Galuh mengetuk pintu kamar Damar, ia membawakan racikan obat dari tabib istana. Putri memintanya memberikan ramuan itu secara diam-diam pada Damar untuk menyembuhkan lukanya. Galuh segera pergi setelah ramuan itu sampai di tangan Damar.
"Sampaikan terimakasihku pada putri," kata Damar menghentikan langkah Galuh. Galuh terkejut, bagaimana Damar bisa mengetahui asal ramuan itu sedangkan ia tak mengatakannya. Putri telah mewanti-wantinya untuk tidak mengatakan bahwa obat itu darinya.
"Damar, sebenarnya kesalahan apa yang telah kau perbuat pada putri ?" Galuh memberanikan diri bersuara karena sudah beberapa hari ia melihat hubungan mereka tak terlihat baik-baik saja. Galuh telah menyaksikan sendiri bagaimana kemarahan putri saat itu, jika bukan karena kesalahan besar putri tak akan semarah itu pada Damar.
"Kesalahanku terlalu besar untuk dimaafkan, Luh."
"Segeralah meminta ampun. Aku tak bisa melihatnya putri seperti itu."
Damar hanya
Para prajurit telah bersiap menunggu aba-aba dari Putri Sekar Ayu. Putri duduk di atas kudanya dengan pakaian perang serta busur dan pedang di tangannya. Jantungnya berdegup kencang, tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya ia sangat gugup menghadapi peperangan pertamanya. Bukan takut mati, ia hanya takut akan membawa banyak orang mati bersamanya. Putri mulai maragukan keputusan yang telah ia ambil, sudah benarkah jalan yang ia pilih. Jika sampai gagal, putri tak akan lagi punya muka untuk menghadapi kedua orang tuanya di alam baka kelak. Karena selain gagal menjaga tahta ia juga telah mengorbankan banyak orang bersamanya. Putri belum juga bergerak. "Gusti ..." kata Damar. Putri hanya diam sambil menatap nanar ke arah Damar. "Sudah saatnya." Damar memberi isyarat untuk segera menyerang karena mereka tak lagi memiliki banyak waktu. Putri kembali menatap musuh di hadapannya. Ia menarik nafas panjang untuk menyingkirkan semua ragu di dalam dirinya, k
Sleeep ...Anak panah itu melesat jauh mengenai sasarannya. Beberapa saat kemudian seorang prajurit ambruk sebelum sampai menusukkan pedangnya pada tubuh Damar, putri akhirnya bisa bernafas lega saat melihat Damar baik-baik saja. Sementara itu Damar masih terpaku. Ia mengira putri akan menghabisinya saat itu, namun ternyata anak panah itu justru putri arahkan pada musuh di belakangnya."Gusti ..." teriak Damar saat melihat putri kembali ambruk. Damar segera berlari untuk memastikan keadaannya."Gusti, baik-baik saja ?" Damar berusaha membantu putri."Aku tak apa," jawab putri sambil menghalau tangan Damar yang hendak membantunya berdiri. Damar segera menyingkirkan tangannya dengan canggung. Ia tak bermaksud membuat putri tak nyaman, ia hanya mengkhawatirkan keadaannya saja. Melihat putri terluka seperti itu membuatnya semakin merasa tak berguna."Terimakasih, Gusti telah menyelamatkan hamba.""Aku hanya tak ingin melihat prajuritku mat
Ibu suri kembali mengumpulkan orang-orangnya di istana untuk menggagalkan penobatan putri sebagai ratu, dewan kerajaan akan menjegal putri bagaimana pun caranya. Raja Widharma yang mendengar hal itu tak mau tinggal diam, ia mengadakan perundingan dengan dewan kerajaan untuk membela hak putri. "Putri Sekar Ayu memenangkan perang atas bantuan Pangeran Panca Bumi, Yang Mulia Prabu," kata salah satu dewan kerajaan. "Betul. Pasukan kita kocar-kacir dibawah komando Putri," timpal yang lain sambil senyum menghina. "Melawan Adipati Jagalan saja tak mampu apalagi jika menghadapi peperangan yang lebih besar nanti." "Putri tak pantas memimpin kerajaan ini, Yang Mulia." "Betul." "Betul." "Betul," kata dewan kerajaan yang lain sahut menyahut ikut menimpali. Suasana menjadi riuh oleh ocehan keresahan mereka. Lalu, Braaaaaak ... Suasana kembali tenang setelah Raja Widharma memukul keras meja pertemuan. Raja sangat marah saat m
Kerajaan Welirang mengadakan hajatan besar. Para raja dan bangsawan dari beberapa kerajaan datang memenuhi undangan untuk menyaksikan penobatan Putri Sekar Ayu sebagai ratu. Sesuai janjinya pada seluruh anggota kerajaan, jika ia berhasil memenangkan perang maka tak ada satu pun orang yang bisa menghentikannya untuk naik tahta. Walau demikian, masih banyak pihak yang berusaha menangguhkan kemenangannya, karena putri dianggap memenangkan perang bukan dengan usahanya sendiri melainkan atas bantuan Pangeran Panca. Juga, putri dianggap masih terlalu dini untuk memimpin sebuah kerajaan. Mereka khawatir kerajaan justru akan mengalami kemunduran jika pemerintahannya tak dijalankan dengan baik oleh pemimpin yang kompeten. Putri hampir menyerah menghadapi para pembencinya di istana, beruntung ia memiliki Raja Widharma sebagai sosok yang berperan besar atas penobatannya. Dan setelah melalui perdebatan panjang akhirnya Putri Sekar Ayu berhasil dinobatkan sebagai ratu kesembilan Kerajaan Weliran
Sebenarnya sudah lama ratu meminta Damar untuk menyelidiki beberapa dewan kerajaan yang telah ia tandai. Ratu sangat geram saat melihat laporan yang Damar berikan padanya. Dari sekian banyak nama tak ada seorang pun diantara mereka yang berkelakuan baik. Mereka berjudi, memeras, memanipulasi, serta menyelewengkan hasil pendapatan kerajaan yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat Welirang. Ratu sengaja diam agar mereka sedikit terlena, lalu jika waktunya sudah tepat ia akan menyingkirkan mereka para rayap yang diam-diam menggerogoti kerajaan itu."Katakan, berapa upeti yang kau bayar setiap bulan ?" tanya ratu pada pedagang di pasar."Ampun, lima kepeng emas, Yang Mulia Ratu.""Panggil petugas pengumpul upeti !!" perintah ratu lagi, lalu prajurit membawa seorang petugas pengumpul upeti masuk ke dalam ruang pertemuan. Pria itu terlihat sangat ketakutan saat didudukan di hadapan ratu."Benar kau meminta lima kepeng emas ?" tanya ratu sambil
Ratu tertawa puas sambil meneguk segelas minuman di tangannya. Di sekelilingnya para dayang tampak menjamunya dengan berbagai hidangan lezat, ia juga mengundang beberapa penari untuk memeriahkan suasana. Akhir-akhir ini ratu memang sering berpesta dan bersenang-senang. Ia menumpahkan segala keresahan dan sakit hatinya pada hal-hal yang menyenangkan. Ia merubah dirinya menjadi sosok yang dingin dan sedikit kejam. Dengan begitu orang-orang tak akan lagi bisa meremehkannya."Galuh, siapa dia ?" kata ratu mengarahkan pandangannya pada seorang pemuda tampan yang begitu menyita perhatian di pestanya."Hamba kurang tahu, Gusti.""Pergilah dan minta dia mendekat padaku."Galuh tampak ragu, perubahan di diri Ratu Sekar Ayu membuatnya takut. Sejak dinobatkan sebagai ratu, ia bukan lagi putri yang dulu ia kenal. Hilang sudah senyum yang selalu menghiasi wajahnya, kini senyum itu berubah menjadi tatapan dingin yang menakutkan. Galuh sangat merindukan cand
Suara pukulan besi memecah kesunyian malam desa Uling. Sudah beberapa hari ini warga tak bisa tidur dengan nyenyak karena mendengar suara pukulan itu siang dan malam. Sementara itu di rumahnya, Mpu Geger masih bergulat dengan palu dan tungku perapian. Bulir peluh yang jatuh tak lagi ia hiraukan, tangannya masih terus menempa besi dengan semangat berapi-api. Mpu Geger, pria tua itu sedang gigih membuat sebuah senjata yang ia namai dengan Keris Samber Nyowo. Konon kehebatan keris itu tak akan bisa tertandingi di seluruh tanah Jawa. Keris itu terbuat dari baja pilihan yang akan dilapisi dengan emas, ia akan sekokoh mahameru dan sekuat ombak pantai selatan. Senjata itu harus selesai pada saat purnama tiba, jadi Mpu Geger harus mengerahkan segala kemampuannya berjuang siang dan malam agar dapat segera menyelesaikannya. Saat lelah datang ia akan segera mengingat wajah Ratu Sekar Ayu untuk melecut kembali semangatnya. Wajah itu tak akan pernah ia lupakan, seseorang yang telah berani mengusik
"Ampun … ""Ampuni aku,” kata seorang pemuda sambil berlutut dan memohon ampun. Ia sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit akibat serangan bertubi-tubi yang diarahkan padanya, bahkan untuk berdiri saja ia sudah tak sanggup. Sekujur tubuhnya penuh luka, darah segar tampak mengalir menutupi sebagian wajahnya. Namun Damar tak bergeming, ia tak mau mengampuni pemuda itu. Damar masih terus memukulinya tanpa mempedulikan luka-luka di jari tangannya akibat terlalu keras menghajarnya.“Berani-beraninya kau menyentuh Ratu,” kata Damar mencengkeram leher pemuda itu sambil melayangkan pukulan lagi dan lagi.“Ampun …” Pemuda itu hanya meringis kesakitan menerima setiap pukulan yang Damar arahkan padanya.Dia adalah pemuda yang datang ke pesta ratu beberapa waktu yang lalu. Dari tangannya, ratu berhasil menemukan serbuk racun yang akan ia gunakan untuk menghabisi nyawa ratu. Setelah melakukan pengejaran selama
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya