Dan pada saat mengucap you, tangannya kembali meremas bundaran kenyal di dada Hanae. Ciumannya kemudian turun dari bibir ke leher. Ia basahi, jilati terus menerus sampai ke area bawah telinga.Kemudian, sambil tangan kiri meremas payu dara secara keseluruhan di dalam telapak, tangan kanan menangkup, mengerucutkan bundaran tersebut hingga ujungnya meruncing, mengerucut dengan bagian puting muncul dari dalam genggaman jemari dengan bentuk yang sangat mungil.Lalu, ia hisap pucuk payu dara Hanae yang ada dalam genggaman mengerucutnya tersebut. Sekali dihisap, sekali digigit manja, kemudian sekali ia sentil menggunakan lidah.Hanae menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri karena ia merasa seluruh tubuh panas dan aliran darahnya mengalir deras. Belum lagi denyut di liang kewanitaannya yang terus membuatnya ingin menjerit kencang.Ah, padahal Xavion belum memainkan keahliannya di bagian paling sensitif. Hanae belum merasakan bagaimana ada sengatan menusuk hebat saat butiran kecil itu menge
Hanae kesulitan bernapas, dada semakin sesak dan ia gigit bibirnya lebih keras lagi saat melihat kepala Xavion ditundukkan, turun ke arah kewanitaannya yang kini sedang terpampang bebas.“AAAIIIIHHH! AAAH ... AH, AUUUH!” Benar saja, dia menjerit kencang saat satu jilatan mendarat dan langsung mengenai clit yang sedari tadi sudah menegang. Satu jilatan dilakukan, satu tetes cairan bening mengalir turun dari liang perawannya. Bukankah kalau wanita sedang terangsang maka ia akan semakin banyak mengeluarkan cairan?“Yeah, berteriaklah lebih kencang! Aku suka mendengarmu berteriak, Little Rabbit!” erang Xavion dari depan area merah muda merekah indah.Ia julurkan lidahnya ke kewanitaan Hanae. Menjilati dari arah bawah, mengenai liang yang masih teramat rapat hingga sampai ke titik teratas, tempat di mana sebuah butiran kecil bertengger di sana.‘Fuck! Begini rasanya menjilati kewanitaan seseorang yang masih perawan?’ pekik Tuan Jaksa dalam hati. Dua tangannya meregangkan paha Hanae lebi
“Uuuh!” lenguh Hanae menggigit bibirnya saat ujung tonggak Xavion mulai menyeruak masuk.“Sakit?” tanya sang lelaki menatap tajam. “Sedikit,” jawab Nona Tan terengah. “Buat dirimu sesantai mungkin. Kalau tegang, maka akan terasa sakit,” senyum Tuan Muda Young.Hanae mengangguk, dia memang sangat tegang. Bagaimana tidak tegang karena inilah waktunya akan menyatu dengan bosnya yang menyebalkan sekaligus membuatnya tergila-gila hingga berada di atas ranjang ini. Ciuman Xavion mendarat di lutut Hanae yang masih menghadap ke atas. Ia berkata sendu, “I love you dan sejak saat ini, kamu hanya milikku ....”Lalu, ia lesakkan lagi sekian inchi kejantanannya ke dalam tubuh Hanae. Gadis itu melenguh, tetapi tidak meringis seperti tadi.Xavion kembali bertanya, “Sakit?”Menggeleng, Hanae tersenyum malu-malu, “Teruskan ....”Yeah, tentu saja Xavion akan meneruskannya! Tidak mungkin dia berhenti meski apa pun yang terjadi!Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit ia melesakkan masuk kejantanann
"M-maafkan aku! Sungguh! Aku tidak sengaja membakar mobilmu!" pekik Hanae Liason Tan. Wanita itu terduduk di atas kedua lutut yang menyentuh tanah kotor berlumpur. Seluruh tubuhnya sudah dipenuhi kotoran tanah, sisa permainan menjijikkan dari para senior. Sementara ia memohon, seorang Jaksa Penuntut Umum pemilik mobil yang kini sudah dilahap jago merah berdiri menatap tajam. Bak elang sedang mengincar anak ayam, begitu pula otaknya bekerja.Xavion Young, lelaki dewasa dengan birahi seperti anak remaja. Tubuhnya gagah, menjulang dengan tinggi yang nyaris mencapai 190cm. Wajah angkuh menyebalkan, tetapi entah kenapa sekaligus menawan. Mungkin ini yang dinamakan aura gila-gilaan? "Gadis bodoh! Sejak pertama yang kamu lakukan hanyalah merusak barang orang! Yang kamu lakukan hanyalah kecerobohan!" dengkus pemilik sebuah mobil tua yang sedang terbakar hebat.Mobil itu memiliki kenangan yang tak akan bisa diganti dengan uang sejumlah apa pun. Ada memori ayah Xavion yang telah meninggal d
Hari yang panas di kota Los Angeles. Sebuah mobil Bentley mewah berhenti di lapangan parkir depan gedung kehakiman kota ramai penduduk tersebut. Sekian pasang mata sontak menoleh pada kendaraan roda empat berwarna hitam legam. Semua tahu siapa pemiliknya.Mereka yang berjenis kelamin wanita sontak tersenyum sambil berbisik-bisik pada teman di sebelah, sementara mereka yang berjenis kelamin laki-laki sontak memancarkan aura iri pada pemilik Bentley yang kini mulai menapakkan kaki turun dari mobil.Jasnya berwarna abu-abu tua. Hem lengan panjang di dalam berwarna hitam dengan dasi perak gelap. Tingginya sekitar 185 sentimeter ke atas dengan rambut hitam barusan disugar menggunakan beberapa jari. Lelaki berkelas itu melirik namanya yang terletak di depan bumper mobil. Menandakan space parkir ini adalah khusus untuknya. Xavion Young – Prosecutor Senior.Nama serta jabatan tertera sangat rapi di plang tersebut. Usianya baru 35 tahun, tetapi sudah menggapai jabatan Jaksa Penuntut Umum Sen
“Apa katamu!” engah Xavion menatap tak percaya pada teman satu timnya. “Dia ... aku akan menjadi bosnya?”Fanty mengangguk, “Iya, dia akan menjadi anak buahmu. Dia sedang magang selama tiga bulan di sini dan ditugaskan di tempat kita.”Wanita cantik yang terlihat berpendidikan tersebut melirik malas pada Hanae. Ia terkekeh sambil mengejek, “Aku juga tidak tahu kenapa kita sungguh sial sampai diberi pekerja magang seperti dia!”“Lihat saja! Penampilannya bagai orang yang baru saja keluar dari mesin waktu 500 tahun lalu!” gelaknya mencibir gaya pakaian Hanae yang memang tidak up to date.Yang sedang diejek hanya menunduk sambil meremat jemari sendiri. Selain panas dan melepuh tipis, hatinya pun ikut panas karena ditertawakan oleh Fanty. Akan tetapi, apa yang bisa dia perbuat?Xavion menggeleng, “Aku tidak ada waktu untuk ini! Aku ada sidang pagi ini dan ... fuck! Dan sekarang aku harus berganti pakaian dengan yang baru!”Ia menatap tajam pada Hanae, “Kalau sampai aku kalah di sidang pag
Xavion meregangkan tangan ke atas. Sekujur tubuh dirasa sangat lelah setelah seharian menghdiri dua persidangan dan tiga rapat bersama para petinggi di gedung kehakiman untuk tiga urusan yang berbeda. Mengusap tengkuk, lalu ia menekuk leher ke kanan dan ke kiri. Melemaskan urat serta otot. Memandang jam tangan, sudah pukul sebelas malam. Waktunya untuk pulang. Cukup bekerja hari ini, saatnya mendatangi ranjang di rumah.“Aaah, fuck! Aku benar-benar lupa!” desisnya saat mengangkat ponsel dan melihat sebuah chat dari wanita bernama Pixie.[Lain kalau kalau memang tidak bisa datang tolong kabari aku, ya? Aku seperti orang tolol menantimu sendiri di sini.]Xavion mengurut kening. Bagaimana mungkin dia lupa ada janji untuk bertemu di pub dengan wanita seseksi dan secantik Pixie. Apalagi, ketika mereka berada di atas ranjang maka seisi dunia adalah tempat yang jauh lebih baik. “Aku harus membelikannya barang mahal besok supaya dia mau memaafkanku. Shit, aku ingin merasakan goyangannya kem
Sadar kalau telah dikerjai dan dibodohi, Hanae menunduk. Ia tidak menjawab apa-apa. Bibir dikulum ke dalam menahan sebuah emosi yang tengah membungkus sekujur batin perihnya. Xavion menggeleng jengah seraya berkata, “Jadi orang itu yang pintar! Aku tidak suka punya karyawan bodoh meski dia hanya sekadar magang! Mengerti?”Tak ada suara, Hanae hanya mengangguk.Merasa perbincangan mereka sudah cukup, Xavion segera melangkah keluar. “Jangan lupa matikan komputer dan lampu setelah selesai! Aku tidak mau bagian umum memarahiku lagi karena masalah komputer dan lampu yang tidak dimatikan selesai bekerja!”Tetap tak ada suara, Hanae lagi-lagi mengangguk dalam diam. Setelah bosnya keluar dari ruangan, barulah ia mulai bersuara.Bukan berkata apa-apa, hanya terisak. Sedih karena sampai jam sebelas malam ternyata hanya mengerjakan sesuatu yang tak berguna. Sedih karena sejak di bangku sekolah hingga bekerja diri selalu mengalami perundungan akibat tidak berasal dari keluarga terhormat.Lebih d
“Uuuh!” lenguh Hanae menggigit bibirnya saat ujung tonggak Xavion mulai menyeruak masuk.“Sakit?” tanya sang lelaki menatap tajam. “Sedikit,” jawab Nona Tan terengah. “Buat dirimu sesantai mungkin. Kalau tegang, maka akan terasa sakit,” senyum Tuan Muda Young.Hanae mengangguk, dia memang sangat tegang. Bagaimana tidak tegang karena inilah waktunya akan menyatu dengan bosnya yang menyebalkan sekaligus membuatnya tergila-gila hingga berada di atas ranjang ini. Ciuman Xavion mendarat di lutut Hanae yang masih menghadap ke atas. Ia berkata sendu, “I love you dan sejak saat ini, kamu hanya milikku ....”Lalu, ia lesakkan lagi sekian inchi kejantanannya ke dalam tubuh Hanae. Gadis itu melenguh, tetapi tidak meringis seperti tadi.Xavion kembali bertanya, “Sakit?”Menggeleng, Hanae tersenyum malu-malu, “Teruskan ....”Yeah, tentu saja Xavion akan meneruskannya! Tidak mungkin dia berhenti meski apa pun yang terjadi!Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit ia melesakkan masuk kejantanann
Hanae kesulitan bernapas, dada semakin sesak dan ia gigit bibirnya lebih keras lagi saat melihat kepala Xavion ditundukkan, turun ke arah kewanitaannya yang kini sedang terpampang bebas.“AAAIIIIHHH! AAAH ... AH, AUUUH!” Benar saja, dia menjerit kencang saat satu jilatan mendarat dan langsung mengenai clit yang sedari tadi sudah menegang. Satu jilatan dilakukan, satu tetes cairan bening mengalir turun dari liang perawannya. Bukankah kalau wanita sedang terangsang maka ia akan semakin banyak mengeluarkan cairan?“Yeah, berteriaklah lebih kencang! Aku suka mendengarmu berteriak, Little Rabbit!” erang Xavion dari depan area merah muda merekah indah.Ia julurkan lidahnya ke kewanitaan Hanae. Menjilati dari arah bawah, mengenai liang yang masih teramat rapat hingga sampai ke titik teratas, tempat di mana sebuah butiran kecil bertengger di sana.‘Fuck! Begini rasanya menjilati kewanitaan seseorang yang masih perawan?’ pekik Tuan Jaksa dalam hati. Dua tangannya meregangkan paha Hanae lebi
Dan pada saat mengucap you, tangannya kembali meremas bundaran kenyal di dada Hanae. Ciumannya kemudian turun dari bibir ke leher. Ia basahi, jilati terus menerus sampai ke area bawah telinga.Kemudian, sambil tangan kiri meremas payu dara secara keseluruhan di dalam telapak, tangan kanan menangkup, mengerucutkan bundaran tersebut hingga ujungnya meruncing, mengerucut dengan bagian puting muncul dari dalam genggaman jemari dengan bentuk yang sangat mungil.Lalu, ia hisap pucuk payu dara Hanae yang ada dalam genggaman mengerucutnya tersebut. Sekali dihisap, sekali digigit manja, kemudian sekali ia sentil menggunakan lidah.Hanae menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri karena ia merasa seluruh tubuh panas dan aliran darahnya mengalir deras. Belum lagi denyut di liang kewanitaannya yang terus membuatnya ingin menjerit kencang.Ah, padahal Xavion belum memainkan keahliannya di bagian paling sensitif. Hanae belum merasakan bagaimana ada sengatan menusuk hebat saat butiran kecil itu menge
Dua manusia, lelaki dan wanita berada di atas satu ranjang yang sama, dengan debaran makin menggila di dalam dada masing-masing.Yang wanita masih teramat polos, belum pernah disentuh lelaki mana pun seumur hidupnya. Semantara yang lelaki sudah melanglang buana entah ke mana saja dan mencicipi begitu banyak tubuh wanita di mana klimaks adalah batasnya. Semenjak melihat Hanae dalam keadaan telanjang dan basah, pikiran Xavion tak pernah bisa berhenti membayangkan berbagai adegan sensual yang bisa dia lakukan bersama karyawan magangnya tersebut. Dan kini, sang gadis ada di bawah tubunya, ada di atas ranjang di rumahnya, menatap seperti anak kelinci teramat polos.Dialah serigala besar dan liar yang akan menyantap habis-habisan tiap inchi kulit lembut sang Kelinci Kecil. Bagi Hanae, ini adalah keputusan yang sudah ia ambil dengan cepat semenjak mulai merasakan debaran yang berbeda terhadap Xavion. Tak ingin mundur, tak ingin berhenti, ia ingin menyelesaikan apa yang juga pernah menjadi
“Gara-gara tas Gucci itu, Jessica mengadukannya pada ibuku. Dan ibuku seperti yang kamu dengar tadi sangat membenci orang miskin. Dia memiliki traumanya sendiri dengan orang miskin,” hela Xavion. “Yang membunuh ayahku adalah pelayan di rumah kami sendiri, yaitu wanita miskin. Seorang imigran gelap dari Cina. Ibuku menerimanya dengan baik, tapi setan itu membunuh ayahku dengan kejam karena cintanya tidak kesampaian. Itulah kenapa ibuku sangat takut mendengar aduan Jessica.”“Ibuku menggunakan Jessica sebagai tunanganku supaya aku tidak bisa lagi berdekatan dengan wanita mana pun, terutama denganmu. Bayangkan kalau tadi mereka tahu kamu di sini, Little Rabbit,” engahnya mengecup kening Hanae.Bingung sudah Hanae mendengarnya. Cerita Xavion mengenai pembunuhan sang ayah membuatnya terenyuh iba. Membayangkan betapa syok dan traumanya lelaki itu harus melewati sebuah masa mengerikan. “Lalu, buat apa kamu memiliki aku kalau kenyataannya kita tidak bisa bersama? Apa kamu mau menjadikan aku
Suara Gladys langsung terdengar mencibir, “Cih! Xavion-ku tidak mungkin memiliki istri seorang gadis miskin dengan asal usul tak jelas! Aku lebih baik mati saja daripada memiliki menantu wanita miskin dan kotor! Memalukan!”Bagai disambar kilat, perasaan Hanae benar-benar runtuh saat mendengarnya. Tidak hanya terkejut dengan kenyataan kalau Xavion dan Jessica sudah bertunangan, kini ditambah kata-kata dari Gladys yang semakin memperjelas kenapa dia disembunyikan di ruangan ini dan sama sekali tak boleh bersuara.“Apa kalian sudah selesai?” erang Xavion sambil mengusap wajah menggunakan satu telapak tangan. Berpikir kembali betapa mirisnya Hanae mendengar itu semua. “Kalau sudah selesai, aku mohon tinggalkan aku sendiri karena aku harus mempersiapkan persidangan.”Tahu begini, tadi lebih baik sang wanita dikunci di ruang kerjanya ketimbang mendengar semua obrolan. Akan tetapi, ibunya sering berkeliling rumah dan inspeksi itu tadi, bagaimana kalau kemudian ingin memasuki ruang kerja?Je
Melihat siapa yang datang, Xavion sontak memaki dalam hati. Sungguh kunjungan yang tidak terduga. “Fuck!” desisnya, lalu mengembus sangat kasar. Hanae sudah selesai memakai bajunya kembali, kemudian bertanya, “Ada apa?Ada masalah apa? Siapa yang datang?”“Ibuku dan Jessica yang datang!” jawab Xavion. Lalu, ia menarik tangan Hanae dan bersama mereka keluar dari ruang kerjanya. Hanae terengah kaget, panik pula. Bertemu Jessica selalu menjadi mimpi buruk tersendiri baginya. "Kita mau ke mana?" bingungnya terengah, berjalan cepat mengikuti langkah lebar Xavion hingga akhirnya menuruni tangga.Diam sesaat, tetapi kemudian langkah Xavion ternyata menuju kamar tamu yang digunakan pelayannya itu untuk tidur. Ia memasukinya berasama Hanae dan bel rumah terus berdentang membuatnya makin gila.“Diam di sini dan jangan bersuara sama sekali! Kunci pintunya! Jangan dibuka dengan alasan apa pun kecuali kamu mendengar suaraku yang memintamu membukanya!” perintah Xavion dengan wajah sangat tegang.H
Xavion merengkuh tengkuk Hanae, menahan agar tidak terus mundur ke belakang saat dia melibas habis-habisan bibir kenyal sang gadis. Bibir yang masih suci, seluruh tubuh Hanae masih suci dan ini membuatnya kian tergila-gila.Lidah Xavion menyeruak, menerabas masuk ke dalam rongga mulut Hanae. Ia lilitkan lidah mereka berdua, sebelum kembali melahap buas bibir sang wanita.“Mmmhh ... mmmhhh!” Hanae mendesah ketika satu tangan Xavion bergerilya di dadanya, sementara satu lagi menahan agar punggung tidak terdorong ke belakang.Desahan yang kian lirih terlontar sebab kini telapak tangan besar sang lelaki sudah masuk ke balik kaos longgar sang gadis. Begitu cepat menemukan gundukan payu dara kenyal, lalu meremasnya teramat gemas.Hal yang sudah sejak lama ingin dilakukan oleh Xavion sejak pertama ia melihat tubuh telanjang Hanae di kabin nomor 02, bukan?Perundungan yang dilakukan Fanty dan Deasy membuahkan hasil positif ternyata. Memang alam bekerja secara misterius memberikan kejadian ter
Dada gadis itu kembang kempis sangat cepat. Xavion adalah definisi pertama untuknya. Semua yang pernah ia alami dalam hubungan lelaki dan perempuan, pertama kali ia alami bersama jaksa tampan itu.Dan sang lelaki, ia menikmati bagaimana bibirnya menyentuh kening beraroma mawar segar. Kulit Hanae begitu lembut seperti kulit bayi. Jemari Xavion bermain di belakang tengkuk Hanae. Ia sibak rambut hitam karyawan magangnya, memainkan tiap helai seraya menurunkan ciumannya dari kening ke puncak hidung.“Kenapa kamu diam saja kucumbu seperti ini?” tanya Xavion tersenyum penasaran.Wajah Hanae merah merona karena rasa malu. Disuruh mengakui perasaanya? Ia tidak pernah berada di situasi ini dan merasa sedemikian malu untuk mengatakan cinta atau apa pun itu yang dia rasakan pada Xavion.“Apa kamu suka jika kudekap seperti ini?” tanya Xavion menggunakan lengan kekarnya untuk merengkuh pinggang Hanae, mendekatkan lebih berdempet. Dua paha mereka saling bersentuhan. Tak ada jawaban, gadis itu han