Share

2

Author: tiareyss
last update Last Updated: 2021-08-14 14:17:56

-dua hari sebelum kejadian-

Tampak dua orang laki-laki berada disebuah meja yang sama. Mereka sama-sama mengenakan jaket dan celana serba hitam, tetapi tetap terlihat santai. Entah apa yang dilakukan, tetapi salah satu dari mereka sedang berdiri dan memandang ke sekeliling restoran yang sepi itu. Seperti sedang mengawasi. 

"Thur, sini duduk. Gak usah kayak robot gitu deh," ucap rekannya, yang sedang menikmati secangkir teh lemon. 

"Ya, tapi VIP kita kayaknya udah dateng," jawab Arthur. 

Pria yang sedang duduk pun lantas memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk. Melihat seseorang turun dari limosinnya didampingi beberapa bodyguard, ia pun langsung berdiri dan menyambut kedatangan orang tersebut. 

"Arkana?" tanya orang itu. 

"Ah, iya. Tapi panggil saja, Bima. Nama saya Arkana Bimantara," jawab pria yang bernama Bima itu sambil mengulurkan tangannya, dan langsung disambut baik. 

"Dan ini?" Melihat ke arah Arthur. 

Arthur pun mengulurkan tangannya. "Arthur Jelandra. Senang bisa bertemu dengan anda, Tuan Rodrigues."

"Ah, gak usah canggung begitu. Saya ini masih seumuran kalian, lho. Hahaha. Ayo duduk, kita perlu membahas banyak hal," ucap Gala Rodrigues. Anak dari pemilik perusahaan Widhibrata -- Penghasil minyak terbesar di kota New York. 

Mereka bertiga pun duduk disatu meja. Terlihat beberapa bodyguard Gala yang berjaga di sekitar pintu masuk dan beberapa sudut. 

"Kalian sudah makan?" tanya Gala. 

"Langsung saja pada intinya. Apa yang bisa kami bantu untuk anda?" ucap Bima dengan tegas dan berwibawa. 

"Baiklah." Jawab Gala. Ia kemudian membuka tas yang ia bawa dan mengeluarkan beberapa dokumen. 

"Ini adalah bukti-bukti perusahaan fiktif yang berdiri sejak empat tahun lalu. Tapi, pemilik dari perusahaan itu sama sekali gak bisa dilacak keberadaannya, dan yang lebih parah identitasnya." Wajah Gala, mulai terlihat serius. Bima mendengarkannya dengan seksama. 

"Anonim?" tebak Bima.

"Right. Perusahaan kita, kena tipu sama perusahaan fiktif ini beberapa hari yang lalu. Sebelumnya memang kita berencana menjalin kerjasama, tapi kemudian dia memutus hubungan tiba-tiba dan bersamaan dari itu dana perusahaan kita tiba-tiba bocor," --Gala menghela nafasnya-- "Sampai 20 Triliyun."

Bima sedikit terkejut mendengarnya. Pasalnya itu bukan jumlah yang sedikit, bagaimana bisa pihak perusahaannya lengah? 

"Kami udah berusaha nyari tentang identitasnya, tapi yang kita temuin cuma data perusahaan fiktif ini," lanjut nya, sambil menunjuk ke arah dokumen tadi. 

"Jadi, anda mau kita usut tentang seseorang yang anonim ini?" tanya Bima. "Kenapa gak minta bantuan polisi?"

"No. Kalau kita pakai polisi, kita juga akan bermasalah dengan kasus korupsi yang ada diperusahaan. Bakal lebih panjang masalahnya." Gala terdiam sejenak, dan melihat ke sekelilingnya. 

"Saya bilang ini, karena saya percaya sama bisnis kamu, Bim. Korupsi itu sudah biasa dikalangan pebisnis, saya yakin kamu pun mengerti. Hahahaha." Tawa Gala kembali terdengar. 

Bima hanya menanggapinya dengan wajah datar. Mengapa ia harus berurusan dengan manusia menjijikkan semacam Gala? Seharusnya, ini adalah karma untuk nya karena sudah melakukan hal tidak terpuji diperusahaannya sendiri. 

"Ini bukan kasus sepele, bahkan ada aib keluarga Rodrigues. Apa pihak kalian yakin mempercayakan saya?"

"Tentu saja, hahahaha. Bagaimana saya bisa gak percaya sama Wolf Eagle? Semua orang berlomba-lomba mendapatkan hati kalian untuk menangani kasus-kasus mereka. Hahahaa ....

Dengar, saya berani bayar kalian berapa pun, dan akan menyediakan fasilitas yang kalian butuhkan untuk menangkap anonim ini. Bagaimana, hm?" lanjut Gala. 

Arthur hanya menunggu jawaban dari pemimpin sekaligus sahabatnya itu. Sedangkan Bima, masih memandangi bukti yang berada di atas meja. Ia tampak seperti sedang berpikir untuk menerima atau tidak tawaran ini. Ia memikirkan banyak hal, termasuk reputasinya yang melindungi sampah masyarakat. 

"Oke." Jawab Bima. Gala tampak lega mendapat jawaban yang sesuai harapannya. 

"Tapi, dengan satu syarat," lanjutnya. 

"Apapun itu, katakan."

"Kalau saya menemukan anonim ini, tidak akan saya serahkan dia ke anda. Saya akan langsung menyerahkannya ke polisi." 

Gala tampak bingung. "Kenapa? Justru saya ingin orang ini bertanggung jawab langsung ke hadapan saya."

Bima tersenyum kecil. "Saya tau permainan perusahaan, karena saya juga pebisnis, Tuan Rodrigues. Anda tidak akan membiarkannya lepas begitu saja, kan?"

Gala terdiam, mendengarkan Bima.

"Saya akan mencari dia sampai ketemu tapi setelah dia bertanggung jawab, dia tetap akan jadi milik saya. Saya jamin, uang kalian akan kembali 50% seperti pada umumnya dan nama perusahaan kalian pun akan tetap aman. Tapi, kami tidak akan menyerahkannya begitu saja. Wolf Eagle tidak melenyapkan nyawa manusia. Begitulah Wolf Eagle bekerja," lanjutnya. 

Gala seperti terlihat kesal dengan lawan bicaranya kali ini. Rencananya tidak semulus yang ia harapkan. Tetapi tidak Bima tidak peduli. Jika tidak setuju, ia akan meninggalkannya sekarang juga. 

"Oke, oke. Baiklah." Jawab Gala. "Lakukan yang bisa kalian lakukan untuk ku. Pastikan nama perusahaan dan keluarga Rodrigues tetap aman."

Bima tersenyum puas. "Arthur yang akan mengurus dokumen perjanjiannya. Silahkan bicara dengannya, saya akan menunggu di luar."

Bima menepuk pundak Arthur, dan langsung meninggalkan restoran tersebut. 

"Bosmu itu, agak aneh ya," ucap Gala. 

Arthur hanya tersenyum. "Saya akan mengirim ke email anda tentang anggaran yang perlu kalian siapkan untuk ini semua. Kita akan membuat perjanjian di atas materai, hingga saat orang yang anda cari ini tertangkap. Tolong diperhatikan perjanjiannya dan jangan sampai melanggar."

"Hm, ya. Sudah selesai kan? Pengacara saya yang akan mengurus semuanya," jawab Gala dengan santai. 

"Kalau begitu saya permisi, Tuan Rodrigues."

Setelah membungkukan badannya, Arthur kemudian menyusul Bima yang sudah berada didalam mobil. 

"Kenapa lo terima tawaran ini?" tanya Arthur yang sudah masuk mobil sambil memasang seatbelt. 

"I don't know. Gue ngerasa kasus ini unik dan baru gue temuin." Bima tersenyum kecil.

"Unik apaan? Kita belum pernah nyari orang anonim, udah kayak ngejar dia yang belum pasti."

"Ck, coba lo bayangin orang yang bisa menutupi identitas nya secara anonim bertahun-tahun itu bukan orang yang sembarangan dan pasti udah ada di dunia gelap lama banget. Biasanya, orang di dunia gelap gak akan paham bisnis perusahaan, tapi kenapa bisa dia sampai masuk kedalam Widhibrata?" lanjut Bima. 

"Gak tau deh. Kayaknya kali ini kita benar-benar bakal olahraga ekstra, buat main kucing-kucingan sama si anonim ini," ucap Arthur. 

Bima tertawa. "Udah jalan, kita harus nyiapin pasukan buat nyelesain ini."

"Gue harus mampir ke minimarket di depan, mau beli minum."

"Alkohol?" tanya Bima. "Lo mau minum?"

Arthur terkekeh. "Dikit aja, lagi pusing banget ngurusin duit banyak."

"Cih. Ayo cepet, jangan buang-buang waktu."

Mobil yang dikendarai mereka berdua pun melaju dikecepatan normal, melintasi jalanan New York yang sangat ramai oleh orang-orang yang sibuk. Sampai dipersimpangan jalan lampu merah, tiba-tiba ada yang menarik perhatian Bima. 

Sekelompok polisi yang baru saja membekuk pria berpenampilan lusuh. Pencuri? Biasanya seperti itu. Kota New York tidak akan luput dari pencurian setiap harinya dan selalu ramai korban serta pelaku di kantor polisi. 

"Banyak kerjaan normal, kok malah pada milih yang beresiko," ucap Bima. 

Arthur langsung monoyor kepala Bima. "Apa bedanya sama lo, bodoh."

Bima hanya tertawa kecil. 

Ia memperhatikan ke depan dan melihat ada seorang wanita diantara polisi itu. Wanita dengan celana jeans hitam dan crewneck putih. Tampaknya ia seorang polisi juga? Ia terlihat seperti sedang mengobrol serius dengan seseorang berseragam polisi di sana. Atau mungkin dia adalah korban pencurian? Entahlah. 

Setelah lampu berubah menjadi hijau, Arthur langsung melajukan mobilnya kembali. Mobilnya melawati wanita itu. Dan detik itu juga, Bima merasakan debaran yang aneh saat melihat wanita itu tersenyum sangat manis. 

Apa-apaan? 

***

"Lo ... Lo polisi yang ada di jalan itu?!" tanya Bima. 

Ia tentu sangat mengingat wajah wanita itu. Senyumnya yang sempat membuat Bima berdebar beberapa saat, kini ia melihat wajah itu lagi. Apa yang ia lakukan disini? Apa benar ia seorang polisi? Apakah polisi sudah mengetahui semua tentang kasus anonim ini? 

Saat Bima lengah beberapa saat, wanita itu langsung memanfaatkannya dengan memukul wajah Bima. 

"Ah!!!" Umpat Bima. Ia tidak menyangka, wanita ini sungguh cekatan. 

Wanita itu langsung berusaha berdiri dengan kaki yang terseok-seok. Walaupun dirasa percuma, ia tetap berusaha kabur dari kejaran. 

Benar saja. Arthur dan tim A langsung datang ke hadapannya menodongkan pistol ke arahnya. 

"Ck, sial," ucap wanita itu. 

Bima kemudian menghampirinya. "Jawab gue, lo siapa dan ada urusan apa lo disini?"

Wanita itu langsung menatap Bima dengan sinis. "Bukan urusan lo."

"Lo polisi?" tanya Bima. 

Wanita itu kembali terdiam. Ia merasa kakinya semakin sakit dan membengkak hingga ia tidak sanggup lagi berdiri. Tubuh nya refleks terjatuh ke bawah.

Saat itu juga suara sirine polisi mulai terdengar. 

Bima langsung menatap Arthur seolah-olah memberi kode untuk membawa pergi wanita dihadapannya ini. Ia perlu mengetahui urusan apa yang ia lakukan disini.

Arthur pun mengangguk. 

Salah satu anggota nya memberikan alat kejut listrik kepada Arthur, dan Arthur langsung menempel kan nya pada leher wanita itu. 

"Akkkkhhhhh shit ...." Satu detik kemudian, wanita itu langsung pingsan. 

"Thur, bawa dia ke rumah. Sembuhin kakinya dulu, terus borgol aja. Kita perlu bicara banyak sama dia. Biar gue yang urus polisi," ucap Bima. 

Bima langsung bergegas kembali ke TKP untuk menjelaskannya kepada polisi. Tentu saja, polisi tau tentang identitas Bima dan Wolf Eagle. Bima hanya perlu menjelaskan sedikit tentang kasus yang sedang ia tangani. 

Bima memiliki banyak relasi di kepolisian dan Badan Intelegen. Sehingga sangat memudahkan ia dalam mencari seseorang yang menjadi target dalam kasusnya. Tak jarang juga pihak kepolisian mengandalkan Wolf Eagle untuk memecahkan sebuah kasus. 

Wolf Eagle adalah salah satu organisasi yang sangat berpengaruh di New York, bahkan Amerika Serikat. Dan semua ini berdiri berkat kecerdasan Arkana Bimantara. 

-bersambung-

Related chapters

  • The Perfect Stranger   3

    Gelap.Di mana ini?Mengapa aku tidak bisa melihat apa-apa? Tolong!!Tiba-tiba semua berubah menjadi terang benderang. Lalu muncul lah pemandangan yang sangat amat mengejutkan. Sebuah mobil sedan yang sudah hancur berantakan seperti telah mengalami kecelakaan. Sebagian badan mobil pun sudah mulai terbakar dan darah berceceran di mana-mana."Ayah? Bunda?!" panggil seorang gadis berumur 18 tahun yang mengenakan pakaian serba putih.Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya. Ia tak kuasa menahan tangisnya yang sangat ingin pecah melihat kedua orangtuanya yang terjepit di dalam mobil itu.Rasanya ingin sekali ia menghampiri kedua orangtuanya, tetapi kakinya terasa begitu berat dan tidak dapat berjalan. Ia hanya bisa menonton peristiwa yang akan menjadi kenangan buruknya sambil menangis.

    Last Updated : 2021-08-14
  • The Perfect Stranger   4

    Bab 4Cat berwarna hitam juga ornamen ornamen vintage mendominasi ruangan yang pencahayaannya remang-remang ini. Di dalamnya, duduklah seorang pria yang sedang mengisap rokoknya sambil menghadap tembok. Memperhatikan lukisan yang baru saja ia beli.Setelah mengetuk pintu, satu pria lain masuk ke dalam ruangan. Ia adalah asisten sekaligus tangan kanan dari pria yang masih duduk itu."Info penting apa?" tanya pria yang sedang duduk itu dengan santai."Polisi udah mulai nyari nyari kita," balasnya.Pria itu pun tersenyum meremehkan. "Jadi, Wolf Eagle datang atas perintah polisi?""Nope. Awalnya gue juga mikir begitu, tapi ternyata ada yang lain ...." Ia seperti menggantungkan kata katanya."What's wrong?""Wolf Eagle datang, atas perintah Widhibrata."Pria itu langsung membalikan badannya. "Widhibrata?" Ia tertawa terbahak-ba

    Last Updated : 2021-08-14
  • The Perfect Stranger   5

    Setelah Rayana keluar dari ruangan, Bima mempunyai kesempatan untuk bisa berbicara berdua dengan komandan Ares."Komandan, boleh kita bicara sebentar?" tanya Bima.Ares melihat jam yang berada dipergelangan tangannya. "Ehm, ya. Silahkan, saya ada rapat satu jam lagi. Ah, dunia ini semakin menggila, makin banyak orang-orang yang menganggap nyawa manusia tidak berarti lagi." Ares menggerutu akibat laporan yang masuk hari ini tentang pembunuhan semalam."Begini, berhubung sepertinya laporan pembunuhan itu sudah sampai ke pihak BIN mungkin kita bisa bekerja sama ...." Bima memulai pembicaraannya. "Saya pun sedang menangani kasus ini. Beberapa hari yang lalu direktur perusahaan Widhibrata melaporkan kasus penipuan yang dilakukan oleh anonim, ia meminta saya untuk mencari tahu tentang pelaku ini. Tepat saat saya menemukan petunjuk, saya datang ke lokasi petunjuk itu yang ternyata-- " Bima menghela nafasnya sebentar. "Terjadi pembunuhan

    Last Updated : 2021-08-14
  • The Perfect Stranger   6

    Malam ini adalah malam pertama Rayana berada di markas Wolf Eagle. Sebenarnya ia sangat sering tinggal jauh dari rumah karena pekerjaannya tetapi kali ini, ia seperti kurang nyaman dengan tempat tinggal barunya yang sangat asing. Ia merasa sendirian.Tok tok ....Seseorang mengetuk pintu kamar ditempati oleh Rayana. Ia pun langsung membukakan pintunya. Nara - ART yang bekerja di rumah ini."Nona Rayana, anda ditunggu untuk makan malam bersama oleh Tuan Bima," ucap Nara.Ia awalnya ingin menolak, tetapi sejak sampai di rumah ini ia belum berbicara lagi dengan Bima. Ia hanya berterimakasih dan langsung masuk ke dalam kamar. Bagaimanapun, saat ini Bima adalah partner kerja dan pemilik rumah ini. Ia tidak bisa seenaknya.Rayana mengangguk kemudian mengikuti Nara berjalan ke meja makan. Di sana sudah ada Bima dan pria yang membuatnya pingsan kemarin.

    Last Updated : 2021-08-20
  • The Perfect Stranger   7

    01.24 tengah malam. Jalanan kota Los Angeles sudah terbilang cukup lengang walaupun masih ada beberapa kendaraan yang melintas. Di pinggir sepanjang trotoar terdapat beberapa pengemis jalanan yang sudah tertidur di sana. Para penghuni jalanan yang tidak memiliki keluarga dan tempat tinggal, mereka terpaksa tidur di atas dingin nya badan jalan dengan sealas koran.Tampak seorang pria berjalan santai sambil memperhatikan beberapa orang yang sudah terlelap di sana. Beberapa yang ia lalui adalah seorang laki-laki yang terlihat sudah tua. Sekitar satu meter ia berjalan, langkah kakinya terhenti dan ia mengeluarkan senyum senang dibalik masker hitamnya.Pria itu menghampiri seorang gadis malang yang tidur seorang diri dengan pakaian lusuh dan tanpa alas kaki. Ia lalu menyentuh lengan sang gadis dan membangunkannya dengan pelan."Halo, Cantik?"Gadis itu pun terbangun dan langsung memposisikan tubuh nya menjadi duduk. "Ya, ada apa

    Last Updated : 2021-09-01
  • The Perfect Stranger   8

    To : RayaGue udah di depan kantor lo, nih.Hari ini, Gio datang lebih awal karena ia sangat bersemangat untuk bertemu dengan teman se-perclub-annya yang super sibuk itu. Rayana hanya berlatih bela diri sebanyak 3x dalam sebulan karena sangat sibuk dengan pekerjaannya, itu membuat Gio kecewa karena ia menjadi sangat jarang bertemu Rayana.Setelah beberapa menit Gio menunggu, ia melihat Rayana yang berjalan menuju mobilnya lalu masuk dan duduk disebelahnya."Halo, miss rempong yang super sibuk....!!!" sambut Gio dengan penuh candaan. "Ray, kok lo gemukan sih? Biasanya orang stres itu kurus lo malah--"Belum sempat Gio melanjutkan omongannya ia sudah mendapat pelototan dari Rayana. "Malah apa?!" tanyanya dengan nada tinggi.Gio hanya cengengesan. "Malah makin cantik!!" Kini ia malah menggoda Rayana.Rayana menghela napasnya, tidak l

    Last Updated : 2021-09-02
  • The Perfect Stranger   9

    Setelah sampai di rumah Bima, Rayana langsung berjalan masuk dan mencari di mana Bima. Ia sempat kesulitan terlebih kerena belum terbiasa dengan rumah ini terlebih lagi, rumah ini sangat besar.Rayana kemudian bertanya pada salah satu anggotanya yang sedang berjaga dan berkata bahwa Bima sedang berada di meja makan. Ia pun langsung menghampiri.Bima menatap Rayana saat mereka melihat Rayana datang."Baru pulang?" tanya Bima yang dibalas anggukan dengan Rayana."Kita punya petunjuk," ucap Bima tanpa basa basi."Yang benar?" tanya Rayana, ia kemudian ikut duduk di sana. Ia kemudian menuangkan segelas air dan meminumnya.Bima mengangguk. Ia kemudian menjelaskan secara rinci tentang rencana yang akan mereka laksanakan nanti malam untuk mencari bukti."Masuk akal," gumam Rayana. Ia pun berkata di dalam hati bahwa dugaannya adalah benar. Korban itu

    Last Updated : 2021-09-03
  • The Perfect Stranger   10

    Arthur duduk di kursi penumpang bagian depan, sambil memainkan ponselnya. Ia sedang sedang mencari tahu, club malam di beberapa daerah yang dominan dengan pengunjung orang-orang menengah keatas. Jaga-jaga jika orang itu tidak ada di dalam club yang akan ia datangi.Tiba-tiba sekumpulan motor seperti mendekat ke arah mobilnya, dan mengepung disisi kanan dan kiri."Thur...," ucap salah satu anggotanya yang menyetir. Arthur kemudian baru menyadari dan langsung terkejut."Sial, ada urusan apa mereka kayak gini?"Baru beberapa detik, tiba-tiba salah satu orang yang berada dimotor bagian kanan, menembak ke kaca mobinya membuat mereka terkejut. Sayangnya, kaca mobil mereka anti peluru, sehingga tembakan itu tidak berarti baginya."Thur, kita harus ngalihin perhatian mereka jangan sampe dia ngejar mobil Bima, mobilnya gak pasang kac

    Last Updated : 2021-09-04

Latest chapter

  • The Perfect Stranger   20

    Hari ini, Bima bangun lebih awal lagi. Selama semalaman ia sangat sulit untuk memejamkan matanya. Kepalanya sakit karena banyak pikiran sehingga ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.Ia kemudian menuju dapur untuk meminta dibuatkan teh hangat oleh Nara. Tetapi, saat ia sampai di sana, yang pertama kali ia lihat adalah Rayana dengan kaus putih yang sedikit kebesaran dan celana leging hitam, serta rambutnya yang dijepit ke atas sehingga menampakkan leher putihnya.Awalnya Bima hanya terdiam saja menatap Rayana yang seperti sedang menyiapkan sesuatu di sana, tetapi kemudian lamunannya buyar ketika Rayana menoleh ke arahnya.Rayana pun sedikit terkejut melihat Bima yang berdiri di belakangnya. "Lho, Bim? Lo udah bangun?" tanyanya."Nara mana?" balas Bima yang mengalihkan perhatian."Dia harus ke supermarket buat beli bahan makanan yang abis, lo mau minum ses

  • The Perfect Stranger   19

    Rayana tidak pernah menyangka akan terjadi hal-hal yang sebelumnya sama sekali tidak ia duga. Ia belum siap jika menceritakan kepada Gio tentang pekerjaannya bersama Bima, tetapi hari ini mungkin akan jadi awal untuk Rayana menceritakan tentang hidupnya kepada Gio."Lo mau pulang, Ray? Biar gue anter pulang," ucap Gio yang membuat Rayana menjadi bingung dan tidak enak hati. Ia tidak tega jika meninggalkan Gio dalam keadaan seperti ini, tetapi ada tugas yang harus Rayana jalankan bersama Bima juga. Lagi pula ia tidak bisa pulang ke rumahnya sekarang karena saat ini ia sudah tinggal bersama Bima."Raya pergi sama gue, dan pulang juga harus sama gue. Itu lebih sopan," sergah Bima langsung yang membuat Gio dan Rayana menoleh kompak ke arahnya. Tetapi, kemudian tatapan Gio kembali kepada Rayana seolah meminta Rayana untuk memilih pulang dengan siapa.Rayana kemudian menghela napasnya dan menatap Gio. "Iy

  • The Perfect Stranger   18

    Arthur dan Bima kemudian berjalan menuju pria paruh baya yang sedang duduk dengan seorang wanita di sana. Saat keduanya sudah dekat dengan pria itu, Bima sempat melirik ke arah bodyguard pria itu yang juga sedang melirik ke arah Bima, tetapi tidak Bima pedulikan."Permisi...," ucap Arthur dengan hati-hati. Pria paruh baya yang sedang tertawa bersama wanitanya itu lantas menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Arthur.Arthur kemudian tersenyum simpul. "Maaf jika saya mengganggu Tuan, boleh saya minta waktunya sebentar?""Siapa kalian?" balas pria itu dengan sedikit ketus."Kami dari organisasi intelegen Wolf Eagle, saya Bima, pemimpin organisasi ini," selak Bima dengan tegas dan tanpa basa basi. Pria itu terlihat sedikit terkejut, karena ia tentu mengetahui siapa Wolf Eagle."Ada urusan apa? Saya nggak pernah terlibat sama kalian.""Iya, tapi boleh kita minta waktu Tuan sebentar? Ada beberapa pertan

  • The Perfect Stranger   17

    "Ko udah gitu aja nanyanya?" tanya Arthur ketika mereka bertiga sudah masuk ke dalam mobil. Bima kemudian memasang seatbeltnya. "Si Gala ini kayak nyembunyiin sesuatu deh, ngerasa nggak?" tanyanya. "Tentang apa?" "Gue tau pasti Widhibrata banyak musuh, tapi harusnya dia ngasih tahu ke kita pihak-pihak yang dia curigai. Toh kita juga nggak akan langsung nuduh mereka kan? Kita telusuri dulu," tutur Bima dengan jelas. "Jadi intinya? Aduh sorry deh, gue lagi bego nih," lanjut Arthur. Bima kemudian terkekeh. "Itu sih emang lo bego beneran. Intinya mungkin ada salah satu musuh perusahaan mereka yang kita gak boleh tahu." Arthur terdiam, mereka semua sama-sama terdiam. "Kalian tahu masa lalunya perusahaan Widhibrata?" Rayana tiba-tiba menimpali membuat Arthur dan Bima menoleh ke belakang. "Mak

  • The Perfect Stranger   16

    Bima sedang menatap kosong ke arah luar jendela kamarnya, memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam waktu dekat ini, juga mencari hubungan dari segala rentetan kejadian beberapa hari ini.Bagaimana pihak anonim itu selalu bisa menembus keamanan Widhibrata yang sangat ketat? Jika orang itu hanyalah orang biasa maka akan sulit baginya untuk masuk ke situ. Atau mungkin benar yang dikatakan pemotor itu, jika pelaku yang ada dibalik semua ini adalah orang terdekat dari kita semua? Atau mungkin orang terdekat dari pihak keluarga Widhibrata?Semua pikiran itu berkecamuk di dalam pikiran Bima. Ia telah meminta semua pasukan untuk meningkatkan keamanan di rumahnya untuk berjaga-jaga akan serangan teror yang datang secara mendadak.Tiba-tiba pikirannya beralih kepada wanita yang tinggal bersamanya sekarang. Bima langsung melihat plester luka yang Rayana berikan siang tadi sebelum ia masuk ke dalam kamarnya. Bima langsung tersenyum

  • The Perfect Stranger   15

    Perjalanan menuju kantor Widhibrata memang memakan waktu cukup lama, karena jarak antara markas dan kantor memang jauh. Selama diperjalanan Bima banyak mengkhawatirkan sesuatu terutama Rayana yang mungkin masih dalam perjalanan pulang. Ia sangat berharap sekali Rayana akan pulang dengan selamat karena tidak ada yang tahu kapan anonim ini akan bergerak.Sesampainya di sana, sudah ramai orang-orang yang berkumpul di luar gedung termasuk banyak polisi di sana. Bima langsung mencoba melewati kerumunan orang-orang itu karena melihat kepala polisi yang ia kenal berada di depan."Halo, Pak," sapa Bima.Kepala Polisi itu pun langsung menoleh. "Eh, kamu--?" Ia menggantungkan kata-katanya karena sedikit lupa dengan Bima."Saya Arkana Bimantara, pemilik organisasi Wolf Eagle," sergah Bima langsung."Ah, iya maaf saya lupa. Kamu tahu tentang peristiwa bom meledak

  • The Perfect Stranger   14

    Pagi-pagi sekali, Bima sudah ke luar dari kamarnya dan berpakaian rapih. Ia kemudian menuju dapur dan meminta Nara untuk membuatkan sarapan untuknya dan Arthur."Buatin sereal aja, Nar, biar cepat," pinta Bima."Baiklah, Tuan, saya buatkan dahulu," ucap Nara yang yang sedikit terkejut melihat majikannya bangun sepagi ini.Bima hanya duduk dan memainkan ponselnya sambil menunggu sarapannya tiba. Tak lama kemudian, Arthur pun datang dengan pakaian yang rapi juga.Bima sudah membuat janji dengan Arthur menuju markas kedua Wolf Eagle untuk menginterogasi pemotor yang dibawa Arthur kemarin."Senjata yang lo pesen waktu itu, udah masuk ruangan," ucap Arthur."Oh, bagus deh. Ngomong-ngomong di sana ada siapa aja, Thur?" tanya Bima."Kayak biasa aja, ada beberapa yang berjaga ."Bima mengangguk. Nara kemudian datang dengan dua mangkuk sereal dan beberapa potong roti cokelat.

  • The Perfect Stranger   13

    Rayana terbangun saat matahari pagi mulai masuk melewati jendela dan menyorot ke arahnya. Ia tersadar bahwa ia tidak mengganti pakaiannya semalam, sehingga menjadi sedikit tidak nyaman.Tubuhnya sudah sangat membaik daripada semalam, ia lalu mandi dan membersihkan badannya. Walaupun Rayana belum tahu apa kegiatannya hari ini, ia tetap berpakaian rapi namun tetap santai.Semenjak tinggal di sini, kegiatan Rayana menjadi tidak teratur dan bekerja secara mendadak. Namun, Rayana tetap menikmatinya.Rayana lalu keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk sekedar membantu Nara di sana."Selamat pagi, Nona," sapa Nara setelah melihat Rayana.Rayana pun membalasnya dengan senyuman. "Pagi. Hari ini kamu buat sarapan apa?""Tuan Bima ingin makan sereal tadi, jadi saya buatkan sereal. Nona ingin sereal juga atau yang lain? Biar saya buatkan," ucap Nara dengan sopan."Bima udah sarapan?" tanya Ray

  • The Perfect Stranger   12

    Bima hanya fokus pada jalanan agar bisa cepat kembali ke rumahnya. Ia sangat khawatir melihat kondisi Rayana yang tiba-tiba kesakitan, bahkan ia tidak mengerti mengapa napas Rayana menjadi tidak beraturan seperti ini.Tetapi, beberapa menit kemudian tidak terdengar lagi suara Rayana yang meringis kesakitan. Bima menoleh berkala melihat kondisi Rayana sambil fokus pada jalanan."Hei, Ray, baik-baik aja kan?" Bima mengguncang lengan Rayana."Ray? Raya?!"Tidak ada jawaban."Ray, lo kenapa sih, please jangan nakutin." Bima mulai panik karena sepertinya Rayana pingsan. Ia langsung menaikan kecepatannya mobilnya menjadi lebih tinggi.Sesampainya di rumah, Arthur sudah menunggu di depan."Thur, tolong bantu gue bawa Rayana ke dalam," ucap Bima yang baru saja keluar dari mobil. Arthur hanya mengangguk dan langsung membantu Bima menu

DMCA.com Protection Status