"lepaskan aku Ken, apa yang kau lakukan padaku?" Teriak wanita itu terus-menerus saat sudah memasuki kamar.
"Kau meminta uang bukan padaku? Maka beri aku kepuasan untuk harga yang harus aku bayar," tindas Ken membuka seluruh pakaian Grace dengan kasar.
Grace tak bisa menolak, sama sekali tak bisa. Tangan kekar Ken selalu saja mengunci dengan erat, terlalu erat menekan pergelangan tangannya membuat wanita itu memekik keras merasa seperti tulang itu akan retak. "Aaahh," teriak Grace.
Ken mendorong tubuh Grace hingga terjatuh di bawah lantai tanpa baju yang ia kenakan, wanita itu merasakan kedua putingnya begitu dingin ketika menyatu dengan lantai. "Ken, aaahhh... ini sangat dingin Ken," desis Grace mencoba mengangkat sedikit dadanya namun tangan Ken menekan punggungnya agar semakin dingin. "Diam, aku sudah bilang kau hanya cukup menuruti perintah ku!" ucap Ken terus menekan punggung Grace membuat rasa nyeri dan dingin berc
Entah apa yang kini harus dirasakan Ken detik ini juga, ia masih bersembunyi di balik pohon dengan perasaan yang hanya bisa di rasakan olehnya sendiri. "Penghianat," satu ucapan yang sungguh menyesakkan dada mendengar semua itu.Ingin sekali rasanya pria itu meninju, menghancurkan habis seluruh organ tubuh Roger atau setidaknya memberi hukuman yang setimpal saat ini juga. Namun semua itu juga tidak mungkin membuat kerusuhan di tempat pemakaman Jesseli. "Nikmati sisa hidupmu Roger," Ken berjalan pergi menuju mobil.Pria itu memutar mobilnya dan melajukan cepat di persimpangan jalan yang terlihat sedikit sepi, ia berhenti sejenak dan menatap kosong jalanan di depan dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Tak terasa air mata telah mengalir di kedua pipi Ken. "Akulah penjahatnya,"Ken sama sekali tak bisa membohongi hati bahwa memang rasa cintanya masih ada untuk Jesseli bahkan saat ia melihat pemandangan yang baru saja mengg
Drt...drt...drt..Ponsel Ken bergetar, pria itu melihat nama Roger di layar ponselnya. Ia pun segera mengangkat dan mencoba mengatur nafas."Hmm," ucap Ken."Ken bisakah kita bertemu?""Hmm,""Baiklah aku akan menunggumu di apartemen ku""Hmm,""Oh aku lupa bertanya Ken, bagaimana dengan rencana kita? Apakah kau sudah berhasil membuat Grace hancur? Kau harus ingat Ken dia adalah pembunuh Jesseli,""Hmm,"Ken menggenggam erat ponselnya, dan seperti itulah nanti yang akan ia lakukan pada Roger."Baiklah aku menunggumu di apartemen" Roger merasa aneh karena jawaban Ken tidak seperti biasanya."Hmm,"Emosi Ken kian mendidih melihat Roger berbicara seperti itu, ia akan menyelesaikan Roger setelah proses p
Grace tak ingin melepaskan pelukan itu, terhitung sudah dua menit ia tersandar di bahu Pete. "Tak perlu menangis lagi Grace, itu hanya membuatmu semakin sakit" Pete mengelus punggungnya dengan lembut."Kau benar" kali ini Grace tersenyum dan melepas pelukan itu."Ayo makanlah terlebih dahulu, aku sudah menyiapkan banyak makanan untukmu" tanpa menunggu persetujuan Grace pria itu menggendongnya ala bridal style.Tentu membuat Grace membelalakkan kedua bola matanya. "Hai... apa kau gila? Kau mengendong tubuhku hanya untuk ke meja makan. Aku bisa berjalan sendiri Pete" wanita itu sedikit salah tingkah."Diamlah dan simpan tenaga mu agar kau tak pingsan lagi" ejek Pete tertawa sedangkan Grace ter
Darah segar mulai mengalir di permukaan wajah Ken, tapi entah mengapa ia sama sekali tak merasa sakit oleh hal itu. "Dia istriku Pete, kumohon biarkan aku bertemu dengannya" lirih pelan Ken.Pete tak ingin lagi memukul wajah Ken lebih lama karena jelas sudah pria itu benar-benar terluka parah. Pete memilih masuk ke dalam rumah dan mendinginkan otaknya, ia harus berpikir keras karena sudah melakukan hal ini, ia bahkan tak mengerti tindakan tersebut suatu kesalahan atau kebenaran.Hujan malam pun mulai turun dengan deras membasahi kedua pria yang saat ini terkapar tak berdaya, air hujan itu membuat wajah Roger dan Ken yang tadinya penuh bersimbah darah menjadi sedikit hilang.Tentang hujan, ini adalah tentang hujan malam yang membuat Ken teringat sesuatu. Ia pernah sengaja membuat Grace menunggu terlalu lama ditemani hujan yang begitu dingin."Graceeee.. aku akan menunggumu disini sampai kau mend
Seorang wanita tersenyum melihat sebuah pemakaman dimana bertuliskan nama 'Chris' di atas batu sekaligus terdapat foto kecil disana. "Kau adalah anugerah terindah yang aku miliki Chris" ucap Grace meletakkan bunga di depan foto Chris.Hari sudah sore, Pete dan Bertha masih berduka cita atas kematian Chris. "Sudah sore Grace mari kita pulang" ajak Pete memegang pundak Grace."Baiklah." Grace tersenyum. "Aku pulang Chris, tapi tenanglah kakak pasti mengunjungi mu lagi nanti"Mereka bertiga pun pergi setelah cukup lama disana, Pete mengerti merelakan kepergian Chris bukanlah suatu hal yang mudah."Grace kau tak perlu mengantarku ke rumah karena aku ada urusan dan aku harus pergi sekarang" ucap Bertha tiba-tiba."Apa kau yakin?" Tanya Grace dan Bertha mengangguk. "Aku yakin Grace. Baiklah aku pergi dulu Grace" kata Bertha pergi melambaikan tangan.Kini tinggallah
Di sisi lain.Ken mengepalkan tangannya. Ingin sekali pria itu membanting ponsel detik itu juga ketika melihat akun Instagram Peter mengunggah foto Grace yang sedang memegang sebuah keranjang lollipop. "Apakah kau sengaja Grace membuat hatiku terbakar cemburu hanya dengan sebuah foto ini saja?" Hati Ken serasa terbakar melihat kedekatan Pete dan Grace."Tidak... aku tidak akan membiarkan mu dimiliki oleh siapapun Grace." Itu adalah sebuah sumpah Ken yang akan ia tepati walau nyawa adalah taruhannya."Fifth Avenue. Baiklah aku akan kesana bersama si keparat itu" Ken melihat bahwa Pete menandai sebuah tempat di unggah fotonya dan tempat itu adalah Fifth Avenue."Roger keluarlah dan bantu aku" teriak Ken membuka kamar, disana Roger terlihat masih sedikit lemas duduk di atas sofa."Tentu Ken. Apa yang harus kulakukan?" Jawaban Roger begitu semangat."Pete dan Gra
Saat ini Ken sedang bersama ibunya di sebuah restauran cepat saji, raut wajah Ken sama sekali terlihat begitu kacau. Bagaimana tidak, ia hanya tidur beberapa jam dan selebihnya selalu memikirkan Grace."Itu semua kesalahanmu Ken, ibu sudah memperingatkan mu. Tapi kau tidak pernah mendengar ibu," ucap Evelyn yang mendengar semua penyesalan Ken.Ken hanya bercerita tentang kepergian Grace, ia sama sekali tak bercerita bahwa ia pernah menyiksa fisik Grace begitu kejam."Ibu tolonglah aku. Apa kau tega melihat putramu ini hampir gila? Oh.. aku tidak hampir gila ibu. Tapi aku sudah gila," bayang-bayang ia menyakiti Grace selalu berputar di otaknya. Ia tak bisa melupakan kejadian itu sedetikpun.Sedangkan Evelyn juga tak bisa menyalahkan Grace atau memaksa menantunya itu untuk tetap bersama Ken. "Ibu sudah tidak bisa ikut campur Ken, ibu menyalahkan dirimu atas kejadian ini. Apa kau paham?" Kata Evelyn teg
Pukul 22:00 PMMalam ini suasana rumah Ken begitu indah dipenuhi foto-foto pernikahannya dengan Grace, ia masih duduk di sofa menunggu kehadiran Roger membawa Grace. Ken sangat berharap Grace benar-benar datang malam ini.Mata Ken begitu lelah, otaknya sudah terkuras habis memikirkan bagaimana caranya mendapatkan Grace kembali. "Mengapa Roger tak kunjung datang." Ken melihat jam dinding sudah larut malam.Tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat Roger datang mengandeng tangan Grace yang matanya tertutup oleh sebuah kain. Ken berfikir sejenak, mengapa Grace menutup matanya, namun itu tidak terlalu penting karena yang terpenting adalah Roger mampu membawa Grace entah bagaimana caranya meski harus tertutup matanya.Rasa bahagia kini menyelimuti Ken, pria itu mampu tersenyum kembali hanya melihat Grace berdiri di depan matanya. "Pete... dimana kau?" Panggil Grace begitu bahagia.Perlahan se