Akhtar membeku melihat Vienza berada diruang pribadinya ini.
Sama dengan halnya Tania, dia juga terkejut melihat wanita yang dia tahu pasti istri dari Akhtar. Putri Vienza ini benar-benar cantik pikirnya, pantas saja Akhtar belakangan ini susah sekali menemuinya."Apa yang kau lakukan disini Vienza?"Akhtar masih ditempatnya menatap Vienza dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, istrinya itu memakai gaun tidur tipis dan tanpa bra nya. Sedikit dari dada Vienza terlihat dan leher mulus itu menggoda Akhtar sekarang."Aku sedang melihat apa yang dilakukan suamiku diruangan ini bersama wanita lain". Vienza tidak suka berbasa-basi jadi dia langsung menyampaikan isi dari pikirannya. Dan sekarang dia sangat menyesali ucapannya. Akhtar menyeringai puas melihat wajah kesal Vienza."Hahahhahaha... Maafkan aku Tuan Putri. Kau jangan takut aku akan melakukan hal macam-macam kepada suamimu ini. Yah... Walaupun dulu kami sering melakukannya."Tania berjalan kearah Vienza yang masih ditempatnya menatap Akhtar dan sekarang beralih menatap Tania."Kenalkan, aku Tania. Aku teman Pangeran Akhtar sejak kecil. Aku sekarang mengakui kalau berita yang beredar memang benar, kau memang sangat cantik Putri Vienza."Vienza tak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Dia sedikit tersenyum kepada Tania dan pergi dari ruangan itu.Akhtar seakan mati kutu saat ini, tapi apa perdulinya jika Vienza marah.Akhtar mengusap wajahnya kasar dan membuang nafasnya."Waw... Istrimu sangat cuek dan juga sedikit menyebalkan ternyata. Aku sudah memujinya tapi dia hanya tersenyum sedikit saja lalu pergi.""Sudahlah Tania, kau kembalilah ke rumahmu. Aku akan menyuruh pengawal mengantarkanmu." Akhtar bangkit dan ingin pergi."Ehm... Pantas saja kau belakangan ini jarang menemuiku ternyata istrimu berhasil membuatmu takluk Akhtar.""Aku tidak takluk padanya Tania, aku hanya tidak mau dia membuat berita aneh tentang kita. Aku akan menyusulnya sekarang.""Bukankah bagus kalau dia membuat berita itu, Raja akan menikahkan kita. Dan kau bisa dengan bebas melakukannya denganku seperti dulu."Akhtar menatap tajam Tania saat ini. Dia dan Tania memang berteman sejak kecil, Tania menyukainya tapi tidak dengan nya. Tania dengan senang hati melayani Akhtar setiap mereka bercinta.Tapi sejak dia menikah Akhtar tidak pernah lagi melakukannya dengan Tania. Tania tidak marah, dia mengerti. Hanya saja dia cemburu kepada istri Akhtar ini."Apa kau akan merayu istrimu itu Akhtar.?""Diam dan pergi dari sini Tania, jangan buat aku marah. Kau mengerti aku bukan. Dan jangan pernah berbicara apa yang pernah kita lakukan lagi. Kau dan aku tahu kita melakukannya karena apa. Jadi jangan permalukan dirimu sendiri."Akhtar keluar dan membanting pintu. Dia menemui Vienza dikamar putri itu, dia tak habis pikir Vienza akan melihatnya sedang bersama Tania.Akhtar membuka pintu kamar Vienza dengan kasar dan melihat wanita itu sedang berbaring dan memejamkan matanya."Aku tahu kamu belum tidur, aku ingin menegaskan kalau aku dan Tania tidak melakukan apapun tadi, dan kuharap kau tidak membicarakan hal ini kepada Ayah."Vienza menatap Akhtar yang berdiri didepan dirinya."Aku mengerti."Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Vienza. Dia sejujurnya tidak ambil pusing dengan apa yang dilakukan Akhtar. Hanya saja dia tidak suka cara Akhtar bermain dibelakangnya sementara dia menjalani semua kewajibannya sebagai istri dan Putri mahkota yang baik dikerajaan ini.Akhtar melihat Vienza dari rambut hingga ujung kakinya.Vienza memutar badannya membelakangi Akhtar. Membuat Akhtar semakin frustasi dengan pikirannya akan tubuh Vienza."Apa kau tidak tahu cara sopan santun saat aku berbicara kepadamu," bentak Akhtar membuat telinga Vienza risih.Dia duduk diatas tempat tidur dan menundukkan kepalanya memberi hormat."Maafkan aku. Aku berfikir kau akan kembali keluar tadi." Saat Vienza menundukkan kepalanya gairah yang sudah ditahan Akhtar akhirnya tak bisa ditahannya lagi.Dada mulus milik Vienza benar-benar menggodanya. Dia memegang dagu Vienza dan mencium bibir istrinya itu.Akhtar mendudukan Vienza dipangkuannya ditempat tidur itu.Gaun putih transparan ini membuatnya gila hanya dengan memandang Vienza.Vienza sama seperti malam pertama mereka, dia tak menolak tapi juga tak menginginkannya.Setiap Akhtar melakukan ini padanya dia merasa sangat bersalah.Akhtar perlahan membuka resleting gaun Vienza, dan meraba punggung mulus itu.Ditidurkannya Vienza dan dia membuka pakaian itu. Tatapan memuja Akhtar akan yang dilihatnya tak pernah hilang saat mereka seperti ini.Akhtar mulai menggila menciumi semua tubuh Vienza membuat Vienza menahan mati-matian desahannya.Hingga Akhtar melakukan hal tak terduga yang membuat Vienza kehilangan kendali nya. Dia mendesah, membuat permainan Akhtar semakin liar.Sekujur tubuh Vienza dipenuhi dengan kiss mark dari Akhtar. Dia tergesa-gesa membuka semua pakaiannya dan bersiap melakukan nya sekarang.Tok... Tok... Suara ketukan pintu tak membuat Akhtar berhenti. Meski dalam hatinya mengumpat.Tok... Tok..."Pangeran, kurasa ada yang mengetuk pintu. Ah...." desahan itu kembali keluar saat Akhtar menciumi perut rata Vienza.Tok... Tok... Tok.."Shit...." maki Akhtar dan turun dari ranjang sambil melilitkan selimut yang ada kepinggangnya. Dia bersiap mengamuk sekarang."Ada apa ha?"bentak Akhtar saat pintu terbuka. Ghafur sampai menarik nafasnya karena terkejut.Dia sempat memperhatikan kedalam kamar melihat seorang wanita terbaring hanya memakai selimut untuk menutupi tubuhnya. Dan pangeran Akhtar juga melakukan hal yang sama."Ghafur aku bertanya ada apa, sampai kau mengganggu waktu ku dan istriku ha, dan apa yang kau lakukan barusan aku melihatnya. Kuperingatkan agar kau jangan pernah menatap putri Vienza. Karena itu adalah aturannya. Dia istriku dan calon Ratu diistana ini.""Maafkan saya Pangeran. Saya hanya ingin mengatakan kalau besok baginda Raja meminta anda pergi ke Moskow untuk kunjungan bersama Putri Vienza. Baginda Raja baru mendapat undangannya malam ini.""Astaga Ghafur, kau bisa memberiku pesan saja. Tidak perlu mengganggu malamku. Kali ini kumaafkan jika lain kali kau melakukan hal ini aku akan memberikan hukumanmu. Dan ingat, jangan menatap istriku lagi seperti kau sedang mencari tahu sesuatu.""Baik Pangeran. Hamba mengerti."Ghafur pergi dan Akhtar menyampaikan kepada para penjaga kamar Vienza kalau malam ini dia tidak ingin ada lagi yang mengganggu dirinya dan Vienza.Akhtar kembali masuk kedalam kamar dan melihat Vienza masih membelakanginya.Punggung Vienza menjadi hal pertama yang dia kecup dengan lembut lalu beralih kelehernya dan juga bibir merah merekah serta manis itu.Dan malam ini pun dilewatkan Akhtar berbeda dengan malam biasanya. Setiap dia melakukan hubungan intim dengan istrinya ini rasanya sungguh memabukkan dan menginginkannya lagi dan lagi.Akhtar lagi-lagi melihat Vienza yang sudah tertidur, diusap nya pipi merona itu dengan hati-hati. Betapa beruntungnya dia memiliki mainan seperti ini.Tapi malam ini pun Akhtar tidak tidur dikamar ini. Dia memilih tidur dikamarnya sendiri. Tanpa dia sadar perasaan yang dia tolak itu sudah mulai menjalar memasuki ruang hatinya yang tak pernah ingin dia lakukan selama ini.Bersambung....Vienza masuk kedalam istana setelah pagi ini dia berjalan-jalan disekitar pasar di ibukota bersama seorang pelayan yang kemarin diperintahkan Akhtar untuk menjadi pelayan pribadinya. Akhtar pergi ke Moskow selama tiga hari dan dia malam ini akan kembali dari kunjungannya itu. Vienza tidak jadi ikut karena Akhtar tidak mengajaknya. Alasan Akhtar karena dia akan langsung pergi ke Qatar setelah selesai di Moskow. Vienza merasa lebih baik saat Akhtar tidak ada diistana. Tapi sepertinya dia salah, saat ini Ghafur sedang berdiri di gerbang pintu menuju kamarnya. Dia berpura-pura tidak melihat"Paula kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan istirahat sebentar. Letakkan buah-buahan ini dilemari es didapur istana." Vienza menyuruh pelayan nya itu pergi karena tak ingin Paula curiga kepadanya dan Ghafur.Dan dia akan segera masuk kedalam kamar saat tangan itu menahan tangannya. Vienza melihat tangan kokoh yang menahannya itu, dia heran kemana perginya penjaga kamar n
Vienza menarik nafas sebelum memulai bercerita. Dan Akhtar menatapnya dingin, walau dalam hati dia merutuki untuk berada sedekat ini dengan Vienza. "Aku mencintai seseorang, dan aku jatuh cinta kepadanya setelah aku memutuskan setuju untuk bertunangan dan menikah denganmu Pangeran. Saat itu kupikir aku akan menjalani hidup bahagia layaknya ibu dan ayahku yang juga dijodohkan. Tapi aku melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya. Dan aku membohonginya." Akhtar geram mendengar awal pengakuan Vienza. Tapi Suara merdu Vienza seolah bisa membuatnya tidak berkata kasar kepada wanita ini. "Aku berbeda dengan ketiga kembaranku yang lain. Aku tidak pintar bergaul seperti adik perempuanku, aku juga tidak memiliki banyak teman seperti adik laki-laki ku. Aku selalu takut keluar dari istana, selalu takut akan ada lagi orang yang berusaha menyakitiku.dan karena itulah aku tidak pernah keluar istana selama sembilan belas tahun usia ku. Aku keluar istana jika ingin ke Indones
Fasya menarik tangan Vienza, Vienza bingung menatap Fasya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan wanita dan pria yang menggerakkan tubuh mereka tidak jelas. Ada yang saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Vienza merinding. Ghafur menggeram melihat Vienza bersama Fasya, ingin marah tapi tak bisa. Itulah posisinya yang menyedihkan sekarang. Akhtar melihat Fasya menarik tangan istrinya itu tapi dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap wanita yang bersamanya saat ini. "Itu istrimu kan?" tanya wanita yang bernama Luna itu. Yang ditanya hanya diam tak menanggapi,Akhtar memegang pinggang Luna dan Luna tersenyum merona."Kurasa istrimu akan sangat terpukul melihat kau seperti ini."Akhtar memilih tak mendengar dan sibuk bermesraan dengan Luna sambil mengikuti irama musik.Vienza ditempatnya merasa dipermalukan dengan perlakuan Akhtar. Bukan karena dia cemburu,hanya saja karena Akhtar sudah melukai harga dirinya.semua orang disini tahu ka
Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar."Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu."Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan.""Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa
Vienza duduk menunggu Akhtar yang masih ditangani Dokter. Wajah datarnya terlihat jelas, meski dirinya sendiri sebetulnya khawatir akan keadaan Pangeran Akhtar. Tiba-tiba dia melihat Akhtar keluar dengan seorang Dokter, dia sedikit bingung kenapa Akhtar bisa berjalan santai seperti ini. "Maaf tuan Putri, Yang Mulia Pangeran tidak ingin dirawat dan beliau mau segera pergi dari Rumah Sakit." Jelas Dokter muda cantik yang mencuri pandang ke Akhtar, Vienza jelas tahu hal itu. "Aku merasa tidak perlu dirawat, dan jika aku dirawat perjalanan kita akan tertunda." Akhtar menjelaskan kepada Vienza dan dia merutuki perbuatannya. "Tapi kau harus istirahat Pangeran".Suara lembut penuh perhatian dari Vienza membuat jantung Akhtar berdetak dan ini tidak baik untuk dirinya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangan Dokter muda itu didepan Vienza sebuah senyum nakal terlihat disana. "Baiklah aku akan istirahat sebentar bersama Dokter Suzan. Apa kau bisa men
Akhtar menatap lama mata Vienza, deru nafas mereka beradu. Saat Akhtar ingin mencium Vienza gerakan itu tertahan. "Ehm... Apa yang kau ingin tanyakan tadi." Akhtar mundur menatap lama wajah datar yang tetap saja cantik itu. Dia memegang dagu Vienza, dan mencium leher Vienza. Beralih ke bibir Vienza yang masih tertutup rapat. Sudah lama Akhtar menahannya, dan tidak untuk sekarang. Dia sudah benar-benar gila jika bisa tahan melihat tubuh seksi Vienza. Tapi sialnya Akhtar tak bisa melanjutkan aktifitas nya, lagi-lagi ada orang yang mengganggu dirinya dan Vienza. "Maaf pangeran hamba pikir ada orang lain yang berada di dapur." Veinza membeku mendengar suara itu. Dia perlahan membuka matanya yang tertutup rapat saat Akhtar menciumnya tadi. "Ghafur.... Ghafur, kenapa kau selalu membuat moodku rusak. Ada perlu apa kau kesini, bukankah kau berada di Ibukota." Ghafur terlihat tidak takut dengan Akhtar, dia baru saja melihat wanita yang dia cint
Prince AkhtarAkhtar mengamati Ghafur yang mendekati Vienza, tatapan Ghafur kepada istrinya itu adalah tatapan memuja. Dan Akhtar tahu hal itu, dia memang beruntung memiliki istri yang kecantikannya bak dewi yang turun dari langit. Tapi dia tidak suka melihat pria manapun melihati istrinya seperti ini. Akhtar berjalan mendekati Ghafur dan Vienza diruangan itu. Dilihatnya Vienza sedang menggendong anak kecil dan tertawa bersama. Senyum diwajah Akhtar terukir, dia berhenti mendekat saat Thomas membuatnya menghentikan jalannya. "Ada apa Thomas?, apa ada hal penting?" Tatapan Akhtar membuat Thomas sedikit gemetar untuk menyampaikan pesan yang dia dapat. "Maaf pangeran, Shahid menyampaikan pesan kalau dia mendapatkan informasi yang pangeran inginkan. Dia menunggu pangeran di taman kota Yamun sekarang." Akhtar benar-benar gembira mendengar berita ini. Shahid adalah tangan kanan nya, dan informasi yang akan diberikan Shahid ini akan sangat pen
Akhtar benar-benar murka sekarang. Dia kembali setelah informasi yang didapatnya dari Shahid. Shahid mengatakan kalau adiknya berada di London. Dari informasi yang dia dapat, pewaris tahta kerajaan nomor dua itu berada di London dan hidup sebatang kara. Shahid berjanji tidak akan lama lagi dia akan mendapatkan apa yang diinginkan pangeran Akhtar. Yang tadinya Akhtar gembira, kini kegembiraan itu berubah menjadi rasa murka. Tanpa perlu menunggu Thomas membukakan pintu untuknya, Akhtar sudah membuka pintu mobilnya, langkah kaki Akhtar sangat pasti dan tatapan mata tajamnya membuat kedua orang yang memandang Akhtar takut untuk bergerak sedikit saja. Akhtar membuka kancing jas nya saat sudah sampai didepan Vienza, dia membentangkan jas nya dan menutupi kepala Vienza. Sebetulnya dia hanya ingin memperlihatkan kepada Ghafur kalau Vienza adalah istrinya. Buka karena dia terlalu memperhatikan Vienza. "Masuk kedalam mobil sekarang."
Seluruh keluarga kerajaan tampak berkumpul di depan ruang persalinan rumah sakit Wieldburg Hospital, rumah sakit yang biasanya menangani keluarga kerajaan.Hari ini Vienza akan melahirkan penerus kedua tahta kerajaan Wieldburg, Vienza sedang ditemani Akhtar didalam ruang persalinan, karena Vienza melahirkan secara normal. Ratu Zira, dan Raja Alvian ada disana untuk menemani anak mereka, Putri Mahira, Pangeran Ghafur dan juga Pangeran Zyan ikut menantikan kelahiran anak Vienza dan Akhtar."Ibund, ayah, bagaimana ?" Suara seorang wanita membuat mereka semua menoleh." Zia, kenapa kamu kesini. Lihat perutmu itu." Kata Zira mengomeli Zia putrinya yang sedang hamil besar. Zia malah tersenyum dan langsung memeluk ayah dan ibunda nya."Maaf ibunda, saya sudah katakan kalau lebih baik menunggu telpon dari ibunda atau Zyan, tapi Zia bersih keras ingin pergi." Reikhan memperlihatkan wajah menyesalnya kepada keluarga Zia."Tidak apa Rei, putri ku yang satu ini memang suka me
Vienza menatap kearah depannya dimana pemandangan Akhtar dan putranya bermain-main. Vienza mengelus perutnya yang juga terdapat kehidupan baru disana, Vienza sedang mengandung lagi anak Akhtar. Usia kehamilannya sudah memasuki enam bulan, semuanya berjalan lancar. Setelah kejadian buruk dulu yang membuat Akhtar sangat memperketat penjagaan istana juga tidak lagi terlihat main-main kepada seorang penghianat. Bahkan untuk hukuman kepada Mentri yang tidak menjalankan sumpah nya sebagai dewan istana, Akhtar tidak segan untuk menghukum penggal mereka didepan masyarakat. Peraturan baru itu diharapkan akan membuat semua mentri benar-benar menjalankan tugas mereka dan melayani masyarakat Wieldburg dengan baik. Sebagai seorang Raja tanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya ada padanya dan juga kemajuan kerajaan Wieldburg bergantung padanya, cara berpikir dan juga ketangkasannya sangat diperlukan untuk memimpin kerajaannya agar lebih baik lagi dari sebelumnya.Tapi dibalik sik
Akhtar menunggu didepan ruang operasi bersama yang lainnya. Sudah dua jam Vienza didalam sana, dan dia sudah sangat cemas. Lampu operasi belum juga mati hingga setengah jam kemudian lampu yang terus diperhatikan Akhtar mati. Akhtar berdiri membuat yang lain mengikuti apa yang dilakukan Akhtar. Lima belas menit terus berdiri Akhtar masih terus menunggu kehadiran Dokter yang mengatakan kalau Vienza baik-baik saja dan akhirnya dokter bedah yang menangani Vienza juga dokter Khanita menemui Akhtar yang memang menunggu mereka berdua. Dari wajah dokter itu saja Akhtar sudah tahu kalau ini bukan berita baik, Zyan ikut berdiri disampingnya. "Operasi berjalan lancar Yang Mulia, tapi kondisi Ratu Vienza sangat lemah. Dan saat ini sedang kritis," ucap dokter Khanita yang memberikan penjelasan. "Apa maksudnya?" tanya Akhtar nyaris tidak terdengar. "Kita akan menunggu tiga jam lagi. Jika memang tidak ada tanda-tanda kalau Ratu Vienza akan sadar dan detak jantungnya tidak naik maka
Suara brankar didorong dan langkah beberapa orang yang seperti berlari membuat suasana semakin terasa tegang. Vienza sudah dipasangkan oksigen dan juga infus dilengannya. Vienza masih sadar namun matannya seolah mengatakan kalau dia sudah tidak sanggup lagi. "Ah.......," jerit Vienza dan perawat tahu kalau itu adalah air ketuban Vienza. Tidak ingin terlalu lama salah satu dokter kandungan terbaik dirumah sakit itu yang ikut mendorong brankar Vienza mulai menyuruh para perawat menyiapkan ruang persalinan untuk Vienza. Setelah masuk kedalam ruang persalinan Dokter Khanita keluar lagi bersama Akhtar. "Yang Mulia Raja, karena air ketuban Ratu Vienza sudah pecah saya meminta anda untuk mengambil keputusan. Apakah diperbolehkan kalau kami melakukan persalinan normal.""Karena jika harus operasi saya takut keadaan Ratu tidak stabil, karena banyaknya darah yang sudah keluar saat ini." Akhtar tampak berpikir dan Zyan mengeluarkan suaranya. "Bukankah Vienza sedang tidak
"Thomas kita harus segera menuju perbatasan Alaska dan Wieldburg. Pangeran Zyan akan segera menuju kesana juga"Thomas mengangguk patuh dan berbicara kepada pilot helikopter itu. Kenapa perasaanya semakin tidak tenang seperti ini . "Berapa lama lagi kita akan segera sampai di perbatasan?" tanya Akhtar tak sabar. "Yang Mulia, jika kecepatan kita stabil terus seperti ini kita akan sampai sekitar empat puluh lima menit lagi." Akhtar mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Thomas. Akhtar mengangkat ponselnya saat nama Zyan tampil dilayar ponselnya. "Ya Zyan ? Bagaimana?" "Aku dan Raja Pedro sudah sampai di perbatasan, tapi tidak ada speedboat atau apapun itu disini." "Apa kau yakin Vienza kearah perbatasan ini." Akhtar sekarang merasa ragu, benarkah Vienza kearah sana. Tapi dia tidak mungkin salah melihat. Atau apa mungkin cincin itu jatuh? Tapi jika jatuh pasti cincin itu tidak aktif. Karena cincin yang dipesan Akhtar khusus itu hanya a
Saat Akhtar memikirkan kemungkinan buruk terjadi pada istrinya , dia teringat meninggalkan sebuah cincin yang dipakai Vienza. Dengan cepat Akhtar membuka ponselnya dan mengecek cincin GPS yang dia berikan kepada Vienza. Omar dan Thomas melihat apa yang sedang dilakukan Akhtar,mereka bingung apa yang sedang Akhtar lakukan diponselnya.'Aktif' Akhtar bisa tahu cincin itu masih dipakai Vienza dan dia bersyukur Vienza masih berada di Wieldburg, tapi mata Akhtar memicingkan matanya saat dia tahu letak keberadaan Vienza. Istrinya itu menuju hutan rahasia yang Akhtar pernah beritahu, ada apa Vienza sampai kesana. Pasti sesuatu yang buruk tengah terjadi kepada Vienza."Thomas siapkan helikopter khusus untukku. Sekarang juga kita harus ke Fortania, beritahu Fasya segera aku akan kembali.""Tapi baginda, akses menuju Wieldburg sementara ditutup.""Jangan membantah Thomas, aku perintahkan kau secepat mungkin menyiapkan kepulanganku. Dan satu lagi, katakan kepada Fasya untuk
Vienza sedang duduk tersenyum di kursinya menyaksikan beberapa kata sambutan dari orang-orang penting di King Arthur Hospital di Yamun. Setelah Akhtar berangkat tak lama kemudian rombongan dirinya dan Mahira juga pergi menuju Yamun untuk menghadiri acara amal yang setiap tahunnya selalu digelar Rumah Sakit itu. Rumah Sakit King Arthur ini adalah salah satu rumah sakit besar modern yang dulunya dibangun pertama kali di Kerajaan Wieldburg, King Arthur kakek buyutnya Akhtar adalah Raja yang sangat peduli akan kesehatan rakyatnya.Dan dirumah sakit ini masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan dari kerajaan untuk masalah biaya berobat mereka, dengan memenuhi semua persyaratan dari Kerajaan. Mahira disebelah Vienza terlihat serius mendengarkan pidato-pidato sedari tadi. Tak lama acara pun selesai setelah Vienza memberikan pidatonya juga serta beberapa bingkisan kepada para perawat dan juga dokter yang sudah dengan sepenuh hati menyembuhkan dan merawat para pasien. Beber
Pagi ini Vienza sedang senam kehamilan ditemani Akhtar di area taman pribadi milik Ratu. Usia kehamilan Vienza sudah menginjak tujuh bulan, dan selama itu juga Akhtar tidak pernah meninggalkannya. Dia menyerahkan urusan keluar negri kepada Ghafur sebagai wakilnya, dan Ghafur terpaksa menunda pekerjaannya sebagai penyanyi. Akhtar selalu menyiapkan penjaga serta pelayan yang berjumlah hampir sepuluh orang di Istana Ratu jika dia pergi menghadiri rapat Dewan atau urusan lainnya. Selama Vienza hamil dia juga selalu menuruti keinginan istrinya sesulit apapun itu. Yang terakhir yang membuatnya malu sendiri adalah Akhtar diminta Vienza untuk memakai jubah tidur seorang Ratu, tapi setelah Akhtar memakai nya Vienza malah menangis dan meminta maaf. Vienza adalah anugrah baginya, Vienza melengkapinya. Dia tidak tahu bagaimana jadinya dia jika Vienza meninggalkannya. Akhtar membersihkan keringat dikening Vienza. Dia berdiri tegap dan terus membantu Vienza melakukan gerakan. Ma
Vienza bangun dari tidurnya karena mencium aroma yang dia inginkan. Akhtar sudah bangun dan menyentuh wajah istrinya itu. "Pagi sayang." Akhtar ingin terawa melihat wajah penasaran dari Vienza. "Kau lapar? Aku sudah menyiapkan sarapanmu dan juga susu hamil mu." Akhtar membawakan nampan yang berada dibelakang dirinya lalu duduk disamping Vienza. Mata Vienza berbinar menatap bakso yang ada dinampan itu. Vienza langsung mengambil nampan yang ada dipangkuan Akhtar. Dia langsung bersiap memakan bakso itu, tanpa mengucapkan terimakasih kepada Akhtar yang sudah membawakan dirinya makanan itu. Tapi Akhtar tidak masalah karena sekarang dia melihat Vienza yang sangat bahagia memakannya, bagaimana bisa istrinya ini begitu semangat hanya memakan semangkuk bakso. "Sayang, kenapa bakso ini masih hangat. Apa kau menyuruh koki istana memanaskannya?" Tanya Vienza disela makannya. "Aku tidak mungkin memberikanmu makanan panasan seperti itu sayang. Kau hamil dan aka