Pov. Author
Cath sedang memarkir mobil mewah milik Ganesa di halaman depan kantor kepolisian. Sebagain aparat dan staff kepolisian memandang mobil itu dengan penasaran, berbada dengan Cath yang justru merasa canggung ditatap seperti itu walaupun saat ini dirinya belum turun dari dalam mobil itu.
"Astaga apa yang mereka lakukan sebenarnya? Apa mereka baru melihat mobil seperti ini?" Gerutu Cath sambil memandang sekelilingnya dari dalam mobil. "Kalau begini caranya bagaimana aku bisa keluar? Sial!"
Sementara Ganesa yang serang berolahraga di tempat fitnes nya tertawa saat mendengar Cath yang terus menggerutu di telinganya. Tawanya yang sukup ker
Hari ini Ganesa menemui Leo untuk menghadiri rapat pemegang saham milik mereka di perusahaan milik Fano. Ganesa memang tidak memiliki perusahaan seperti mereka yang bergerak dibidang jasa atau pemerintahan, namun ia memiliki saham besar di perusahaan mereka dengan jumlah yang sangat besar. Dengan langkah santai ia memasuki lobby utama perusahaan Leo, pagi ini tidak seperti biasanya hari ini Ganesa terlihat sering menyapa beberapa karyawan yang ia temui. Bahkan ia juga terlibat obrolan saat di dalam lift, membuat sebagian pegawai wanita di sana mulai membicarakan nya. Setibanya di ruangan Leo keadaan sepi, ruangan itu masih kosong membuat Ganesa mendengus pelan, sedikit bingung bagaimana perusahaan ini bisa semaju sekarang saat Leo masih saja bersikap masa bodoh seperti sekarang. “Di mana kau? Kantor mu masih
Ganesa memaksa Cath untuk ikut dengan nya. Pria itu bahkan berani menggenggam tangan Cath tanpa meminta izin terlebih dahulu. Cath yang merasa percuma untuk memberontak memilih diam, melihat berapa banyak bodyguard yang mengikuti mereka secara diam-diam."Mau kemana kau membawaku? Ini bisa menjadi kasus penculikan," ucap Cath sambil berusaha melepas genggaman tangan Ganesa.“Cath tenanglah, aku tidak mungkin menyakitimu apa kau lupa kita akan segera menikah” ucap Ganesa dengan senyum yang menghiasi bibirnya.“Kau lucu sekali, lepaskan aku sekarang dan ingat satu hal tuan Ganesa, aku tidak akan menyetujui kontrak itu tanda tangan itu ada karena penipuan, kau menipuku!” omel Cath dengan menggebu-gebu. Sopir yang membawa mob
"apa? Kau bilang apa barusan?" Tanya Fano dengan menarik kerah baju Ganesa.Fano menatap Ganesa dengan wajah datar, pria arogan itu masih tidak mempercayai apa yang baru saja diucapkan Ganesa. Ia merasa ini hanya sebuah permainan yang mungkin akan membuat Kissela marah dengannya."Aku serius, mana mungkin sebuah pernikahan menjadi bercandaan?" Balas Ganesa dengan santai seperti biasanya."Kau memanfaatkannya untuk kepentinganmu, jujurlah dan batalkan niat busukmu itu" tekan Fano dengan nada mengancam."Tidak bisa, aku harus memilikinya""Bajinagan kau Ganesa! Apa mau mu hah? Kau tahu Kissela bisa saja menghabisiku karena ulahmu ini" seru Fano yang terlihat semakin emosi pada sahabatnya itu."Semua akan baik-baik saja karena aku bukan kau"Dengan menghentak lengan Fano terlepas dari kerahnya Ganesa berjalan mengambil segelas kopi yang sudah di siapkan. Fano yang melihat itu merasa geram dan frustasi. Tak lama Leo dan Al datang de
Ganesa kembali kerumahnya dengan diiringi dering ponsel yang sejak tadi tak dia angkat. Fano dan Al beekali-kali menghubunginya, Ganesa malas untuk membahas kejadian di kantor kepolisian. Ia memilih diam dan pulang u tuk menemui ibunya."Ganesa, Apa yang terjadi? Apa kau diserang lagi?" Tanya ibunya saat melihatnya masuk."Bukan bu, aku hanya berkelahi dengan seseorang untuk mendapatkan calon istriku" balas Ganesa dengan nada candaan."Kau mulai melantur, cepat pergi obati lukamu" suruh ibunya yang merasa Ganesa setengah mabuk."Lamarkan Cath untuk ku, lusa kami akan menikah" mendengar keseriusan Ganesa ibunya hanya mampu menahan haru."Kau serius, Nak?" Tanya ibunya memastikan putranya sedang tidak mabuk."Iya oleh karena itu lamar dia untukku, karena aku tidak bisa melakukannya sendiri" jelas Ganesa tanpa menyebutkan alasan sebenarnya.***Di dalam sebuah kamar Leo masih terduduk di ujung tempat tidurnya. Jas dan
Part 1Pintu ruangan yang terbuat dari kayu pilihan itu terbanting cukup keras. Semua penjaga di rumah mewah berlapis perak itu langsung mengelilingi tamu yang datang tanpa hormat tersebut. Mereka mengarahkan pistol ke arah Al. Lalu Reidan—pemilik rumah itu juga keluar dengan gagahnya. Ia menatap putranya yang menampakkan wajah tidak bersahabat. Al yang sudah lama tidak mengunjungi ayahnya, kini datang dengan napas tersengal-sengal. Reidan menganggukkan kepalanya dengan wajah tegas. Ia mengisyaratkan agar para penjaganya itu menjauh dari Al. Sementara itu Al langsung menghampiri ayahnya."Aku tidak mau dijodohkan!"Reidan mengernyit, lalu sebelah tangannya merangkul bahu putranya tersebut. "Mari bicarakan di ruangan Ayah."Al langsung menepis tangan ayahnya. "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Cukup batalkan perjodohanku dengan wanita itu.""Tapi dia wanita yang baik. Ayah yakin kau bisa bahagia dengannya," kata Reidan."Jika dia wanita
Tepat 2 hari setelah Al mengunjungi rumah ayahnya. Kini ia kembali diperintahkan untuk ke sana lagi dengan tujuan bertemu wanita bernama Camelia tersebut. Awalnya Al sedikit keberatan karena ia memiliki kesibukan lain. Namun berkat tekanan yang untuk kesekian kalinya diberikan oleh ayahnya, mau tidak mau ia sudah harus berada di Arab sejak pagi hari.Kondisi rumahnya masih sama seperti biasa, selalu dikelilingi penjagaan yang ketat. Bahkan sepertinya semut yang lewat pun selalu diawasi perjalanannya. Jika berani memasuki ruangan Reidan, semut itu pasti langsung ditembak mati."Kau sudah sampai, Al?"Al langsung menoleh, nampak sosok Reidan dan Zebedia—ibunya. Mereka menghampiri Al dengan wajah bahagianya. Al hanya bisa tersenyum tipis. Ia yakin ibunya itu tidak tahu kalau perjodohan ini di dasarkan oleh tekanan ayahnya."Aku baru sampai beberapa menit yang lalu," jawab Al."Mari ke ruang utama. Camelia sudah menunggu di sana," kata Zebedia.
Cath dan Leo bersembunyi berusaha melarikan diri tanpa di ketahui. Namun gagal pada akhirnya keduanya terlibat baku hantam dengan mereka. Suara ledakan pistol juga terdengar berkali-kali hingga terdengar sirine mobil polisi terdengar.Terlihat Leo yang memegangi lengannya yang mengeluarkan darah. Cath sudah tidak terlihat di pandangannya membuat Leo harus keluar dari persembunyiannya dan melihat jika Cath tertangkap oleh beberapa orang dan membawanya pergi dengan menggunakan mobil.Leo yang melihat itu berusaha mengejar, namun apalah daya mobil itu melaju dan menghilang dari pandangannya yang mulai mengabur. Darah semakin banyak di lengannya ringisan beberapa kali terdengar dari mulutnya yang terkatup rapat."Sial! Siapa mereka bajingan!" Dengan terburu-buru Leo menghubungi Ganesa untuk meminta bantuan."Ada apa kau menghubungiku?" Tanya Ganesa dengan nada yang terdengar malas."Bangun dari tidurmu, Cath mendapat serangan dan sekarang dia disandra"
Part 3Al menoyor kepala Ganesa, ia benar-benar kesal karena temannya itu sudah sembarangan menggunakan ponselnya. Untuk pertama kalinya ia merasa kesal hanya karena masalah sepele. Ganesa berulang kali memohon ampun pada Al yang terus menoyor kepalanya."Aku kan sudah minta maaf!" kata Ganesa.Al memicingkan kedua matanya, ia menatap Ganesa dengan sorot yang tajam. "Minta maaf tidak bisa membuat pesan itu ditarik kembali!""Tapi ini belum 5 menit," kata Fano. Ia menyambar ponsel Al dan menghapus pesan tersebut. "Selesai.""Benar bisa dihapus?" tanya Al.Fano mengangguk cepat, tangannya terulur memberikan ponsel itu pada pemiliknya. Ia melirik arloji yang melingkar di tangannya. Rupanya sudah hampir tengah malam. Ia menarik kerah baju Ganesa lalu memaksanya untuk bangun. Tapi nampak Ganesa enggan beranjak dari tempatnya. Ia bahkan tidak peduli dengan tatapan mematikan dari Al yang seakan sudah siap memangsanya."Ini benar sudah dihapu