bedah yang menangani Vienza juga dokter Khanita menemui Akhtar yang memang menunggu mereka berdua. Dari wajah dokter itu saja Akhtar sudah tahu kalau ini bukan berita baik, Zyan ikut berdiri disampingnya. "Operasi berjalan lancar Yang Mulia, tapi kondisi Ratu Vienza sangat lemah. Dan saat ini sedang kritis," ucap dokter Khanita yang memberikan penjelasan. "Apa maksudnya?" tanya Akhtar nyaris tidak terdengar. "Kita akan menunggu tiga jam lagi. Jika memang tidak ada tanda-tanda kalau Ratu Vienza akan sadar dan detak jantungnya tidak naik maka
Suara brankar didorong dan langkah beberapa orang yang seperti berlari membuat suasana semakin terasa tegang. Vienza sudah dipasangkan oksigen dan juga infus dilengannya. Vienza masih sadar namun matannya seolah mengatakan kalau dia sudah tidak sanggup lagi. "Ah.......," jerit Vienza dan perawat tahu kalau itu adalah air ketuban Vienza. Tidak ingin terlalu lama salah satu dokter kandungan terbaik dirumah sakit itu yang ikut mendorong brankar Vienza mulai menyuruh para perawat menyiapkan ruang persalinan untuk Vienza. Setelah masuk kedalam ruang persalinan Dokter Khanita keluar lagi bersama Akhtar. "Yang Mulia Raja, karena air ketuban Ratu Vienza sudah pecah saya meminta anda untuk mengambil keputusan. Apakah diperbolehkan kalau kami melakukan persalinan normal.""Karena jika harus operasi saya takut keadaan Ratu tidak stabil, karena banyaknya darah yang sudah keluar saat ini." Akhtar tampak berpikir dan Zyan mengeluarkan suaranya. "Bukankah Vienza sedang tidak
"Thomas kita harus segera menuju perbatasan Alaska dan Wieldburg. Pangeran Zyan akan segera menuju kesana juga"Thomas mengangguk patuh dan berbicara kepada pilot helikopter itu. Kenapa perasaanya semakin tidak tenang seperti ini . "Berapa lama lagi kita akan segera sampai di perbatasan?" tanya Akhtar tak sabar. "Yang Mulia, jika kecepatan kita stabil terus seperti ini kita akan sampai sekitar empat puluh lima menit lagi." Akhtar mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Thomas. Akhtar mengangkat ponselnya saat nama Zyan tampil dilayar ponselnya. "Ya Zyan ? Bagaimana?" "Aku dan Raja Pedro sudah sampai di perbatasan, tapi tidak ada speedboat atau apapun itu disini." "Apa kau yakin Vienza kearah perbatasan ini." Akhtar sekarang merasa ragu, benarkah Vienza kearah sana. Tapi dia tidak mungkin salah melihat. Atau apa mungkin cincin itu jatuh? Tapi jika jatuh pasti cincin itu tidak aktif. Karena cincin yang dipesan Akhtar khusus itu hanya a
Saat Akhtar memikirkan kemungkinan buruk terjadi pada istrinya , dia teringat meninggalkan sebuah cincin yang dipakai Vienza. Dengan cepat Akhtar membuka ponselnya dan mengecek cincin GPS yang dia berikan kepada Vienza. Omar dan Thomas melihat apa yang sedang dilakukan Akhtar,mereka bingung apa yang sedang Akhtar lakukan diponselnya.'Aktif' Akhtar bisa tahu cincin itu masih dipakai Vienza dan dia bersyukur Vienza masih berada di Wieldburg, tapi mata Akhtar memicingkan matanya saat dia tahu letak keberadaan Vienza. Istrinya itu menuju hutan rahasia yang Akhtar pernah beritahu, ada apa Vienza sampai kesana. Pasti sesuatu yang buruk tengah terjadi kepada Vienza."Thomas siapkan helikopter khusus untukku. Sekarang juga kita harus ke Fortania, beritahu Fasya segera aku akan kembali.""Tapi baginda, akses menuju Wieldburg sementara ditutup.""Jangan membantah Thomas, aku perintahkan kau secepat mungkin menyiapkan kepulanganku. Dan satu lagi, katakan kepada Fasya untuk
Vienza sedang duduk tersenyum di kursinya menyaksikan beberapa kata sambutan dari orang-orang penting di King Arthur Hospital di Yamun. Setelah Akhtar berangkat tak lama kemudian rombongan dirinya dan Mahira juga pergi menuju Yamun untuk menghadiri acara amal yang setiap tahunnya selalu digelar Rumah Sakit itu. Rumah Sakit King Arthur ini adalah salah satu rumah sakit besar modern yang dulunya dibangun pertama kali di Kerajaan Wieldburg, King Arthur kakek buyutnya Akhtar adalah Raja yang sangat peduli akan kesehatan rakyatnya.Dan dirumah sakit ini masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan dari kerajaan untuk masalah biaya berobat mereka, dengan memenuhi semua persyaratan dari Kerajaan. Mahira disebelah Vienza terlihat serius mendengarkan pidato-pidato sedari tadi. Tak lama acara pun selesai setelah Vienza memberikan pidatonya juga serta beberapa bingkisan kepada para perawat dan juga dokter yang sudah dengan sepenuh hati menyembuhkan dan merawat para pasien. Beber
Pagi ini Vienza sedang senam kehamilan ditemani Akhtar di area taman pribadi milik Ratu. Usia kehamilan Vienza sudah menginjak tujuh bulan, dan selama itu juga Akhtar tidak pernah meninggalkannya. Dia menyerahkan urusan keluar negri kepada Ghafur sebagai wakilnya, dan Ghafur terpaksa menunda pekerjaannya sebagai penyanyi. Akhtar selalu menyiapkan penjaga serta pelayan yang berjumlah hampir sepuluh orang di Istana Ratu jika dia pergi menghadiri rapat Dewan atau urusan lainnya. Selama Vienza hamil dia juga selalu menuruti keinginan istrinya sesulit apapun itu. Yang terakhir yang membuatnya malu sendiri adalah Akhtar diminta Vienza untuk memakai jubah tidur seorang Ratu, tapi setelah Akhtar memakai nya Vienza malah menangis dan meminta maaf. Vienza adalah anugrah baginya, Vienza melengkapinya. Dia tidak tahu bagaimana jadinya dia jika Vienza meninggalkannya. Akhtar membersihkan keringat dikening Vienza. Dia berdiri tegap dan terus membantu Vienza melakukan gerakan. Ma
Vienza bangun dari tidurnya karena mencium aroma yang dia inginkan. Akhtar sudah bangun dan menyentuh wajah istrinya itu. "Pagi sayang." Akhtar ingin terawa melihat wajah penasaran dari Vienza. "Kau lapar? Aku sudah menyiapkan sarapanmu dan juga susu hamil mu." Akhtar membawakan nampan yang berada dibelakang dirinya lalu duduk disamping Vienza. Mata Vienza berbinar menatap bakso yang ada dinampan itu. Vienza langsung mengambil nampan yang ada dipangkuan Akhtar. Dia langsung bersiap memakan bakso itu, tanpa mengucapkan terimakasih kepada Akhtar yang sudah membawakan dirinya makanan itu. Tapi Akhtar tidak masalah karena sekarang dia melihat Vienza yang sangat bahagia memakannya, bagaimana bisa istrinya ini begitu semangat hanya memakan semangkuk bakso. "Sayang, kenapa bakso ini masih hangat. Apa kau menyuruh koki istana memanaskannya?" Tanya Vienza disela makannya. "Aku tidak mungkin memberikanmu makanan panasan seperti itu sayang. Kau hamil dan aka