Beranda / Romansa / The Prosecutor Secret Lust / Ch.01 Perkenalan Panas

Share

Ch.01 Perkenalan Panas

Penulis: Rein_Angg
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 10:58:04

Hari yang panas di kota Los Angeles. Sebuah mobil Bentley mewah berhenti di lapangan parkir depan gedung kehakiman kota ramai penduduk tersebut. Sekian pasang mata sontak menoleh pada kendaraan roda empat berwarna hitam legam. Semua tahu siapa pemiliknya.

Mereka yang berjenis kelamin wanita sontak tersenyum sambil berbisik-bisik pada teman di sebelah, sementara mereka yang berjenis kelamin laki-laki sontak memancarkan aura iri pada pemilik Bentley yang kini mulai menapakkan kaki turun dari mobil.

Jasnya berwarna abu-abu tua. Hem lengan panjang di dalam berwarna hitam dengan dasi perak gelap. Tingginya sekitar 185 sentimeter ke atas dengan rambut hitam barusan disugar menggunakan beberapa jari.

Lelaki berkelas itu melirik namanya yang terletak di depan bumper mobil. Menandakan space parkir ini adalah khusus untuknya.

Xavion Young – Prosecutor Senior.

Nama serta jabatan tertera sangat rapi di plang tersebut. Usianya baru 35 tahun, tetapi sudah menggapai jabatan Jaksa Penuntut Umum Senior. Apa karena dia memang sedemikian piawai menguasai ruang sidang, atau karena ayah, kakek, dan seluruh keluarganya merupakan bagian dari sistem hukum dan politik negara Paman Sam?

“Morning, Xavion,” sapa wanita silih berganti seiring kaki sang lelaki memasuki gedung kehakiman menuju ruang kerjanya di lantai dua.

Xavion mengangguk, hanya tersenyum karena dia tidak ingat nama wanita yang menyapanya. Entah tidak ingat, entah tidak tahu. Yang penting, tetap membalas dengan sebuah senyuman.

Karena saat dia tersenyum seperti itu saja hati para wanita sudah seperti bunga yang kembali bersemi setelah layu dan nyaris mati.

Memang ada sesuatu dalam aura Xavion yang membuat kaum hawa seakan rela bertekuk lutut tanpa alasan yang jelas di depannya. Atau mungkin ... bertekuk lutut di ranjang.

Sudah terbiasa menjadi pusat perhatian di kantornya, Xavion terus melangkah. Bukan salahnya jika dia memiliki paras terlalu tampan hingga diimpikan oleh banyak orang mulai dari yang masih berusia 20 tahun hingga hakim wanita senior nyaris pensiun di usia 55 tahun.

Tubuh gagah berototnya selalu terbalut jas secara sempurna saat di kantor. Nanti, setelah pulang dan dia bersenang-senang di pub bersama dua sahabat, barulah jas itu dibuka dan kita bisa melihat betapa bidang dada lelaki tersebut.

Pagi ini pikirannya sedikit berat karena ada kasus sulit yang sedang ditangani. Sudah tiga bulan terakhir ia mempersiapkan dakwaan terhadap seorang tangan kanan bos mafia terkejam di Los Angeles yang berhasil ditangkap oleh kepolisian.

‘Aku harus segera menyusun dakwaan yang baru karena yang lama rentan terhadap cacat hukum. Kalau saja pihak pembela tahu bahwa laboratorium polisi melakukan kesalahan berupa sample yang terba—‘

“WHAT THE HELL!”

“HOT! FUCKING HOT!”

Mendadak Xavion berteriak kencang ketika ia bertubrukan dengan seorang wanita muda dan bagian perut serta pahanya terasa panas.

Tentu saja panas! Ada kopi berasap mengepul yang tersiram ke tubuhnya.

“Ya, Tuhan! Maafkan saya! Maafkan saya!” pekik perempuan itu sungguh panik.

Rambut hitam kecokelatan tergerai setengah punggung. Make up sederhana di wajah sama sekali tidak menarik. Pemilihan baju kuno bahkan melelahkan untuk dilihat.

Terakhir, tangan ceroboh yangg menumpahkan kopi panas pada Jaksa Penuntut Umum paling terkenal di kota tersebut.

“Apa kamu buta, hah! Di mana matamu!” bentak Xavion. “Fucking janitor!”

Bahkan, perempuan itu dikira seorang pembersih oleh Tuan Muda Young saking lusuh penampilannya.

Wanita itu menahan isak. Sebisa mungkin mengatasi kepanikannya. Ia berusaha membersihkan bekas tumpahan kopi di setelan jas mahal dengan menggunakan telapak tangan.

Xavion bisa melihat punggung tangan wanita itu merah melepuh terkena kopi panas yang baru saja tumpah. Akan tetapi, sepertinya segala rasa sakit ditahan saking merasa bersalah padanya.

“Sudah, cukup! Jangan sentuh aku lagi!” bentak Xavion mendorong wanita itu hingga mundur dua atau tiga langkah ke belakang.

Bernapas terengah, wajah kuyu sang perempuan menunduk lesu. Sama sekali tak berani menatap lelaki tinggi besar di hadapannya. “Maafkan saya. Tolong, saya mohon, maafkan saya.”

“The fuck is wrong with you! Tidakkah kamu mempunyai mata, hah!” desis Tuan Muda Young mengusap-usap jas serta celananya yang sudah kotor tidak karuan. “Shit! Ini adalah jas baru! Kamu bodoh sekali!”

Mendongakkan wajah sedikit, mata bundar nampak berkaca-kaca. “Saya akan membawanya ke laundry untuk dibersihkan. Kalau nodanya tidak bisa hilang, saya akan menggantinya.”

Xavion tertawa mengejek, “Kamu? Mau mengganti jas Armani-ku?”

Melihat dari penampilan ketinggalan jaman sang wanita serta berbagai barang murahan yang menempel di tubuh berkulit putih tersebut, yah ... memang sangat meragukan kalau dia bisa memberikan ganti rugi.

“Tidak usah mengganti jas Armani-ku, membayar biaya laundry-nya saja kamu tidak akan sanggup!” lanjut putra dari politisi senior paling terkenal di Los Angeles mendengkus kesal.

Tak menjawab, wanita itu kembali menunduk dan hanya meremas-remas jemarinya sendiri karena gugup serta takut. Mata sang jaksa tampan kembali melihat punggung tangan yang merah dan melepuh.

Kasihan? Entah ... dia masih terlalu marah untuk bisa merasakan apa pun pada wanita tersebut.

Suara hak tinggi menghentak lantai terdengar, disusul seorang wanita memekik kencang. “Ya, ampun, Xavion! Apa yang terjadi padamu! Kenapa bajumu kotor semua!”

Menoleh ke kanan, tampak seorang perempuan cantik, seksi, serta terlihat sangat terpelajar menghampiri. Kalau yang satu ini Xavion sangat tahu siapa, tidak seperti wanita yang barusan menodai jas barunya.

Begitu melihat dua buah cup cofee ukuran medium dan large terkapar di atas lantai dengan posisi tutup terbuka di mana isinya berceceran, wanita itu menjerit lagi.

“Hanae Tan! Kamu memang tolol tidak tanggung-tanggung! Kebodohan dan kecerobohanmu itu natural sekali, ya! Stupid!” bentaknya, bahkan dengan tega mengejek seperti itu.

Kening Xavion mengernyit sesaat, ‘Oh, jadi nama perempuan itu Hanae Tan? Fanty benar, sepertinya wanita itu memang bodoh dan tolol?’ kesalnya ikut memaki dalam hati.

“Maafkan saya, Miss Fanty. Saya sungguh tidak sengaja. Saya berjalan biasa, tetapi Tuan ini mendadak menubruk saya. Beliau berjalan menunduk, tidak melihat saya yang melintas di de—“

“Tutup mulutmu, anak magang sialan!” Wanita bernama Fanty memotong kalimat dengan pedas. “Jadi, kamu mau menyalahkan Xavion atas apa yang baru saja terjadi, hah! Kurang ajar!”

“Apa kamu tidak tahu kalau Xavion adalah bosmu selama magang di gedung kehakiman! Dasar, tolol!”

“Hah?” Baik Xavion maupun Hanae sama-sama memekik dengan ketidakpercayaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.02 Rencana Busuk

    “Apa katamu!” engah Xavion menatap tak percaya pada teman satu timnya. “Dia ... aku akan menjadi bosnya?”Fanty mengangguk, “Iya, dia akan menjadi anak buahmu. Dia sedang magang selama tiga bulan di sini dan ditugaskan di tempat kita.”Wanita cantik yang terlihat berpendidikan tersebut melirik malas pada Hanae. Ia terkekeh sambil mengejek, “Aku juga tidak tahu kenapa kita sungguh sial sampai diberi pekerja magang seperti dia!”“Lihat saja! Penampilannya bagai orang yang baru saja keluar dari mesin waktu 500 tahun lalu!” gelaknya mencibir gaya pakaian Hanae yang memang tidak up to date.Yang sedang diejek hanya menunduk sambil meremat jemari sendiri. Selain panas dan melepuh tipis, hatinya pun ikut panas karena ditertawakan oleh Fanty. Akan tetapi, apa yang bisa dia perbuat?Xavion menggeleng, “Aku tidak ada waktu untuk ini! Aku ada sidang pagi ini dan ... fuck! Dan sekarang aku harus berganti pakaian dengan yang baru!”Ia menatap tajam pada Hanae, “Kalau sampai aku kalah di sidang pag

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.03 Pekerjaan Sia-Sia

    Xavion meregangkan tangan ke atas. Sekujur tubuh dirasa sangat lelah setelah seharian menghdiri dua persidangan dan tiga rapat bersama para petinggi di gedung kehakiman untuk tiga urusan yang berbeda. Mengusap tengkuk, lalu ia menekuk leher ke kanan dan ke kiri. Melemaskan urat serta otot. Memandang jam tangan, sudah pukul sebelas malam. Waktunya untuk pulang. Cukup bekerja hari ini, saatnya mendatangi ranjang di rumah.“Aaah, fuck! Aku benar-benar lupa!” desisnya saat mengangkat ponsel dan melihat sebuah chat dari wanita bernama Pixie.[Lain kalau kalau memang tidak bisa datang tolong kabari aku, ya? Aku seperti orang tolol menantimu sendiri di sini.]Xavion mengurut kening. Bagaimana mungkin dia lupa ada janji untuk bertemu di pub dengan wanita seseksi dan secantik Pixie. Apalagi, ketika mereka berada di atas ranjang maka seisi dunia adalah tempat yang jauh lebih baik. “Aku harus membelikannya barang mahal besok supaya dia mau memaafkanku. Shit, aku ingin merasakan goyangannya kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.04 Dikeroyok Berandalan

    Sadar kalau telah dikerjai dan dibodohi, Hanae menunduk. Ia tidak menjawab apa-apa. Bibir dikulum ke dalam menahan sebuah emosi yang tengah membungkus sekujur batin perihnya. Xavion menggeleng jengah seraya berkata, “Jadi orang itu yang pintar! Aku tidak suka punya karyawan bodoh meski dia hanya sekadar magang! Mengerti?”Tak ada suara, Hanae hanya mengangguk.Merasa perbincangan mereka sudah cukup, Xavion segera melangkah keluar. “Jangan lupa matikan komputer dan lampu setelah selesai! Aku tidak mau bagian umum memarahiku lagi karena masalah komputer dan lampu yang tidak dimatikan selesai bekerja!”Tetap tak ada suara, Hanae lagi-lagi mengangguk dalam diam. Setelah bosnya keluar dari ruangan, barulah ia mulai bersuara.Bukan berkata apa-apa, hanya terisak. Sedih karena sampai jam sebelas malam ternyata hanya mengerjakan sesuatu yang tak berguna. Sedih karena sejak di bangku sekolah hingga bekerja diri selalu mengalami perundungan akibat tidak berasal dari keluarga terhormat.Lebih d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.05 Habis Kesabaran

    Hanae meronta sekencang yang ia bisa meski tubuh dicengkeram oleh lima lelaki kampungan yang ingin menodainya. Sudah lelah bekerja 12 jam tanpa makan siang, tanpa makan malam, di penghujung hari justru ia hendak dinodai.Wanita berusia 22 tahun itu masih suci. Hidup di panti asuhan dan memakai berbagai barang bekas dari sumbangan membuat tak ada lelaki ingin mendekatinya. Tidak usah lelaki, wanita saja enggan bersahabat dengannya. Sejak dulu dia hanya berkawan dengan diri sendiri, fokus pada pendidikan beasiswa dan mencoba mengubah nasibnya tanpa bergantung pada siapa pun. Jeritannya sudah dibungkam, jari-jari kotor sudah mulai memasuki balik rok spannya. Ia terus diseret, digeret, dan dijambak paksa menuju pojok jalan yang gelap. Tepat sebelum para lelaki biadab itu menghilang di belokan jalan menuju gang sempit tempat mereka berniat melancarkan aksi mesumnya ....Sebuah Bentley berwarna hitam legam mendekat. Bunyi ban berdecit mencakar aspal terdengar akibat rem yang diinjak sang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.06 Ada Yang Tidak Tega

    “Fuck! Fuck!” Xavion memukul setir kendaraannya dan lagi-lagi menginjak pedal rem dengan sangat dalam. Ban mobil mendecit. Raungan deru mesin kembali terdengar seraya kendaraan roda empat tersebut berjalan mundur.Ada seseorang yang tidak tega rupanya!Berhenti tepat di depan Hanae yang masih menangis sambil memandanginya bingung, ia membuka jendela. “Heh, Anak Magang!” Sejujurnya, dia lupa siapa nama gadis itu. Padahal, tadi pagi sempat mendengar namanya dari mulut Fanty. Maka, cukup dipanggil Anak Magang saja. “Y-ya?” jawab Hanae mengusap air mata.“Masuk!” perintah Xavion sambil menatap tajam.Hanae kian bingung. Sebuah perintah yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan. Saking bingungnya sampai hanya bisa menatap dengan mata bundar yang membengkak karena lelah dan terus menangis. Dan karena wanita itu hanya diam saja, Xavion makin murka.“APA KAMU TULI! AKU BILANG, MASUK!”Hanae melompat dari kursi halte bus dan langsung berlari menuju kendaraan bosnya. Ia terengah, tidak la

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.07 Siapa Hanae Sebenarnya?

    Hanae memasuki pintu sebuah rumah panti asuhan. Tangan menggenggam kantong kertas berwarna cokelat.“Apa itu?” tanya seorang wanita renta melirik jinjingan sang mahasiswi. “Burger dan kentang, Ma’am Lilac. Aku dibelikan makan malam oleh bosku!” kekeh Hanae memperlihatkan dengan riang.Wanita tua yang bernama Lilac terdiam sesaat. Seluruh rambutnya sudah memutih, pertanda usia sudah lebih dari setengah abad. Mata lelah itu menatap, “Mobil mewah tadi, itu bosmu mengantar pulang?”“Iya, dia mengantarku pulang. Ma’am tahu? Dia jagoan! Tadi, di halte bus aku sempat didatangi berandalan! Lalu, dia da—““Jangan bermimpi terlalu tinggi, Hanae!” potong Ma’am Lilac. “Mobilnya semewah itu, pasti orang kaya.”“Lalu?” heran Hanae karena mendadak kalimatnya dipotong. “Lalu, jangan berharap apa pun padanya. Bekerjalah dengan keras! Jadikan beasiswamu berguna!” tandas Ma’am Lilac. Sorot matanya memperlihatkan harapan tinggi.Akan tetapi, Hanae masih terlalu polos untuk bisa memahami maksud kepala p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.08 Takut Dengan Badut

    Tak ada pilihan. Kedua senior terus menekannya, bahkan mengancam akan memberi nilai jelek. Kalau sampai tidak mendapatkan nilai sempurna saat magang, beasiswanya bisa dicabut dan semua akan menjadi sia-sia. “Maafkan aku karena tidak mengerjakan tugas dengan baik! Akan aku kerjakan semuanya malam ini!” engahnya menahan panik. Kalau nilai magangnya jelek, beasiswa bisa dicabut. Padahal, kurang satu tahun saja sebelum lulus kuliah. Fanty dan Daisy tergelak puas melihat Hanae ketakutan. Mereka tidak ada masalah apa pun sebelumnya dengan perempuan magang tersebut. Akan tetapi, jiwa perundung memanggil selalu mencari yang lemah untuk diinjak.Bisa menginjak orang lain, bisa membuat orang lain takut, bisa membuat orang lain ditertawakan dan malu akan mendatangkan kepuasan tersendiri pada kaum perundung. “Besok adalah hari Sabtu! Kita ada acara keakraban di luar kota. Camping di tepi danau bersama seisi lantai dua ini!” tukas Fanty mendekat, lalu menjewer telinga Hanae.“Aduuuh! Sakit!” pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.09 Menatap Tak Berkedip

    Seorang jaksa senior yang masih berusia cukup muda bernama Ezra Wu terengah dalam hati mendengar nama Hanae. Itu bukan nama yang biasa didengar sehari-hari, bukan?Terlebih, ketika ia mendekat dan menanyakan apa benar nama sang gadis adalah Hanae, ia melihat sesosok wanita yang ternyata ia kenali dari masa lalunya.‘Ya, Tuhan! Ini benar dia!’ pekik Ezra menahan berjuta gempuran di dalam batinnya. Jika saja tidak rajin berolah raga dan memperkuat otot kaki, mungkin saat ini dia sudah terkapar lemas di atas lantai akibat melihat siapa yang ada di hadapan.Namun, seperti ia selalu memperlihatkan ketenangan serta ekspresi dingin di pengadilan agar tidak terbaca oleh lawan, saat ini pun ia melakukan hal yang sama.Semua jerit terkejut serta dentuman dalam batin tak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh Xavion, sahabatnya sendiri. Hanae menaikkan pandang perlahan karena merasa dirinya sedang dipandangi lekat. Melihat setelan jas rapi di dada bidang. Saat pandang kian mendongak, tatap mata

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01

Bab terbaru

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.64 Gosip Kematian Ayah Xavion

    Menjelang waktu acara tahunan untuk memperingati berpulangnya Billy Young, keluarga Mendoza selalu hadir turut mendoakan sahabat mereka yang terpaksa mengembuskan napas terkahir secara tragis.“Setiap har ini tiba, Xavion biasanya mabuk. Aku akan merawat dia saat mabuk. Sebagai calon istrinya, aku harus bisa merawat dia, bukan?” kekeh Jessica sedang berkendara bersama kedua orang tuanya. Di dalam mobil mewah itu keluarga Mendoza tengah menuju kediaman Gladys Young. Wanita berusia di atas setengah abad menanggapi ucapan putrinya. “Sejak dulu kamu hanya bisa jatuh cinta dengan satu pria, yaitu Xavion. Kamu menghabiskan seluruh usia dan masa mudamu untuk mengejarnya. Mommy harap kali ini kamu benar-benar bahagia.”“Tentu saja dia bahagia, Eve. Putri kecil kita akhirnya akan menikahi pangeran impian. Gladys sudah mengatakan pada kita kalau Xavion pasti akan mau menikahi Jessica. Lambat laun pasti dia akan jatuh cinta padanya. Hanya tinggal tunggu waktu.”“Aku yakin kamu benar, Jorge,” a

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.63 Lelaki Pertama Untuknya

    Dengan dada kembang kempis dan suara gemetar, Kelinci Kecil berkata, “Kenapa kamu mengulang semua kejadian dini hari tadi? Kamu sengaja ingin membuatku malu?”Xavion tertegun, “Jadi, itu semua benar? Aku tidak sedang berhalusinasi karena mabuk?""Apa maksudmu? Tentu saja semua itu benar terjadi! Apa kamu sudah lupa bagaimana kamu terus menyentuhku meski aku sudah memintamu untuk berhenti?” Hanae mengerang dengan sorot protes dan gamang. Lalu, satu kalimat pertanyaan terlontar dari bibir Tuan Jaksa, “Kalau kamu ingin aku berhenti, kalau kamu tidak menikmati semua yang terjadi di antara kita tadi malam, kenapa aku mengingat menyentuh liang kewanitaanmu yang sudah basah?”Dan Hanae tak bisa menjawab. Mati kutu! Jangan ditanya bagaimana panasnya paras manis sang gadis. Tentu saja wanita sepolos dia akan merasa sangat malu saat liang kewanitaannya dibahas, bukan?Di antara engah serta dentuman jantung dalam dada, lelaki itu kembali bergumam sendiri. “Jadi, kamu memang masih sungguh perawa

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.62 Reka Adegan Semalam

    Xavion mendengkus kasar. Kepala yang pengar dipijit-pijit. Ucapan ibunya seperti antara nyata dan tidak. Tanpa sadar bergumam sendiri, “Am I still fucking drunk?”“Tidak, kamu tidak sedang mabuk!” jawab Gladys dengan nada kesal. “Mommy serius ingin berbicara denganmu mengenai jodoh. Usiamu sudah 30 tahun lebih dan kamu sama sekali tidak memikirkan untuk berumah tangga!”“Yeah, well, berumah tangga bagiku tidak ada gunanya saat ini. Aku lebih suka fokus ke pekerjaan dan Mommy tahu itu!” sahut Xavion, mengusap matanya berkali-kali, lalu memandangi jendela kamarnya yang diterpa mentari pagi. Gladys kembali berucap tegas, “Dengan tidak memiliki istri, kamu sama saja memberi jalan seluas-luasnya bagi para wanita materialistis penggali emas untuk mendekatimu, memanfaatkanmu, lalu menghancurkanmu!”Embusan kasar meluncur dari bibir Xavion yang masih beraroma alkohol. Ceramah ini sudah entah berapa ratus bahkan ribu kali dia dengar sejak masih baru duduk di bangku sekolah menengah atas. “Po

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.61 Perjodohan Untuk Xavion

    Hanae mengangguk ketakutan, “A-aku ... iya, aku masih perawan! Aku tidak pernah punya pacar sebelum ini! Aku belum pernah bercinta dengan siapa pun!”“Kamu bohong!” Xavion kembali membentak lagi. Kali ini, ia keluarkan tangannya dari balik celana dalam Hanae, lalu kedua telapak menghantam dinding di sisi kanan-kiri telinga wanita tersebut.Suara Tuan Muda Young menggelegar, “Aku akan menyakitimu kalau kamu berbohong! Jawab yang jujur! Apa benar kamu masih perawan!” ancamnya melotot, menakutkan.Hanae kembali mengangguk dengan ketakutan. Apa yang mau dia jawab karena kenyataannya memang dia masih perawan. “Aku ... aku ti-tidak ... aku tidak berbohong!”“Kamu sungguh tidak punya pacar sebelum ini?” engah Xavion masih menatap melotot.“I-iya ....”“Belum pernah ada yang menyentuhmu?”Hanae menggeleng.“Belum ada yang pernah melihatmu telanjang?”Lagi, wanita itu menggeleng.Xavion makin tersengal hebat. Perlahan, ia lepaskan kurungannya dari tubuh Hanae. Suara berat beraroma alkohol ker

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.60 Kamu Masih Perawan?

    “Pl-please ... kamu sedang mabuk. Kamu ... auuhhh ... mmmhhh!” pekik Hanae menahan keinginan untuk menjerit sangat kencang.Ia reflek merapatkan dua paha saat jari tengah Xavion mulai bergerak pelan mengusap inti tubuh, butiran kecil yang mengandung jutaan syaraf nikmat. Sebuah G sp ot bagi wanita mana pun. Hanya saja, semakin ia merapatkan kakinya semakin lelaki itu bersemangat untuk terus membuat aliran darahnya mengalir lebih deras dari biasa. Semakin paha Hanae merapat, semakin jari Xavion bergerak lincah di tengah kewanitaan. Tak mau berhenti bergerak, terus mengusap dan menekan-nekan. Satu desahan meluncur dari bibir Hanae tanpa bisa ia tahan dan kendalikan. Di mana kemudian sang gadis cepat menggigit bibirnya karena malu telah mengeluarkan suara seperti itu.Xavion tertawa mengejek, "Sudah kubilang, kamu akan menikmatinya. ini baru jariku, belum anggota tubuhku yang lain, Little Rabbit!"“Xa-Xavion! H-hentikan ... please?” rintih Hanae didera rasa nikmat dan pikiran bahwa di

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.59 Sedang Ingin Bercinta

    Hanae mengerang tertahan ketika jari tengah Xavion yang besar dan panjang menelisik masuk ke celah di kewanitaannya. “Please ... ja-jangan, jangan ...,” engahnya berusaha menghentikan semua sentuhan mendebarkan luar biasa tersebut. Mengucapnya dengan engah hebat, mencoba untuk menahan segala sensasi panas mendebarkan yang tengah menjalari tubuhnya dini hari ini. Wajah Xavion terus terbenam di antara leher dan pundak. Bibir lelaki itu kian basah menjelajahi kulit putih mulus hingga ke telinga, juga tengkuk.Dan bersamaan dengan semua embusan panas napasnya, bersamaan dengan permintaan Hanae untuk berhenti, jari Xavion justru bergerak lebih intim.Ia tekan ke bawah jari tengahnya hingga terasa mengenai sebuah butiran kecil di antara dua dinding lembut yang lembab, hangat.“Kamu sungguh menggairahkan, Little Rabbit!” desah Xavion. “Sudah lama aku ingin melihatmu telanjang lagi,” kekeh lelaki setengah mabuk tersebut.Kagetlah Hanae. “Lagi? Lagi, bagaimana?Memang ya kamu pernah melihatku

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch 58 Hentakan di Atas Sofa

    Xavion terkekeh cuek mendengar ancaman sahabatnya. Ia hanya melirik sekilas, lalu membuang tatap ke angkasa, “Kamu pikir aku peduli dengan semua ucapanmu? Teruslah menggonggong dan kafilah tetap berlalu!” Ia merengkuh tepian jas, merapikan penampilan, lalu mulai berjalan. “Keluarlah dari ruanganku, karena aku juga mau pulang. Chaiden mengajakku bersenang-senang di klub malam untuk melupakan kejadian persidangan kemarin.” “Kejadian di mana saksimu dibantai oleh pengacaranya Maurice Zambrota? Kamu akan menemukan cara untuk membalasnya. You always do,” tukas Ezra. “Hmm, thanks,” gumam Xavion, mulai membuka pintu dan melangkah keluar dari kantornya. Unik memang persahabatan keduanya. Sedetik lalu mereka saling menaikkan nada bicara karena Hanae, detik berikutnya mereka saling bercerita dan mendukung dalam masalah pekerjaan. “Ingat untuk memakai pengaman, Xavion! Klub malam dengan Chaiden selalu berakhir dengan kamu meniduri wanita asing!” seru Ezra tertawa renyah. Tuan Muda Y

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch 57 Jangan Sakiti Dia

    Di kantor kejaksaan, dua orang lelaki sedang berbincang dingin. Mereka sama-sama berdiri di depan kaca jendela ruang kerja Xavion, menatap ke tengah jalan, bagian depan gedung tersebut. “Kenapa kamu tidak mengatakan pada orang-orang kalau kamu yang membelikan tas Gucci itu? Kamu bisa saja membuat Jessica dan Fanty bungkam, tapi kamu tidak melakukannya.” Ezra memandang sahabatnya dengan kekecewaan. “Apa kamu tidak punya rasa kasihan dengan Hanae?” “Kalau aku tidak punya rasa kasihan, aku tidak akan menyuruh semua bubar dan pergi. Aku tidak akan mengancam fanty pindah ke gudang. Aku juga tidak akan mengancam Jessica untuk menutup semua pintu keluargaku,” sahut Xavion sambil menyeringai, tetap menatap ke luar jendela. “Lalu, kenapa kamu tidak mengatakan kalau kamu yang membelikan tas Gucci itu?” Tuan Muda Young terkekeh ketus. “Aku punya reputasi untuk dijaga. Kalau orang tahu aku membelikan tas itu, mereka akan bergosip. Aku tidak suka dijadikan bahan gosip.” “Mau sampai kap

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch. 56 Mengatur Perjodohan

    Pergi dari kantor Xavion dengan kesal, sekarang Jessica sudah ada di rumah masa kecil sang jaksa. “Aunty Gladys, aku mulai berpikir kalau wanita miskin dan jelek itu meracuni otak putramu.” Ibunda Xavion yang sedang ada di dapur mencicipi kue buatan pelayannya. Mata sipit Gladys menoleh dan memandang terkejut. “Meracuni otak Xavion bagaimana?” Lalu, ia mengajak Jessica pergi ke ruang tamu khusus keluarga agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh pelayan dan menjadi gosip nasional. Sepanjang jalan menuju ruang tamu tersebut Jessica terus berkeluh kesah dengan resah. “Wanita brengsek itu pencuri, Aunty. Namanya Hanae. Dia adalah orang miskin. Bajunya itu seperti baju nenek-nenek!” “Setiap aku melihatnya sejak pertama, aku tahu kalau dia datang dari tingkat kemiskinan yang paling bawah! Dan maksudku sangat-sangat palint bawah!” dengkusnya menggeleng kesal. Gladys mempersilakan wanita yang dianggapnya sebagai putri sendiri itu untuk duduk. Dengan suara lembut keibuan, ia bertan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status