“Akhirnya,” kata Farah. Farah mendekat ke arah Micko, ia mencium pip Micko, “Kasih lihat mama aku nanti surat cerainya,”
“Pasti, sayang,” Micko membelai Farah.
Anneta mendekat ke arah Micko dan Farah, ia membelai putra tersayangnya yang sudah lama tidak ia jumpai. Ia juga melihat Farah, “Siapa wanita cantik ini?” tanyanya.
Farah yang mendengarnya tersipu malu, ia tidak percaya bahwa dirinya di puji oleh Anneta, “Ma…maaf, saya Farah,” jawab Farah.
“Kau yang bernama Farah? Perutmu?!” Anneta melirik ke arah Micko dan melihat Micko tertunduk. Micko merapatkan bibirnya dalam sejarah hidupnya, baru kali ini dirinya tidak bisa berkutik di depan Ibuny, “Ulahmu?!”
“Hmm…I…ibu, bisa aku jelaskan,” katanya gelagapan. Sedangkan Farah berusaha untuk tidak ikut campur antara Ibu dan anak tersebut. Ia memegang perut buncitnya dan menghindar sedangkan Micko beberapa kali kena pukul Anneta.
Adelard akhirnya mau tidak mau memisahkan Anneta dengan Micko,
Bersambung.......
Micko berusaha untuk mempercayai apa yang baru saja ia dengar dari Adela. Ia menghela nafasnya, “Temui aku,” sahut Micko. “Kau dimana?” “Temui aku di tempat biasa, aku akan sampai sana lebih cepat dari biasanya,” “Baiklah, aku akan menemui dirimu,” Micko menutup teleponnya, ia pergi menemui Adela tetapi tidak lagi kepada Felicia. Ia ingin mendengar langsung bagaimana mereka bisa menemukannya ayah kandung dari Farah. Mobil Micko menderu di lapangan parkir, ia masuk ke dalam dan memesan pesanan yang sama, “Kau ikut aku,” katanya kepada Siska. “Micko, aku tak ada hubungannya,” “Kau sudah mengetahui apa yang kami cari. Dua orang tersebut sudah tahu siapa ayah kandung Farah,” Siska sama terkejutnya dengan Micko. Pintu cafe tersebut berderit dan tepat saja dua orang tersebut tiba tepat waktu, “Ayo, duduk aku akan ceritakan,” sahut Adela. Adela menceritakan sejelas mungkin bagaimana mereka bisa menemukan ayah kandung Far
Setelah kejadian tersebut, Adelard memanggilnya. Micko berusaha tegar feelingnya pun tepat bahwa hal buruk itu akan terjadi dan hari ini mimpi buruknya menjadi kenyataan. Dengan langkah gontai Micko menghampiri ruang kerja Adelard.Pintu terbuka Adelard mendongak melihat keponakannya yang masuk, “Kenapa dia tidak menyadari dari awal?” tanyanya.“Entahlah,” sahutnya.“Tutup pintunya,” katanya yang meminta tolong, “Coba kau katakan, apa yang terjadi sebenarnya?” tanyanya.Micko ingat waktu pertama kali ia akan melakukan gugatan cerai kepada Nafa, ia berusaha untuk tidak menghiraukannya namun entah mengapa malah Nafa baru sadar bahwa ancamannya adalah ancaman yang bisa membuatnya jatuh.Di depan Adelard, Micko terdiam ia sendiri juga bingung dengan kondisinya. Ia juga tidak mungkin membiarkan Farah mengetahui kejadian hari ini, “Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin memberitahukan kepada Fara
Selama berkendara Micko berusaha menenangkan Farah. Ia juga tahu bahwa persiapan ini haruslah matang. Micko juga menghubungi Jarvis, “Kamu nyetir saja biar aku yang hubungin Jarvis,” protesnya.“Makasih, sayang,” ucapnya walaupun matanya hanya bisa tertuju ke arah depan.Farah mengambil handphone Micko, ia juga berusaha menghubungi Jarvis. Hingga akhirnya Jarvis mengangkat teleponnya, “Aduh, ape sih bossss? Eike masih tidur di ganggu ajee,” timbrungnya dengan kesal.“Jarvis, kamu jam segini masih tidur?!” oceh Farah.Jarvis terkejut bahwa yang menghubunginya ternyata seorang perempuan sementara Micko menahan tawanya, “Aa…aduh. Ma…Maaf, Nyonye, bablas,” jawabnya dengan terbata-bata.“Jarvis, dengerin omongan saya yaa, ini kita lagi kalang kabut karena Nafa sudah tahu bahwa ia di ceraikan sah. Ada kemungkinan kita bakalan perang, siap nggak siap mamanya Micko juga harus t
==Tiga Bulan yang Lalu==Ferry yang kala itu baru saja kembali dari Amerika dengan segera mendatangi rumah lamanya. Di sana ia melihat tumpukan demi tumpukan yang tidak bisa ia hindari lagi, dengan segera ia merapihkan semua barang-barang yang berserakan tersebut.Di saat yang bersamaan ketika ia tengah merapihkan barang-barang setelah sepeninggal Jessica, ia melihat sebuah foto yang jatuh dari laci. Ia ingat bahwa bagaimana dirinya sangat terpuruk setelah kehilangan Jessica.Ferry mulai menyusun rencana untuk mencari tahu siapa ayah kandung Farah, ia memulai semuanya dari nol hingga akhirnya ia sendiri yang akan mengakhiri. Foto tersebut terlihat tiga orang dirinya, Bobby dan Louis.Dengan geram, ia pergi menemui Bobby malam itu juga. Ia mendatangi tempat dimana mereka bertiga sering berkumpul, Labirin. Ferry melihat bahwa pola labirin masihlah sama, ia cukup hapal dengan lokasi tersebut sehingga ia tidak lupa bahkan masih ingat dengan baik di benaknya.
“Pastinya aku akan memberikan yang terbaik.” Suara Annete berubah seketika itu juga, ia akhirnya sadar bahwa selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir ia akhirnya bisa keluar dari rumah tersebut. Beberapa menit kemudian, bodyguardyang lain menerjang masuk ke dalam ruang pribadi Annete, “Silakan keluar!” katanya dengan garang. Di belakang mereka di ikuti oleh sekretaris ayahnya sendiri. Annete terkejut bukan main bahwa sekretarisnya juga ikut campur, “Kau!? Jadi, selama ini – ” “Maaf, saya hanya mengikuti perintah,” akunya saat itu juga. “Saya tidak bermaksud, Ibu Annete,” jawabnya. Annete hanya bisa menahan geram marahnya tersebut, “Siapa yang mengatur ini semua?” gejolak amarahnya mulai membuncah ia sendiri juga mulai melakukan pemberontakan yang telah terjadi selama kurang lebih dua puluh tahun belakangan ini. Dengan marah, ia mengambil vas bunga kesayangannya dan memecahkan di hadapan sekretaris ayahnya tersebut, “Katakan!
== Tiga Bulan Setelahnya ==“Kau gila?!” pekik Vicka yang tidak percaya mendengar seluruh runtutan kejadian yang telah terjadi selama tiga bulan belakangan, “Jadi, itu ulahmu?” tanyanya yang masih tidak bisa menerima kenyataan yang sudah terjadi.Ferry menyinggungkan senyumnya, ia menaikkan bahunya supaya Vicka bisa berfikir secara rasional. Vicka beberapa kali bolak-balik di dalam ruang kerjanya, ia sendiri juga tidak mengira bahwa itu semua ulah Ferry.Ferry masih tertawa cengengesan, “Sudahlah, kau itu seperti gosokan sekarang ini,” tegurnya.Vicka memegang kepalanya, ia belum terima dengan semua cerita konyol tersebut, “Aku masih tidak percaya,” balasnya.“Kau akan mengerti.” Ferry melihat ke jam tangannya, “Mungkin kita akan melihat dua keluarga berperang,” lanjutnya kepada Vicka.Vicka mencoba untuk berfikir ketika Ferry mengatakan bahwa dua keluarga akan berperang
“Diandra?” tanyanya yang tak percaya. Laki-laki yang bernama Diandra itu muncul tepat ketika dirinya benar-benar tertimpa masalah. Wajah Vicka berubah menjadi masam, melihat sang mantan yang muncul di hadapannya. “Ya, ini aku, Diandra,” jawabnya dengan datar.Vicka menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Ia benar-benar tidak suka dengan sikap Diandra yang datang tiba-tiba bagaikan jelangkung. “Apa maumu?” tanyanya ketus.Diandra membuka kacamata hitamnya, ia tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kedatangannya tersebut. Sementara wanita yang ada di belakangnya, menghampiri mereka berdua yang sedang berbicara.“Bagaimana kalau kita bicara di dalam?” tanya Diandra.Wanita tersebut meringsek maju, ia mengapit tangan Diandra. “Hai,” sapanya.“Hai, sayang,” jawabnya dengan tersenyum. Ia membelai wajah wanita tersebut. “Dia bernama, Bella, tunanganku,&r
“Kau yakin bisa menuntaskannya?” kata-katanya membuat Vicka tertegun. Hatinya tahu bahwa sebenarnya ia tidak sanggup, namun ia juga perlu membuktikannya.“Akan aku buktikan, aku akan membuktikannya, ayah.” Mata Vicka berkilat marah, ia tahu sudah lama ia mengincar jabatan ayahnya untuk tetap bisa mempertahankan perusahaan retail yang sudah mall tersebut.Sang Ayah hanya bisa mendengus kesal, Rudolf Sudelard, tak percaya bahwa anak perempuannya Vicka Sudelard mampu berbicara cukup percaya diri. “Pernikahan anakmu di depan mata. Bagaimana kau bisa melakukannya?”Rudolf melihat satu per satu orang yang ada di ruangan Vicka terutama tatapan sinis ayahnya kepada Ferry. “Bahkan kau saja membesarkan anak orang,” ejeknya dengan tatapan tak senang ke arah Ferry.“Aku akan ke ruangan rapat sekarang. Jika, ayah ingin tahu rencanaku, kita bisa lihat bagaimana caraku mengatasinya.” Suaranya sedikit gemetar me