Putri terkejut saat mendengar pertanyaan Ratu Pancawati. Gosip itu memang sudah sempat ia dengar, namun ia tak menyangka akan secepat itu sampai di telinga ratu.
"Itu tidak benar, Ibunda. Dia hanya pengawalku," jawab putri membela diri.
"Aku percaya padamu, Putri. Mana mungkin kau berhubungan dengan seorang pengawal."
Putri menelan ludahnya dalam-dalam saat mendapat sindiran itu. Ia hanya diam tak berani menatap wajah ratu.
"Bersiaplah, Putri. Rencananya pangeran dari Kerajaan Panca akan datang." Perkataan Ratu Pancawati membuat putri terkejut. Jelas itu bukan berita yang baik untuknya.
"Maksud Ibunda ..."
"Ya, kau harus segera bertemu dengan jodohmu, Putri."
"Tapi aku belum siap, Ibunda."
"Kalau begitu ganti pengawalmu !!" kata ratu dengan tegas.
"Tidak mungkin ..." jawab putri tak kalah tegas, lalu ia segera sadar kalau tak seharusnya ia berlebihan seperti itu.
"Dia ... dia dipi
Rombongan dari Kerajaan Panca telah sampai di istana Welirang, mereka disambut hangat oleh keluarga kerajaan. Seperti yang ratu katakan sebelumnya, Putri Sekar Ayu akan dijodohkan dengan seorang pangeran dari Kerajaan Panca. Ya, setelah melalui banyak pertimbangan Putri Sekar Ayu akhirnya memilih pangeran dari Kerajaan Panca untuk menyelamatkan posisi Damar di istana. Walau berat, putri harus melakukannya. Lagipula ia tak yakin rasa cintanya pada Damar akan berakhir indah. Sebagai seorang putri dan calon ratu, tak mungkin ia diperkenankan menjalin hubungan dengan seorang abdi. Jika itu terjadi, maka ia harus rela melepas gelar kebangsawanannya, sedangkan ia telah berjanji pada Senopati Ageng untuk selalu menjaga tahta itu. Putri tak ingin mengecewakan rakyat dan kedua orang tuanya yang telah mempercayakan tahta itu padanya. Dengan adanya Damar di istana itu dirasa sudah cukup, karena mengharapkan sesuatu yang lebih hanya akan membuatnya sakit di kemudian hari. Putr
Tulisan di atas batu yang Damar tulis membuat Putri Sekar Ayu semakin memikirkannya siang dan malam. Putri ingin Damar tahu bahwa langit tak sekejam itu. Hujan adalah bukti bahwa langit sangat peduli pada tanah. Melalui hujan, langit ingin menyampaikan pesan cinta dan rasa kasihnya pada tanah. Melalui hujan pula, langit ingin selalu memelihara dan menghidupkan tanah di bumi yang tak ia inginkan. Walau tak mungkin bersama, bumi dan langit akan selalu beriringan selama semesta masih ada."Menurut Gusti, bagaimana Pangeran Panca ?" Pertanyaan Galuh membuyarkan lamunan putri. Putri tak menjawab, ia hanya tersenyum mengingat kebaikan Pangeran Panca."Gusti belum pernah tersenyum seperti ini saat menceritakan seorang pria. Pangeran Panca pasti sangat istimewa," gurau Galuh."Ya. Dia cerdas, bijaksana, dan ...""Tampan ..." sahut Galuh dan beberapa dayang lainnya, semua orang jadi tertawa karenanya, tak terkecuali putri.Di saat bersamaan, putri mel
Damar terkejut melihat kemunculan Utari secara tiba-tiba. Ia segera melepaskan tangan putri dari genggamannya."Utari," kata Damar."Siapa, Damar ? Adikmu ?" tanya putri sambil tersenyum manis pada Utari. Damar ingin menjawab, namun Utari mendahuluinya."Ampun Gusti, hamba Utari. Istri Kang Damar."Deg, seketika senyum di bibir putri sirna setelah mendengar pengakuan Utari."Istri ?" kata putri menatap Damar seolah ia meminta penjelasan pada lelaki itu. Namun lagi-lagi Utari lah yang menjawab pertanyaannya. Sementara Damar hanya diam tanpa sepatah kata."Betul, Gusti. Apakah suamiku bekerja dengan baik di istana, Gusti ?" sahut Utari lagi. Utari sedikit menekankan ucapannya saat menyebut kata 'suamiku', seolah ia ingin memperingatkan putri untuk tahu diri karena Damar adalah miliknya. Nyali yang sangat luar biasa dari seorang wanita yang sedang terbakar api cemburu. Ia tak peduli lagi dengan siapa ia berhadapan. Sementara itu wajah putri tam
Matahari sudah sangat terik, namun Putri Sekar Ayu tak kunjung keluar dari kediamannya. Tak ada seorang pun yang boleh masuk kecuali atas perintahnya. Itu membuat para dayang khawatir, biasanya setiap pagi putri akan menikmati udara pagi dengan secangkir teh di halaman belakang keputren, namun pagi itu tak ia lakukan. Belum lagi suara pecahan gelas, piring, dan lain sebagainya membuat para dayang semakin bertanya-tanya ada apa gerangan dengan putri.Galuh mengetuk pintu kediaman putri, ia membawa seorang telik sandi yang diperintahkan untuk menghadap. Baru saja masuk, teliksandi itu langsung dihajar oleh putri. Putri sangat murka karena dia telah melewatkan informasi yang sangat penting tentang Damar. Untungnya telik sandi itu memiliki alibi yang cukup untuk membela diri. Saat itu ia ingin mengatakannya pada putri, namun putri buru-buru pergi karena ratu mendadak jatuh sakit. Telik sandi menulis pesan di secarik kertas lalu menyelipkannya pada kitab yang biasa putri baca. Put
"Lancang ..." teriak ibu suri.Ratu Pancawati hanya tertunduk saat ibu suri meneriakinya seperti itu. Ibu mertuanya itu sangat marah karena ratu telah menentukan perjodohan Putri Sekar Ayu tanpa meminta pendapat ibu suri terlebih dahulu. Ibu suri tak suka melihat ratu bertindak semaunya sendiri di istananya. Seharusnya ialah yang lebih berhak menentukan masa depan putri termasuk menentukan dengan siapa ia menikah kelak."Kau tak bisa memaksakan pada siapa ia harus jatuh cinta," bela ibu suri masih dengan meninggikan suaranya."Tapi ia hanya seorang pengawal, Ibu.""Aku juga hanya seorang anak petani sebelum menjadi ratu di kerajaan ini."Ratu Pancawati terhenyat saat mendengar jawaban ibu suri. Ia baru sadar kalau kata-katanya telah menyinggung perasaan mertuanya. Padahal dalam hati tak ada niat sedikitpun untuk menyinggung apalagi sampai mengungkit kembali latar belakang ibu suri. Ratu segera meminta maaf karena kata-katanya telah membuat ibu suri
Semua petinggi kerajaan sedang berkumpul di pendopo istana untuk menyambut kembalinya Pangeran Wiguna dari medang perang dalam upaya penaklukan wilayah selatan. Ia pulang membawa kemenangan besar dan membuat penguasa wilayah selatan bertekuk lutut di hadapannya. Akhirnya wilayah itu seutuhnya menjadi bagian dari Kerajaan Welirang setelah sebelumnya dikuasai oleh Kerajaan Paguh. Pangeran Wiguna memang dikenal sebagai ahli perang, kehebatannya dalam menaklukkan wilayah-wilayah di sekitar kekuasaan Kerajaan Welirang telah banyak diakui oleh kerajaan lain. Tak seorang pun berani mengusik Kerajaan Welirang selama Pangeran Wiguna masih panglima perang di sana. Namun pertemuan itu ternyata memiliki agenda lain di dalamnya. Keberhasilan Pangeran Wiguna akan dijadikan senjata untuk menyerang Putri Sekar Ayu oleh beberapa pihak guna melengserkan posisinya sebagai putri mahkota."Betapa beruntungnya Kerajaan Welirang memiliki Pangeran Wiguna," kata Patih Ambara, diikuti oleh beberapa pe
Galuh mengetuk pintu kamar Damar, ia membawakan racikan obat dari tabib istana. Putri memintanya memberikan ramuan itu secara diam-diam pada Damar untuk menyembuhkan lukanya. Galuh segera pergi setelah ramuan itu sampai di tangan Damar."Sampaikan terimakasihku pada putri," kata Damar menghentikan langkah Galuh. Galuh terkejut, bagaimana Damar bisa mengetahui asal ramuan itu sedangkan ia tak mengatakannya. Putri telah mewanti-wantinya untuk tidak mengatakan bahwa obat itu darinya."Damar, sebenarnya kesalahan apa yang telah kau perbuat pada putri ?" Galuh memberanikan diri bersuara karena sudah beberapa hari ia melihat hubungan mereka tak terlihat baik-baik saja. Galuh telah menyaksikan sendiri bagaimana kemarahan putri saat itu, jika bukan karena kesalahan besar putri tak akan semarah itu pada Damar."Kesalahanku terlalu besar untuk dimaafkan, Luh.""Segeralah meminta ampun. Aku tak bisa melihatnya putri seperti itu."Damar hanya
Para prajurit telah bersiap menunggu aba-aba dari Putri Sekar Ayu. Putri duduk di atas kudanya dengan pakaian perang serta busur dan pedang di tangannya. Jantungnya berdegup kencang, tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya ia sangat gugup menghadapi peperangan pertamanya. Bukan takut mati, ia hanya takut akan membawa banyak orang mati bersamanya. Putri mulai maragukan keputusan yang telah ia ambil, sudah benarkah jalan yang ia pilih. Jika sampai gagal, putri tak akan lagi punya muka untuk menghadapi kedua orang tuanya di alam baka kelak. Karena selain gagal menjaga tahta ia juga telah mengorbankan banyak orang bersamanya. Putri belum juga bergerak. "Gusti ..." kata Damar. Putri hanya diam sambil menatap nanar ke arah Damar. "Sudah saatnya." Damar memberi isyarat untuk segera menyerang karena mereka tak lagi memiliki banyak waktu. Putri kembali menatap musuh di hadapannya. Ia menarik nafas panjang untuk menyingkirkan semua ragu di dalam dirinya, k
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya