Selena terus berlari menuju mobil yang ada di dalam garasi. Di belakangnya Rain berlari mengejarnya dengan cepat.
“Ayo, Rain! Kita harus mengejar ayah!” seru Selena.
“Selena, tunggu!” panggil Rain menarik tangan gadis itu, hingga Selena harus memutar badannya.
“Apalagi? Kita tidak punya banyak waktu,” geram Selena berusaha berontak dari cengkeraman tangan kekasihnya.
“Iya. Tahu. Tapi, apa kamu ingin pergi dengan handuk itu?”
“Handuk?” ulang Selena.
Rain memberikan kode dengan matanya. Barulah Selena ingat bahwa rambutnya masih terlilit handuk kecil. “Oh, sial!” umpat Selena melepaskan handuk itu kemudian melem
Arion langsung terbahak-bahak saat melihat lima vampir muda yang berhadapan dengannya. Baginya, mereka semua bukanlah tandingannya. Sementara itu John yang terkejut dengan serangan tiba-tiba dari Arion, kembali bangkit dan berdiri tegap.John berjalan dengan santai mendekati Arion yang begitu angkuh menatap dirinya. Masih dengan keadaan yang tenang dan tak ingin gegabah, John berniat ingin mengajak bicara secara baik-baik pada adiknya.“Aku tahu masa lalu kita terlalu buruk dan takkan mungkin kamu bisa melupakan apalagi memaafkanku,” kata John dengan suara khasnya yang begitu bijaksana.Arion langsung berdecih dan tersenyum sinis. “Lalu apa? Kamu ingin menjelaskan padaku tentang tujuanmu yang ingin membunuhku waktu itu?” tanya dia dengan dagu terangkat.“Dengarkan aku … aku memiliki tujuan untuk melakukan itu.”“Tujuan apa? Kalau kau benar-benar ingin melenyapkanku?!” teriak Arion yang lebih mu
John ikut menepikan mobilnya ketika sadar mobil anak-anak mereka berhenti tepat di depannya. Dengan kepala berisi pertanyaan, ia memilih untuk turun dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Sementara itu semua anaknya sudah turun dan berdiri bersisian menghadap Danna.Wanita yang sudah merusak keharmonisan keluarganya itu tampak memprihatinkan. Wajahnya pucat dengan lingkar mata yang menghitam. Tidak terlihat lagi kecantikan di wajah itu, sebaliknya tampak mengenaskan. Tubuhnya ditutupi selimut hitam yang tergantung di bahu hingga menutupi hingga ke kaki. Sementara rambutnya tergerai dan acak-acakan seperti tak pernah bersisir selama beberapa minggu. Dia lebih tepat mirip seperti gelandangan.“Ada apa?” tanya John yang berjalan di belakang anak-anaknya. Lelaki itu belum tahu siapa yang sedang dilihat lima remaja itu.Mendengar suara John, mata Danna langsung mencari-cari sumber suara. Tangannya meraba-raba angin dengan bibir gemetar.&ldquo
“Danna, apa yang membuatmu menjadi seperti ini?” tanya John setelah duduk nyaman di sebuah kursi ruang tamu rumah wanita itu.Rasanya sangat lama dia tidak masuk ke dalam rumah ini. Semua perabotan yang ada di dalam rumah ini menjadi saksi bisu percintaan mereka berdua. Sebagaimana di setiap sudutnya John dan Danna selalu melakukan hal intim satu sama lain. Dan sekarang tempat itu terasa sangat dingin, sepi dan menyedihkan.“Mungkin ini karma atas perlakuanku pada kalian semua,” jawab Danna dengan lirih sambil menundukkan kepala.Danna duduk berseberangan dengan John yang belum memutus pandangannya dari wajah wanita itu. Karena dirinya yang buta, ia tak bsia melihat bagaimana John menatapnya dengan penuh kesedihan.“Sepertinya aku tahu siapa yang melakukan ini padamu,” ujar John lalu memegang tangan Danna.Sesuatu yang aneh dirasakan John ketika dia tidak bisa menyerap energi wanita itu lagi. Bahkan dia tidak mer
“Aku sudah melakukan sesuai apa yang kamu perintahkan,” kata Danna lalu membalikkan badan menghadap Arion. “Mana imbalanku?” lanjutnya sambil menjulurkan tangannya.Arion tersenyum sinis menatap Danna yang begitu jahat dan tak berperasaan. Satu alisnya terangkat dengan senyum miring. “Kamu benar-benar tidak mencintainya?” tanya dia dengan nada rendah.“Kamu bisa lihat buktinya ‘kan? Aku bisa membunuhnya. Apakah artinya aku mencintai dia?” Danna membalikkan pertanyaan.Arion menganggukkan kepala. Ia lalu mengeluarkan sebatang emas murni dari balik mantelnya kemudian mengulurkan pada Danna.Mata perempuan itu langsung berbinar-binar melihat cahaya berkilauan dari emas batangan itu. Tak sabar ia ingin meraih benda yang bisa membuat hidupnya sejahtera itu. Namun, baru saja dia ingin mengambil emas itu, Arion kembali menarik tangannya.“Tunggu,” katanya lalu menyembunyikan emas di balik p
Kediaman keluarga Walter.Henry duduk di teras seperti sebelumnya, ia menatap langit yang mulai memunculkan semburat warna indah dan burung-burung terdengar berkicauan saling bersahutan. Ia sudah menunggu pagi yang terasa sangat lama. Tak sabar ingin kembali ke rumah sakit untuk bertemu dengan Syilea meski gadis itu melupakannya.“Akhirnya sudah pagi,” lirihnya tersenyum lalu melirik jam tangan. “Aku harus siap-siap sekarang,” ujarnya lagi.Henry berdiri dan melangkah masuk menuju ke dalam rumah. Akan tetapi seketika langkahnya berhenti tatkala penglihatannya menampakkan sesuatu yang mengejutkannya.John yang tergeletak tak berdaya dengan penuh darah berwarna hitam di lantai dan sekujur tubuhnya. Di dekatnya ada seorang perempuan yang masih bernapas dengan jantung yang berdetak lemah. Penglihatan itu langsung hilang dan membuatnya tercengang.“Ayah,” bisiknya kemudian langsung berlari menuju kamar Matt.Di
Musik jazz klasik terdengar di kamar mewah. Sebotol darah segar tengah dipegang Arion. Matanya terpejam dan menari-nari begitu bahagia. Hari ini seolah menjadi hari terbahagia untuknya. Ia bisa membunuh John dan melenyapkan perempuan menyebalkan itu.“Akhirnya aku bisa membalas semua dendamku. Bagaimana rasanya ketika mati di tangan orang yang dicintai? Hahahaha.” Arion terus bermonolog dan berdansa dengan angin.Hati dan kehidupannya yang tengah diliputi kegelapan sekarang menjadi semakin menjadi-jadi, dia merasa kalau sudah saatnya dia menguasai Breavork dan sekitarnya.“Hmm ….” Arion menghentikan dansanya lalu melihat ke luar jendela. Sementara itu musik dari piringan hitam masih berputar dan mengeluarkan suara hingga memenuhi ruangan.Ia berhenti dan berpikir sejenak, kemudian berbicara sendiri lagi. “Sepertinya aku harus menghabisi anaknya satu persatu. Di mulai dari yang paling lemah kemudian yang terkuat paling
Selena berjalan bersisian dengan Henry. Mereka akan ke rumah sakit seperti rencana sebelumnya, ingin memastikan apakah Syilea benar-benar lupa tentang vampir atau hanya lupa pada Henry dan kejadian Arion yang menyerangnya.Musim panas di kota Breavork tidak seperti di kota-kota lainnya. Walaupun penyebutannya adalah musim panas, tetap saja matahari malas untuk menunjukkan dirinya. Meski tidak ada hujan, tapi tidak ada juga cahaya matahari yang menyengat kulit.Selena menatap matahari yang bersembunyi di balik awan. Ia merasa kalau pilihan ayah mereka membawa ke kota ini bukan semata-mata karena Danna, tetapi karena tempat ini cocok untuk mereka. Lagipula di Breavork lah dia bisa bertemu dengan Rain, sementara Henry bisa kenal dengan Syilea.“Banyak kejadian yang tak terduga setelah kita berada di kota ini,” ucap Selena dengan suara pelan.“Ya,” jawab Henry singkat.“Aku bertemu Rain … kamu bertemu Syilea &hellip
Selena berjalan masuk terlebih dahulu untuk mendekati Syilea yang menyambutnya dengan senyum khas cerianya. Sama sekali tak ada yang berubah darinya, sedikit pun tidak ada.“Kupikir aku tidak bisa bertemu denganmu lagi, Elle.” Syilea mengatakan hal menyedihkan itu setelah Selena duduk di tepi tempat tidurnya.“Kamu bicara apa? Sekarang saja kamu terlihat sangat baik dan sehat,” kata Selena yang terus memindai wajah Syilea.“Hm … aku bahkan tidak ingat sama sekali apa sebenarnya yang telah terjadi. Orang tuaku mengatakan bahwa aku jatuh pingsan di pinggir jalan karena diserang oleh hewan buas,” lirih Syilea seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu.“Kenapa kamu bisa ada di sana, Lea?” tanya Selena hati-hati, berusaha memancing ingatan gadis itu.Akan tetapi, Syilea hanya menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu … aku tidak mengerti,” kata Syilea. “Aku hanya ingat kalau ak
Setelah musim panas berakhir, maka masuklah musim paling syahdu yaitu musim gugur. Sisa hawa panas memang masih ada, namun angin pun sudah mulai berembus. Selena memakai kaos tipis yang dilapisi dengan mantel panjang berwarna merah favoritnya, Ia tampak begitu sangat cantik malam ini. Terlebih jeans panjang dengan sepatu ankle boot hitam membuatnya menjadi tampak sempurna.Sama seperti Selena, Bianca dan Erika pun juga memakai outfit yang sama meski beda warna dan hiasan baju lainnya. Mereka semua sudah siap untuk pergi ke festival musim gugur bersama dengan pasangan masing-masing.“Aku tidak memiliki pasangan. Lalu, nanti sama siapa setelah di sana?” tanya Erika kebingungan.“Jangan cemas. Kamu bisa bersamaku, Bianca atau Syilea.” Selena mencoba menenangkan Erika.“Aku tidak ingin mengganggu kesenangan kalian,” tolak Erika dengan segan.“Ah, begini saja … bagaimana kalau kita tidak usah berpencar? K
Syilea sangat terkejut dengan serangan ciuman dari Henry. Pupil matanya membulat sempurna tatkala sebuah memori ingatan melemparkannya ke suatu tempat yang aneh. Di mana ia melihat dirinya dan Henry yang sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, pernyataan cinta dari Henry, hadiah bunga dan jalan-jalan malam di festival hingga akhirnya ia melihat seorang vampir yang berdiri di hadapannya dengan seringai menyeramkan beserta taring tajam.Jantung Syilea berdentam dengan sangat cepat ketika dia potongan memori ingatannya kembali seperti puzzle yang mulai tersusun hingga membentuk gambar sempurna.Satu detik … Dua detik … Tiga detik … Empat detik … Lima detik.Seketika pandangan Syilea menjadi samar bersamaan dengan Henry yang menarik mundur wajahnya. Dengan tatapan sayu, Syilea menatap Henry yang dikenalnya sebagai kekasihnya, bukan orang asing lagi.“Henry,” bisik Syilea dengan lirih.“Apa kamu sudah ingat
Keesokan harinya, Selena sudah bersiap menuju sekolah dijemput Rain seperti biasa. Seperti yang dikatakan Arion tadi malam, mulai hari ini dia tidak akan muncul lagi di hadapannya. Perpisahan tadi malam sudah cukup menguras emosinya hingga membuat Selena merasakan seperti ada duri tertancap di hatinya.“Kenapa aku merasa tidak rela untuk kehilangannya?” gumam Selena sambil berjalan menuju anak tangga.“Elle … berangkat dengan Rain?” tanya Bianca yang tiba-tiba saja berjalan di sisinya.“Ya.” Selena menjawab singkat.“Ada apa denganmu? Wajahmu terlihat linglung,” heran adiknya.“Bia … apa kamu tahu kalau Arion pergi?” tanya Selena akhirnya pada Bianca.“Iya, tau. Ayah sudah menceritakan pada kami semua tadi malam saat kamu dan dia pergi jalan-jalan,” jawab Bianca.“Kenapa kamu tidak sedih?”“Buat apa? Dia kan hanya pergi untuk
Masih di bar khusus para vampir. Selena tidak meminum apapun, ia hanya melihat Arion yang sudah menghabiskan empat gelas kecil berisi darah manusia.“Sepertinya kamu sudah terlalu lama menahan ini semua,” sindir Selena pada Arion yang meletakkan gelas terakhir di atas meja.“Maafkan aku. Tidak mudah untuk membuang kebiasaan,” jawab Arion yang memberi kode pada bartender untuk mengisi gelasnya lagi.“Setidaknya sekarang kamu sudah bersahabat dengan kata maaf,” jawab Selena tersenyum. “Setelah ini, kamu ingin membawaku kemana lagi?”“Pantai,” jawab Arion.Selena mengernyit dan bingung. “Pantai?” ulangnya.“Bukankan kamu sangat suka melihat laut?” tanya Arion.Selena mengangguk. Ia tak membantah tebakan Arion. “Ya. Aku suka.”“Laut akan terlihat indah bila dilihat saat malam hari,” lanjut Arion lalu kembali minum.&ld
Para gadis sudah tiba di rumah saat pukul delapan malam. Saat itulah mereka melihat para lelaki berkumpul di ruang keluarga. Ada John, Arion, Stefan, Henry dan Matt. Mereka tengah berbincang santai dan sesekali terdengar tawa karena joke yang dilontarkan oleh Arion.Selena tersenyum ketika melihat bagaimana Arion yang berdiri di depan mereka semua sambil membawakan sebuah lelucon seolah sedang melakukan stand up, lalu terdengar suara tawa Henry yang paling keras.“Hai, girls … sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Matt ketika sadar dengan kehadiran Bianca, Selena dan Erika.Bianca menghampiri Matt dan langsung duduk di pangkuan lelaki itu tanpa malu dilihat oleh John dan Stefan. Lagipula mereka adalah keluarga, bersikap romantis di depan keluarga bukan hal yang aneh, kan?“Ya … itu tadi adalah shopping paling menyenangkan,” ungkap Bianca dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. Ia lalu melemparkan pandangan pada
Sambungan via telepon handphone antara Henry dan Syilea ….“Kenapa kamu baru tiba di rumah?” tanya Henry setelah teleponnya baru diangkat oleh gadis tersebut dan Syilea mengatakan bahwa dia baru saja sampai rumah.“Aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan ibu sebentar,” jawab Syilea jujur.Henry mengangguk paham. “Seharusnya kamu tidak perlu menolak tawaranku ketika ingin mengantarkanmu pulang,” sesalnya lagi.“Tidak apa-apa. Aku tidak ingin merepotkanmu. Kita hanya teman dan seharusnya aku harus tahu batasan,” jelas Syilea dengan bijaksana.“Kalau begitu … bagaimana jika seandainya kita bukan hanya sekedar teman?” pancing Henry.“Ma-maksudmu?” gagap Syilea mendengar hal yang bisa langsung dia asumsikan tentang hal lebih dari teman.“Ya, maksudku … seperti hubungan yang lebih dekat,” jawab Henry pelan. Dia sendiri merasa
Selena membawa Erika ke kamar yang akan ditinggali oleh gadis penyihir itu. Sengaja ia memilihkan kamar dengan kasur baru dengan alasan khusus untuk manusia.“Karena kamu membutuhkan tidur yang nyenyak daripada kami,” kata Selena saat mendapati Erika yang begitu sungkan.“Terima kasih,” ucap Erika dengan tulus.“Tapi … apa kamu tidak takut tinggal serumah dengan banyak vampir?” tanya Selena ragu.Erika hanya tersenyum penuh arti. “Bahkan sebelumnya aku pernah serumah dengan vampir yang sangat bengis dan haus darah manusia.”Selena mengerti siapa yang dimaksud oleh Erika. Tentu saja dia adalah Arion. Mereka memang pernah serumah dan bahkan bercinta karena memiliki hubungan khusus.Erika mulai mengeluarkan beberapa pakaiannya yang usang dan lusuh lalu membuka lemari. Selena mengernyit melihat pakaian penyihir itu. Baru dia sadari ada sesuatu yang memprihatinkan sekarang.“Erik
Rain dan Selena hari ini pulang sekolah sambil berjalan kaki. Ini sesuai permintaan Selena yang katanya rindu berjalan-jalan di tengah hutan sambil menuju rumahnya sendiri. John sudah menyampaikan pesan lewat Arion yang datang ke sekolah untuk menyuruh semua anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Tidak ada yang boleh mampir ke suatu tempat apalagi pacaran kata Arion tadi. Dan tentu saja mendapat dengusan sebal dari Selena dan Bianca.“Memangnya ayah kenapa menyuruh kita langsung pulang?” tanya Selena pada Rain. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan satu sama lain.Rain mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin ayah kalian ingin mengumumkan sesuatu mungkin.”“Apa ayah akan menikah lagi?” tanya Selena dengan tatapan tak percaya.“Masa? Bukankah ayah kalian tidak dekat dengan siapapun juga,” heran Rain yang kurang percaya dengan kesimpulan tak masuk akal dari Selena.“Selama ini ayah paling pint
Keesokan harinya John dan Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Stefan di kediamannya. Sebuah rumah kecil dengan dinding kayu di tengah hutan. Pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa dan ada pohon di depannya. Bisa ditebak bahwa pohon tersebut adalah pohon cokelat yang tumbuh dengan suburnya. Stefan sengaja membangun rumah di samping pepohonan cokelat agar bisa bertahan hidup.Melihat kehadiran Arion dan John yang datang bersama-sama awalnya membuat Stefan sedikit kaget, namun pada akhirnya ia tersenyum dan mempersilakan dua anak adopsinya masuk ke dalam.Arion memerhatikan sekitar rumah yang begitu hangat meski tak terlalu besar. Beda dengan rumahnya yang mewah dan besar namun terasa dingin.Stefan memberikan dua gelas cokelat hitam panas pada dua lelaki yang dia sayangi. Lelaki tua itu tersenyum bijaksana dan terlihat jelas bagaimana ia senang melihat kehadiran kakak beradik itu. Melihat keakuran yang akhirnya terjalin di antara keduanya. Stefan benar-bena