"Ampun … "
"Ampuni aku,” kata seorang pemuda sambil berlutut dan memohon ampun. Ia sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit akibat serangan bertubi-tubi yang diarahkan padanya, bahkan untuk berdiri saja ia sudah tak sanggup. Sekujur tubuhnya penuh luka, darah segar tampak mengalir menutupi sebagian wajahnya. Namun Damar tak bergeming, ia tak mau mengampuni pemuda itu. Damar masih terus memukulinya tanpa mempedulikan luka-luka di jari tangannya akibat terlalu keras menghajarnya.
“Berani-beraninya kau menyentuh Ratu,” kata Damar mencengkeram leher pemuda itu sambil melayangkan pukulan lagi dan lagi.
“Ampun …” Pemuda itu hanya meringis kesakitan menerima setiap pukulan yang Damar arahkan padanya.
Dia adalah pemuda yang datang ke pesta ratu beberapa waktu yang lalu. Dari tangannya, ratu berhasil menemukan serbuk racun yang akan ia gunakan untuk menghabisi nyawa ratu. Setelah melakukan pengejaran selama
Damar dan anak buahnya mulai bergerak. Mereka mencari celah agar bisa memasuki rumah Jatisura tanpa menimbulkan keributan. Damar berbagi tugas, beberapa orang akan mengawasi di luar sedangkan ia dan beberapa orang lainnya akan mencari buku besar itu di dalam rumah. Malam itu Jatisura sedang berada di istana memenuhi panggilan ratu, jadi Damar memanfaatkan keadaan itu untuk memasuki rumahnya.Damar mengendap-endap masuk menyisir setiap sudut rumah setelah berhasil melumpuhkan para penjaga. Rumah itu tampak sepi sehingga Damar dan anak buahnya dapat leluasa mencari di berbagai tempat. Sekian waktu berlalu namun Damar tak kunjung menemukan buku itu. Hingga akhirnya Damar mendengar teriakan dari salah satu anak buahnya yang berada di luar.“Kejar dia !” teriak anak buah Damar setelah melihat dua anak perempuan berlari keluar dari rumah itu.Damar segera berlari keluar, ia turut mengejar kedua anak itu di antara gelapnya malam. Kaki kecil mereka ber
Para pejabat kerajaan telah berkumpul di aula besar pertemuan. Mereka tampak cemas menantikan kedatangan ratu. Jika ratu tiba-tiba meminta mereka semua untuk berkumpul seperti itu pasti sesuatu yang besar telah atau akan terjadi. Mereka semakin gusar saat ratu memasuki aula besar dengan sebuah buku besar di tangannya. Jatisura tampak sangat terkejut, mata pria itu terbelalak seolah tak percaya yang ia lihat itu nyata. Bagaimana bisa ratu memiliki buku besar itu padahal ia telah menyimpannya rapat-rapat di suatu tempat yang hanya diketahui oleh dirinya saja. Belum saatnya keberadaan buku itu terungkap ke publik, ia masih punya rencana besar dengan memanfaatkan keberadaannya. Jika ratu sampai membuka isi buku itu di hadapan semua orang maka semua usahanya akan sia-sia.Ratu duduk di singgahsananya. Ia tak ingin berlama-lama, ia panggil semua nama yang telah disebutkan di dalam buku besar itu. Ada lima orang pejabat yang namanya disebut, mereka berdiri menghadap ratu tanpa tahu
Acara penobatan segera dimulai. Ya, walau tak mendapat restu dari para pejabat kerajaan termasuk Raja Widharma, ratu tetap kukuh pada keputusannya untuk mengangkat Damar sebagai senopati agung. Bahkan karena perbedaan pendapat itu juga ratu mengirim paman dan bibinya untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa di Candi Pujon. Hal itu sudah biasa dilakukan oleh raja dan ratu yang menginginkan ketenangan batin setelah jabatannya diserahkan pada penerusnya. Namun kali ini tak seperti biasanya, lebih tepatnya itu adalah pengusiran secara halus yang dilakukan oleh ratu pada paman dan bibinya. Entahlah, ratu jadi tak bisa mempercayai siapapun di istananya, ia hanya percaya dengan dirinya sendiri.Tak disangka buku besar itu telah memuluskan jalan Damar untuk menguatkan posisinya di istana. Tak hanya Damar ratu pun memiliki maksud tersendiri dengan menggunakan buku besar itu. Ratu ingin menyibukkan Damar dengan urusan di istana, dengan begitu ia tak akan punya wakt
Malam telah tiba, Damar duduk di hadapan ratu dengan pikiran yang tak menentu. Ratu sedang membahas sesuatu yang penting tentang kerajaan, namun Damar tampak tak memperhatikan ucapan ratu. Kata-kata Wulansari tentang buku besar itu begitu mengganggu pikirannya. Jika Wulansari ternyata memang serius ingin membantu, maka ia akan kehilangan kesempatan emas itu jika tak datang menemuinya.“Bagimana menurutmu, Damar ?” kata ratu membuyarkan lamunannya.“Semua akan berjalan sesuai yang Gusti inginkan,” jawab Damar. Ratu dapat melihat kecemasan di wajah Damar, namun ia tak berani menanyakan alasan dibalik kecemasannya itu.Damar berjalan pulang setelah menyelesaikan semua urusannya di istana. Setelah beberapa saat berjalan akhirnya ia sampai di sebuah persimpangan, Damar tampak bingung menentukan arah. Kemana ia harus pergi, ke kiri melewati kegelapan ataukah ke kanan dengan jalan penuh penerangan. Ia berhenti sejenak, setelah beberapa saa
Kembali ke acara penobatan Damar sebagai senopati agung.Ratu menyematkan sebuah lencana kehormatan pada Damar sebagai tanda telah dikukuhkannya ia sebagai senopati agung. Semua pejabat istana berdiri untuk memberinya penghormatan. Mereka tak punya pilihan lain, selama mereka masih ingin merasakan empuknya kursi jabatan di kerajaan maka mereka harus tetap patuh dan tunduk pada titah ratu. Bukan hanya Damar, ada beberapa orang lagi yang dilantik pada hari itu. Mereka akan mengisi kekosongan jabatan yang telah ditinggalkan oleh Jatisura dan keempat mantan pejabat lainnya. Bukan hanya itu, ratu juga membawa kembali Senopati Ageng ke dalam istana. Ratu menjadikannya penasehat kerajaan sebagai bentuk penghormatan tertinggi atas jasa-jasanya selama ini.Sementara itu, ibu suri meninggalkan tempat duduknya karena tak sanggup lagi menyaksikan semua kekacauan itu terjadi di depan matanya. Masa kejayaannya telah berakhir setelah satu per satu kaki tangannya berhasil
Hujan sedang turun di langit malam kota Welirang. Sebenarnya Damar masih enggan untuk meninggalkan istana, namun ia harus segera kembali karena Utari pasti tengah menantikan kepulangannya. Setelah acara penobatan Damar sebagai senopati agung, Utari memutuskan untuk tinggal beberapa hari di istana. Malam ini adalah malam terakhirnya sebelum ia kembali ke desa, jadi Damar tak ingin membuatnya menunggu terlalu lama. Namun di tengah perjalanan pulang tanpa sengaja Damar melihat ibu suri dan beberapa orang pengawalnya berjalan di tengah kegelapan malam. Ibu suri berusaha menutupi dirinya dengan jubah panjang sambil sesekali memperhatikan keadaan sekitar, membuat Damar semakin yakin mereka sedang merencanakan sesuatu entah apa itu. Damar akhirnya mengikuti mereka setelah melihat gelagat aneh yang ibu suri tunjukkan.Setelah beberapa saat berjalan, mereka akhirnya berhenti di suatu tempat. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan setelah ibu suri menyodorkan sekant
Ratu Sekar Ayu sedang merapikan pakaiannya di depan cermin dibantu oleh Galuh dan beberapa dayang lainnya. Tak seperti biasanya, kali ini ia mengenakan pakaian pendekar dengan rambut terikat ke atas tanpa secuil perhiasan yang menghiasi rambut indahnya. Dalam hati Galuh bertanya-tanya, hendak kemanakah ratu pergi dengan pakaian itu ?“Wanita itu masih di istana ?” tanya ratu masih dengan memperhatikan dirinya di depan cermin.“Tadi pagi-pagi ia kembali ke desa, Yang Mulia,” jawab Galuh. Mereka sedang membicarakan Utari. Ratu tampak lega setelah Galuh memberitahukan kabar itu padanya. Dengan begitu ia bisa tenang saat pergi meninggalkan istana.Setelah kudanya siap, ratu segera meninggalkan kediamannya. Tak lupa ia bawa pedang di tangannya serta sebuah busur di belakang punggungnya. Ratu terlihat telah mempersiapkan perjalanan itu dengan matang.“Hamba datang menghadap, Yang Mulia.” Tiba-tiba seorang wanita berpaka
Ratu hanya bisa memejamkan mata saat Damar mulai mengayunkan pedang ke arahnya. Saat membuka mata, seekor ular besar telah tergeletak bersimbah darah di sampingnya. Ratu tak bisa berkata-kata, ia jatuh lemas bersandar di sebuah batang pohon dengan tubuh gemetaran saking terkejutnya. Damar segera berlari mendekati ratu, ia tak menyangka ratu akan seterkejut itu.“Maaf membuat Yang Mulia terkejut. Ada ular besar yang …” Damar berusaha menjelaskan situasi saat itu. Ia cemas melihat wajah ratu yang tampak pucat pasi.“Singkirkan ular itu …” kata ratu gemetaran.“I-iya …” Damar masih bingung harus berbuat apa.“Cepat singkirkan !!” kata ratu lagi sambil berteriak ketakutan di pelukan Damar. Ia memiliki ketakutan tersendiri terhadap ular, setiap kali ular datang pasti akan ada hal buruk yang terjadi. Seperti sebuah pertanda, kematian kedua orang tua dan juga kakak-kakanya semua ditandai
"Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda
Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc
Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal
Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p
Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.
Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal
Damar berangkat menuju Hutan Larangan dengan beberapa prajurit bersamanya.Perjalanan panjang melelahkan serta berbagai halangan yang menghadang tak menggoyahkan langkah Damar demi mendapatkan penawar racun itu. Tiga hari perjalanan yang biasanya ditempuh oleh kebanyakan orang, berhasil ia persingkat. Ia mengambil resiko besar mempertaruhkan diri membelah lebatnya hutan yang belum banyak terjamah oleh manusia. Bukan tanpa hambatan, sepanjang perjalanan mereka banyak menemui hal-hal ganjil yang tak masuk di nalar manusia. Mereka sempat melihat manusia berbadan ular, terkadang pasar di tengah hutan, bahkan istana emas dengan dayang-dayang cantik yang hampir saja menyilaukan mata para prajuritnya. Beruntung Damar dapat menyadarkan para prajurit sebelum mereka terjerumus ke dalam dunia mereka.Setelah melalui banyak rintangan, akhirnya Damar dan pasukannya sampai di lereng Hutan Larangan. Mereka segera memeriksa, menyebar ke berbagai arah untuk menemukan Bunga Geniri. Seki
Hari sudah menjelang petang saat Damar tiba di depan gerbang istana Welirang. Ia langsung dihadang oleh para penjaga yang sedang bertugas saat itu. Para penjaga sangat terkejut, setelah bertahun-tahun tak diketahui keberadaannya Damar tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Mereka semakin kaget saat mendapati Ratu Sekar Ayu terkulai lemah di atas kuda yang Damar naiki. Mereka menyangka Damar sedang menyandera ratu untuk tujuan tertentu. Kepala penjaga segera memerintahkan para prajurit untuk segera menyelamatkan ratu."Tunggu !! Ratu sedang membutuhkan pertolongan," teriak Damar, namun tetap tak digubris oleh para prajurit.Damar benar-benar kehilangan kesabaran, ia akhirnya nekat mendobrak gerbang istana lalu menerobos masuk ke dalam istana. Tak ada gunanya berdebat dengan para penjaga, keselamatan ratu jauh lebih penting baginya.Kuda itu terus melaju memasuki istana. Para penjaga pun tak tinggal diam, mereka mengejar Damar sehingga menimbulkan keributan di dalam
Ratu berjalan keluar dari pendopo kadipaten, langkahnya tiba-tiba terhenti, wajahnya sangat terkejut saat ia tanpa sengaja mendapati Utari berdiri di ambang pintu. Setelah bertahun-tahun menghilang tanpa jejak, bagaimana bisa ia bertemu dengannya lagi di Kadipaten Jagalan. Ratu benar-benar membeku melihat Utari berdiri di hadapannya.Tak hanya ratu, Utari pun sempat membeku beberapa saat. Jantungnya bergetar hebat saat berhadapan langsung dengan Ratu Sekar Ayu. Setelah sekian waktu berlalu, ratu masih tetap terlihat sama, wajah itu mengingatkannya kembali pada luka masa lalu, mengingatkan kembali pengkhianatan Damar dan semua penderitaannya. Utari semakin dengki melihat kecantikan Ratu Sekar Ayu, ingin rasanya ia cabik-cabik wajah orang yang sedang berdiri di hadapannya itu.Utari sebenarnya tak berniat menampakkan diri sebelum ambisinya terpenuhi. Ia ingin menjadikan dirinya sebagai kejutan terbesar saat ia berhasil membalas dendam pada ratu, namun karena kebencian ya