John duduk berhadapan dengan Stefan di sebuah rumah kecil berdinding kayu. Memakan waktu dua jam untuk menghampiri rumah yang terletak di dalam hutan, kota tetangga. John mendapatkan alamat Stefan saat dirinya mencoba berinteraksi lewat telepati dengan lelaki tua itu tdai malam. Dan sekarang di sini lah dia berada, ruang tamu kecil dengan dua kursi dan satu meja kecil persegi.
“Apa yang membawamu kemari?” tanya Stefan dengan suara berat yang khas.
“Kupikir Arion tidak akan melepaskanku begitu saja. Setelah dia mencoba membunuhku sekarang dia membuat masalah lain,” jawab John dengan nada lelah.
Tentu saja pikiran John sangat lelah. Semenjak kehadiran Arion di Breavork, kehidupannya yang damai dan tenang sebelumnya menjadi penuh dengan masalah. Tidak ada dalam satu hari pun ketenangan yang dia rasakan. Arion benar-benar berniat menghancurkan keluarganya.
“Masalah apalagi yang dibuatnya?” tanya Stefan tenang.
&ldquo
Setelah mendengar saran dari Stefan, John langsung mengobrak abrik ruang kerjanya. Buku-buku begitu berantakan di lantai. Setelah membuka satu buku, dia membuka buku lainnya untuk mencari sesuatu, informasi tentang para penyihir.Dahulu kala vampir, manusia dan penyihir hidup berdampingan. Penuh kedamaian dan tidak ada perselisihan awalnya. Hingga pada akhirnya ketika sifat serakah manusia mulai menjadi dominan, maka terpecahlah tiga bangsa tersebut.“Semoga ada artikel yang memuat tentang penyihir bernama Erika itu. Aku harus menemukannya sebelum Arion semakin menjadi-jadi,” gumam John yang terus membuka lembaran demi lembaran kertas usang.Di waktu bersamaan, dia mendengar suara pintu yang terbuka. John mencium aroma wangi yang bisa ditebak milik siapa bau tersebut, ia mengernyit kemudian langsung bergegas keluar untuk menemui makhluk tersebut.Selena berjalan dengan tenang menuju tangga. Ia ingin langsung ke kamarnya setelah tadi menenangka
“Harus memahami sebelum mempelajari,” bisik Selena ketika di tangannya sudah memegang satu buku yang mereka cari. Sebenarnya di dalam buku tersebut tidak menyebutkan satu nama penyihir pun, akan tetapi ada beberapa petunjuk yang bisa mereka dapatkan.Selena tercenung sesaat, kembali lagi dia memikirkan cerita John tentang penyihir yang harus mereka temukan. Hanya itu satu-satunya cara untuk mematahkan mantra yang diucapkan Arion pada dirinya. Selena tak ingin menjadi istri vampir yang memang terlihat sangat keren dan seksi itu.“Ayah … lihat!” Selena langsung menunjuk salah satu nama desa yang dikatakan sebagai tempat tinggal para penyihir sesepuh. Ia membawa buku tersebut pada ayahnya dengan hati yang dipenuhi harapan.John membaca sebaris kalimat yang tertulis, ia lalu tersenyum dan menatap Selena. “Kita akan ke sana setelah yang lain pulang sekolah.”Selena mengangguk antusias. Ia tak ingin membuang-buang wakt
Selena menundukkan kepalanya, menatap baju yang dipakainya apakah sudah cocok untuk bertemu dengan Rain dalam rangka permintaan maaf untuk ke sekian kalinya. Cropped top yang berpadu dengan rok pensil berwarna hitam sudah menjadi pilihan yang menurutnya sangat tepat di musim panas ini. Ia tak perlu khawatir tersengat matahari karena dia bukan vampir tempo dulu yang akan terbakar hanya karena cahaya menyilaukan itu.“Huh … oke, aku siap! Aku tidak akan putus dengannya,” gumam Selena setelah memastikan sekali lagi rambutnya yang rapi.Ia bergegas keluar kamar dan ingin ke rumah Rain untuk bertemu lalu bicara secara serius. Saat di depan ruang kerja John, ia melihat ayahnya sibuk merapikan buku-buku yang tadinya sangat berserakan di mana-mana. Ia memutar haluan dan melangkah hingga ambang pintu ruang kerja John.“Hai, Ayah,” sapa Selena.John berpaling pada Selena dan melihat putrinya yang sudah sangat cantik dengan penampilan
Selena duduk di teras rumah Rain, sendirian sambil menatap tanah tanpa ekspresi. Dia menunggu Rain pulang ke rumah, tak ingin membiarkan kecurigaannya berlarut lalu membakar dirinya sendiri.Sudah tiga puluh menit Selena menunggu, akhirnya Rain muncul bersama seorang lelaki yang pernah Selena lihat. Kalau tidak salah, Selena pernah melihat lelaki itu di pusat kota, dia berjualan bermacam-macam lampu.Selena berdiri ketika melihat Rain yang turun langsung mendekatinya dengan wajah heran.“Selena, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Rain yang sudah berdiri di depan Selena.Selena tidak langsung menjawab, ia melihat lelaki tua itu menurunkan satu persatu kotak yang bisa ditebak isinya adalah lampu. Rupanya Rain ke pusat kota untuk membeli alat penerangan tersebut. Niat lelaki itu yang ingin memperbaiki rumahnya menjadi layak huni ternyata tidak main-main.“Selena,” panggil Rain lagi karena merasa diabaikan oleh kekasihnya.
Henry lebih pertama yang turun dari mobil ketika sudah sampai di depan rumah. Ia ingin bertemu dengan Selena sekarang juga, bertanya tentang manfaat kafein pada tubuh vampir mereka.“Kenapa dia harus terburu-buru seperti itu, sih?” sungut Bianca yang baru saja turun dari mobil lalu menutup pintunya.Matt dan John ikut turun dari mobil, mereka terkekeh mendengar Bianca menggerutu sambil berlari mengejar Henry.“Matt, setelah ini langsung ke ruang kerja Ayah. Ada yang ingin Ayah sampaikan pada kalian semua,” kata John serius.“Baik, Ayah. Aku ganti baju dulu,” ujar Matt lalu berjalan masuk menuju ke dalam.Sementara Henry sudah bertemu dengan Selena yang duduk di atas sofa dengan lutut ditekuk dan memeluk kedua kakinya. Tatapan Selena terfokus pada langit biru dengan air muka tenang.“Elle,” panggil Henry di depan pintu kamar Selena.Pemilik kamar itu langsung menoleh dan melihat Henry yan
“Rain … maafkan aku,” ucap Erika merasa sangat bersalah.Dia sempat mendengar suara ribut di luar. Suara adu mulut antara Rain dan Selena. Ia ingin keluar saat itu juga tetapi langkahnya begitu berat. Menurutnya dengan cara dirinya keluar dan menjelaskan apa yang sebenarnya pada Selena, belum tentu adalah pilihan yang baik. Terlebih saat dia mendengar Rain yang enggan memberikan penjelasan pada kekasihnya.“Itu bukan salahmu,” jawab Rain tanpa menatap Erika.Ia sibuk mengeluarkan lampu-lampu yang ada di dalam kotak. Bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi pada dirinya sekarang. Sementara Erika tahu bahwa Rain tengah gundah meski sudah dia tutupi.“Aku akan ke rumah keluarga Walter dan menjelaskan semuanya. Lagipula, mereka sedang mencariku sekarang,” kata Erika dengan yakin.Rain menoleh sebentar pada Erika. “Kamu ingin menjelaskan pada Selena tentang semuanya? Aku yakin itu bukan pilihan y
Erika menatap lekat dengan tajam dan menyalang ke arah Arion yang berdiri dengan sikap santai di hadapannya. Mereka sekarang berada di halaman rumah Rain, hanya berdua karena Rain ada di dalam.“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Erika dingin.“Kamu tidak merindukanku?” Arion menanyakan hal itu lagi pada Erika. Sama seperti sebelumnya.Dan Erika jelas membalas itu dengan dengkusan kasar dan tangan berlipat di dada. “Merindukan lelaki yang sudah meninggalkanku tanpa mengucapkan selamat tinggal lalu aku mendapat kabar bahwa dia akan menikahi gadis remaja. Apa aku patut merindukannya?”Arion mengekeh pelan dia lalu menyentuh rambut Erika sambil tersenyum tanpa beban. “Ternyata kamu sedang cemburu?”“Shut up!” seru Erika seraya menepis tangan Arion dengan kasar. “Kau bahkan sudah menyalahgunakan mantraku!”“Hahahaha!” Arion tertawa terbahak sendirian. Me
“Kamu siapa?” tanya Henry yang tidak kenal dengan Erika. Dia bahkan belum tahu sama sekali apa rencana John dan Selena yang akan mencari penyihir guna mematahkan kutukan yang dilontarkan oleh Arion.“Kamu ….” John menggantungkan kalimatnya. Ia langsung mengerti siapa tamunya sekarang.“Ayah, siapa dia?” tanya Henry pada ayahnya.Namun, John meminta Henry untuk diam dengan memberikan aba-aba lewat tangannya. Henry dengan patuh langsung menutup mulutnya.John melangkahkan kaki dengan pelan untuk mendekati Erika yang bergeming di tempatnya berdiri. Di waktu bersamaan, Selena tiba-tiba saja muncul dan berdiri tepat di hadapan Erika hingga memunggungi ayahnya dan Henry.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Selena dengan tatapan tidak bersahabat. Begitu tajam, menghujam Erika yang tampak tenang.“Elle, kamu mengenalnya?” tanya John pada Selena.“Dia ….” S