Hari ini tepat pukul empat sore, segala perlengkapan penting untuk pergi ke hutan tentu sudah mereka siapkan di hari kemarin. Semua sudah berkumpul kecuali Grace yang masih berada di dalam kamar.
Tak lama kemudian terlihat seorang wanita cantik turun dari tangga tanpa menatap Roger atau Ken, ia hanya menatap Pete yang sedang duduk di sofa dengan wajah sedikit gelisah. Hari ini ia terlihat lebih cantik karena mengikat atas rambutnya.
"Baiklah sepertinya yang kita tunggu sudah datang, mari kita berangkat Ken," ucap Roger mengangkat koper dan tersenyum licik pada Grace. Grace sama sekali tak menatap Roger, ia masih benci dengan pria itu.
Semuanya telah memasuki mobil yang sudah di persiapkan, Roger yang menyetir bersama Pete disampingnya. Sedangkan Grace dan Ken duduk di belakang dengan suasana yang terlihat begitu hening.
Beberapa jam kemudian...
Sinar mat
"Grace apa kau tidak apa-apa?" Tanya Pete dengan menyentuh kedua pipi."Aku tidak apa-apa Pete, terimakasih Pete," Grace merangkul kembali tubuh Pete, ia merasa berhutang nyawa padanya.Ken yang menatap itu semua hanya bisa mencoba tak melihat, namun apa apa daya, pada kenyataannya mereka melakukan semua itu depan mata Ken. "Kurasa kalian sangat romantis," ucap Ken tanpa menatap mereka berdua.Langkah kaki Ken mendekati Grace dan menarik tangan Grace. "Sini kau, kita pulang. Oh ya Roger mobilmu kupakai dan aku akan menelpon seseorang nanti untuk menjemput mu dan Pete," dengan gampangnya Ken memutuskan keputusan sendiri tanpa mengerti Roger atau Pete menerima itu semua."Apa? Hai... kau gila Ken? Ini hutan!" teriak Roger mengejar Ken yang berlari dengan menggandeng tangan Grace.Ken sama sekali tak memperdulikan, ia terus berjalan dan memaksa Grace masuk ke dalam mobil. "Masuk kau
Hampir dua jam pria itu hanya duduk saja ditemani segelas kopi hangat. Ia melihat hujan turun tidak terlalu deras dari arah jendela. "I Miss You," ucap Ken berdiri menatap langit degan memegang segelas kopi."Aku selalu melihat langit jika aku merindukan mu, dan aku pun merasa bahwa kau juga melihatku disini," Ken mengetuk jendela kaca dengan kuku-kuku di jarinya.Sudah hampir dua bulan pria itu hidup bersama istrinya, namun tak sedetikpun Ken ingin melupakan Jesseli, rasanya terlalu pahit jika melupakan kenangan yang mereka lewati. "Aku sudah membalas kematian mu dengan cara menikahi orang yang membunuhmu Jesseli, aku sudah menyiksanya sayang, apakah sekarang kau bahagia disana?" Tangan Ken keluar dari balik jendela menyentuh tetesan hujan.Itu semua membuat Ken teringat akan kematian Jesseli, ia berdosa telah sempat mempertaruhkan Jesseli saat bermain kartu. "Maafkan aku," lirih Ken pelan.Namun ke
Hampir dua jam pria itu hanya duduk saja ditemani segelas kopi hangat. Ia melihat hujan turun tidak terlalu deras dari arah jendela. "I Miss You," ucap Ken berdiri menatap langit degan memegang segelas kopi."Aku selalu melihat langit jika aku merindukan mu, dan aku pun merasa bahwa kau juga melihatku disini," Ken mengetuk jendela kaca dengan kuku-kuku di jarinya.Sudah hampir dua bulan pria itu hidup bersama istrinya, namun tak sedetikpun Ken ingin melupakan Jesseli, rasanya terlalu pahit jika melupakan kenangan yang mereka lewati. "Aku sudah membalas kematian mu dengan cara menikahi orang yang membunuhmu Jesseli, aku sudah menyiksanya sayang, apakah sekarang kau bahagia disana?" Tangan Ken keluar dari balik jendela menyentuh tetesan hujan.Itu semua membuat Ken teringat akan kematian Jesseli, ia berdosa telah sempat mempertaruhkan Jesseli saat bermain kartu. "Maafkan aku," lirih Ken pelan.Namun kesediha
"Roger, apa yang kau lakukan?" teriak Pete dari belakang.Pete membogem keras wajah Roger. "Kau benar-benar gila Roger," Pete menambah kembali pukulan demi pukulan di wajah Roger.Tangan Pete menarik kerah baju Roger lalu ia mendorong tepat di meja billiard. "Sudah berapa kali kubilang jangan pernah kau menganggu Grace lagi Roger," teriak Pete menonjok kembali rahang Roger."Memangnya kenapa Pete? Apakah kau suka dengan Grace?" Ken mendekati mereka berdua yang sedang asyik bergulat.Pete melepaskan cengkeraman tangannya pada Roger. "Kau keterlaluan Ken, pantas saja firasat ku datang kemari selalu menghantui ku. Ternyata kau melukai Grace," ucap Pete menoleh ke arah Ken."Kau suka dengan Grace? Katakan dimana salahku Pete. Dia pembunuh Jesseli, aku menikah dengan dia hanya untuk balas dendam," Ken tertawa sebal dan melirik tubuh Grace yang sedang terbaring di atas sofa. "Jalang it
Memang saat ini kondisi Roger bisa dikatakan mabuk, tapi setidaknya ia masih mempunyai sedikit kesadaran entah berapa persen. "Aahh, memangnya apa yang kau dengar Ken?" Roger mengatur duduknya menghadap Ken sedikit grogi."Tadi aku mendengar kau menyebut nama Jesseli, aku tidak terlalu mendengar tapi bisa kau ucapkan lagi Roger?" Ken duduk di sebelah Roger dengan mata yang sudah sedikit memerah.Roger mengatur nafas sedikit demi sedikit. "Tadi aku berkata bahwa Grace lah yang membunuh Jesseli Ken dan tentu aku juga turut bersedih bukan?" Roger berharap Ken memang tak pernah mendengar perkataan yang baru saja ia lontarkan."Kau benar Roger, aku takkan pernah bisa lagi memaafkan jalang itu,"menepuk pelan pundak Roger."Baiklah mari kita lanjut kan, aku ingin mabuk hingga pagi hari, "tawa Roger sedikit ketakutan bercampur perasaan lega. Ken hanya mengangguk menyetujui.Keesokan hari
Pete terus berjalan memasuki mobilnya tak menghiraukan arah di sekeliling. "Petee," kata seseorang dari belakang."Lepas," bentak Pete menepis kasar tangan yang menyentuh pundaknya."Awwhh," kata Grace sedikit kesakitan.Tersadar mendengar suara wanita dari belakang pria menoleh dengan cepat. "Astaga Grace maafkan aku, aku menyakitimu. Mana yang sakit Grace?" Pete merasa bersalah karena berbuat kasar pada wanita itu.Ia memegang lembut lengan Grace. "Maafkan aku, aku tidak sengaja Grace kumohon maafkan aku," Grace mengangguk pelan mengerti bahwa memang Pete benar-benar tidak sengaja."Bagaimana kau bisa kesini? Aku kan menyuruhmu untuk tetap di rumah?" tangan Pete terus mengelus tangan Grace."Bagaimana bisa aku tetap di rumah saat mengetahui kau akan mendapat masalah?" mata wanita itu memperhatikan seluruh wajah Pete berharap tak ada satu pun bekas pukulan.
1 bulan kemudian..Hari demi hari begitu cepat dilewati oleh Grace, ia menghabiskan satu bulan penuh di kediaman Pete. Semuanya baik-baik saja antara mereka berdua, namun yang ditakuti oleh Grace saat ini hanya satu yaitu biaya pengobatan Chris yang semakin hari semakin bertambah. Apalagi saat ini wanita itu tidak bersama Ken tentu ATM yang ia dapatkan dari Ken bisa di dikatakan sirna.Itu cukup membuat wajah kalem nya berubah sedikit memucat karena memikirkan hal serumit itu. "Grace kau sedang memikirkan apa?" Pete yang mendekati Grace sedang duduk melihat televisi.Grace menoleh ke arah sumber suara yang tak lain adalah Pete. "Pete aku ingin mengucapkan terimakasih padamu karena selama ini kau benar-benar menolongku," ia berdiri menghampiri Pete."Tak apa Grace, pintu rumahku selalu terbuka untukmu," pria itu meletakkan telapak tangannya di atas kepala Grace. Seolah wanita di depan itu adalah adikn
"lepaskan aku Ken, apa yang kau lakukan padaku?" Teriak wanita itu terus-menerus saat sudah memasuki kamar."Kau meminta uang bukan padaku? Maka beri aku kepuasan untuk harga yang harus aku bayar," tindas Ken membuka seluruh pakaian Grace dengan kasar.Grace tak bisa menolak, sama sekali tak bisa. Tangan kekar Ken selalu saja mengunci dengan erat, terlalu erat menekan pergelangan tangannya membuat wanita itu memekik keras merasa seperti tulang itu akan retak. "Aaahh," teriak Grace.Ken mendorong tubuh Grace hingga terjatuh di bawah lantai tanpa baju yang ia kenakan, wanita itu merasakan kedua putingnya begitu dingin ketika menyatu dengan lantai. "Ken, aaahhh... ini sangat dingin Ken," desis Grace mencoba mengangkat sedikit dadanya namun tangan Ken menekan punggungnya agar semakin dingin. "Diam, aku sudah bilang kau hanya cukup menuruti perintah ku!" ucap Ken terus menekan punggung Grace membuat rasa nyeri dan dingin berc
Kiss me out of the bearded barleyNightly, beside the green, green grassSwing, swing, swing the spinning stepYou'll wear those shoes and I will wear that dressOh, kiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss meKiss me down by the broken tree houseSwing me, upon its hanging tireBring, bring, bring your flowered hatWe'll take the trail marked on your father's mapOh, kiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and make the fireflies danceSilvermoon's sparklingSo kiss meKiss me beneath the milky twilightLead me out on the moonlit floorLift your open handStrike up the band, and
Grace bisa mendengar dengan jelas, bahkan Grace tidak tuli jika suara itu sangat mirip seperti suara Ken. "Kita?" Batin Grace.Grace menoleh kebelakang, ia melihat pria dengan seutas senyum di wajahnya ketika Grace menatap pria tersebut, Grace tak percaya ini. "Ini tidak mungkin," ucap Grace menggelengkan kepalanya pelan."KEEENNN?" Ucap Grace terlihat kebingungan bercampur rasa takut, tentu saja Grace takut jika itu arwah gentayangan Ken."Mengapa kau takut melihatku Grace, lupakah kau jika aku ini suamimu," ucap Ken berjalan pelan menghampiri seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda dengan raut wajah tak percaya."Hentikan langkah kakimu atau aku akan teriak!" perintah Grace mulai memundurkan kursi rodanya.Ken menghentikan kursi roda Grace, pria itu sedikit membungkukkan badan menatap mata Grace. "Aku Ken Grace, aku adalah KEN. Apa kau ingat nama itu? Kenzo Jordanio, pri
Di sisi lainEvelyn, Pete dan Grace sedang berkumpul di ruang keluarga, raut wajah mereka terlihat sangat cemas. "Pete kau harus menelpon Ken dan Roger!" perintah Grace, Pete pun mengambil ponselnya di dalam saku untuk menelpon Roger."Roger, apa terjadi sesuatu dengan kalian berdua?" tanya Pete."Semuanya baik-baik saja Pete, tenanglah," balas Roger dari telpon."Apa disana ada Ken?""Dia sedang menyetir Pete, ada apa?"Pete melirik Grace dan menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Grace aku akan memberitahu Ken tentang dirimu," ucap Pete, Grace tersenyum mengangguk kecil."Roger tolong katakan pada Ken jika dia akan menjadi seorang ayah," ujar Pete mendekatkan kembali ponsel pada telinganya."Apaaaaaaaa?" Teriak Roger tak percaya di telpon.TetPonsel Roger mati begitu saja. "Shit,"
Grace tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengatupkan bibirnya. "Ken," panggil Roger yang tiba-tiba memasuki toko.Membuat Grace dan Ken menoleh ke arah Roger. "Ada apa Roger?" tanya Ken melihat Roger begitu terburu-buru."Ken aku melihat Mario di depan toko bunga," ujar Roger serius menatap bergantian Ken dan Grace.Tanpa menunggu lama Ken menarik tangan Grace, Ken membayar harga music box yang ia pegang terlebih dahulu di kasir.Ken segera pergi dari sana, Ken menghampiri Pete dan ibunya yang berada di dalam mobil. "Pete kumohon lindungi Grace untukku! aku hanya pergi sebentar," ucap Ken ditujukkan pada Mario, "tenanglah Ken, Grace akan aman bersamaku," balas Pete mengangguk pelan.Ken segera memasukkan paksa tubuh Grace di dalam mobil. "Grace tenanglah, aku akan membalas semua perlakuan Mario terhadapmu," ucap Ken mencium pucuk rambut Grace sekilas sebelum Ken men
Grace bernafas lega, wanita itu sempat berpikir bahwa Ken akan menjambak rambutnya atau menampar pipi di wajahnya.Ken memungut selimut dan bantal di bawah lantai, lalu ia duduk di sofa dengan terus memandang Grace yang sudah tertidur lebih dulu. "Grace apa kau sudah tidur?" Tanya Ken.Grace tidak tertidur, wanita itu hanya berpura-pura menutup matanya. "Grace aku mencintaimu, selamat tidur Grace." Ucap Ken lalu memakaikan selimut di tubuhnya, ia tak perduli tidur nyenyak nya terganggu akan kehadiran Grace malam ini, ia hanya bahagia bisa melihat Grace tidur bersamanya walau tak bisa memeluk Grace.Keesokan harinya...Grace terbangun dari tidurnya, ia melirik jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi, Grace ingin sekali melanjutkan tidurnya, namun ia teringat kehadiran Evelyn di rumah ini, Grace tak ingin mengecewakan Evelyn dengan melihat menantunya bangun teramat siang.Wanita
Saat ini Ken sudah sampai di kediaman Pete, pria itu terus mencoba membujuk Grace kembali meski jawaban Grace selalu tidak dan tidak."Pete dimana kau? Ada hal penting yang ingin aku katakan," teriak Ken memasuki ruang tengah."Ken," balas Pete berjalan mendekati Ken dari arah dapur."Pete kumohon bantu aku! Aku tidak mempunyai cara lain untuk membujuk Grace, sedangkan ibuku mendesakku ingin bertemu dengan Grace," Ken memijat pelipis matanya, "kumohon Pete, hanya kau yang bisa membantuku untuk masalah ini," ucap Ken memohon agar Pete ingin membantunya."Aku takkan bisa membantu mu lebih Ken, tapi aku akan mengantar mu ke kamar Grace, kau bisa berbicara sendiri dengannya," tutur Pete lalu ia melangkah menuju pintu kamar Grace, "semoga kau berhasil Ken," ucap Pete dibalas anggukan kecil oleh Ken.Ken menarik napas dalam-dalam, pria itu memegang gagang pintu dan membukanya perlahan,
"Hentikan Mario! Kau hanya belum mengerti bagaimana rasanya berjalan dalam situasi yang begitu sulit." Teriak Grace mencoba melepas cengkeraman tangan Mario."Aku memberi semua yang kumiliki Grace, tapi kau meninggalkanku hanya demi uang," kini tangan Mario beralih pada Leher Grace."Aku memang meninggalkan mu demi uang uang Mario, tapi aku melakukan semua itu untuk-" ucap Grace terhenti merasa lehernya tak bisa bernafas.Plak!Mario menampar pipi Grace hingga terjatuh di aspal. "Dasar jalang," teriak Mario."Hentikan Mario! Akan ku patahkan tangan itu yang sudah berani menampar pipi istriku," teriak Ken berlari cepat penuh emosi.Mario menoleh ke arah sumber suara ia melihat dua pria yang sedang berlari semakin mendekatinya. "Justin aku memintamu dan keenam temanmu untuk mengurus mereka, aku masih ingin bermain dengan wanita ini," ujar Pete, Justin menganggu
Ken pergi tak mendengar ocehan Roger. Saat Ken berjalan melewati ruang tamu ia mendengar suara bel berbunyi, tanpa menunggu lama Ken membukakan pintu. "Pete." Ucap Ken melihat kedatangan Pete.Pete menarik baju Ken hingga kusut, mencengkeram begitu kuat. "Dimana Grace? Katakan dimana Grace?" Emosi Pete kian terlihat dari sorot matanya."Tenanglah Pete aku tidak menyakiti Grace," balas Ken menenangkan."Peteeeeeee," teriak Grace dari belakang menghampiri Pete.Pete melirik ke arah sumber suara dan melihat Grace disana, Pete melepas cengkraman tangannya di tubuh Ken. "Grace, apa kau baik-baik saja?" Tanya Pete. "Pete aku baik-baik saja." Jawab Grace lalu ia menghampiri Pete.Sedangkan Ken hanya diam saja melihat kedekatan mereka berdua, cemburu itu pasti dirasakan oleh Ken. Tapi Ken memilih diam agar Grace tak semakin membencinya."Pete ayo kita pergi dari sini
Pukul 22:00 PMMalam ini suasana rumah Ken begitu indah dipenuhi foto-foto pernikahannya dengan Grace, ia masih duduk di sofa menunggu kehadiran Roger membawa Grace. Ken sangat berharap Grace benar-benar datang malam ini.Mata Ken begitu lelah, otaknya sudah terkuras habis memikirkan bagaimana caranya mendapatkan Grace kembali. "Mengapa Roger tak kunjung datang." Ken melihat jam dinding sudah larut malam.Tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat Roger datang mengandeng tangan Grace yang matanya tertutup oleh sebuah kain. Ken berfikir sejenak, mengapa Grace menutup matanya, namun itu tidak terlalu penting karena yang terpenting adalah Roger mampu membawa Grace entah bagaimana caranya meski harus tertutup matanya.Rasa bahagia kini menyelimuti Ken, pria itu mampu tersenyum kembali hanya melihat Grace berdiri di depan matanya. "Pete... dimana kau?" Panggil Grace begitu bahagia.Perlahan se