Share

Penyerangan

Penulis: Yumiharizuki
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-23 21:39:45

Waktu telah berganti menjadi pagi. Raja Giovanni sedikit pun belum beristirahat. Wajahnya terlihat kelelahan akibat banyak sekali peristiwa yang mendadak terjadi. Kepergian Jesper yang tidak diketahui juga menambah beban pikirannya saat ini.

Jesper satu-satunya orang kepercayaannya. Entah kemana Jesper pergi. Ia masih belum mendapatkan kabar mengenainya. Bagaimanapun prosesi pemakaman Ratu harus tetap dilaksanakan. Walaupun Jesper tidak hadir.

"Yang Mulia, semuanya sudah siap. Pemuka Keagamaan sudah hadir." salah seorang Pengawal melaporkan.

"Baik. Aku akan menemuinya, sekaligus memulai acaranya," jawab Raja pendek.

"Baik, Yang Mulia."

Sejujurnya Raja Giovanni benar-benar merasa lelah. Jika Jesper ada di sini, Jesper-lah yang akan mengatur dan melakukan semuanya. Namun kini, dia harus mengurus segalanya seorang diri. 

Raja berjalan cepat menyusuri koridor Istana dikawal oleh para Pengawal. Para Pelayan memberikan hormat ketika Raja Giovanni melewati mereka. Raja akhirnya sampai di sebuah Katerdal yang penuh dengan bunga dan lilin-lilin yang menyala. Saat itu, peti jenazah Ratu masih terbuka. Pemuka Keagamaan sedang memberkatinya.

Raja tersenyum tipis melihat wajah Ratu untuk terakhir kali. Jejak kengerian itu masih terlihat jelas di wajahnya. Raja lalu mengambil rangkaian bunga semak ungu dan menggenggamkannya di tangan Ratu. Berharap Ratu bisa tenang di kehidupan selanjutnya.

"Mari kita berangkat, Yang Mulia," kata Pemuka Keagamaan.

"Pengawal, angkat peti Ratu ke atas kereta kuda!" perintah Raja cepat.

Para Pengawal bergegas mengangkat peti kayu eboni itu pelahan menuju ke atas kereta kuda yang sudah menunggu di depan Katerdal.  Sementara Raja sudah bergegas menaiki kereta kudanya sendiri. Setelah semuanya siap, iringan kereta kuda tersebut bergerak menuju ke gerbang Istana. Namun Pengawal yang berjaga di pos depan belum membukakan gerbangnya.

Ternyata di depan gerbang masih terdengar suara dari Pengawal Kerajaan yang membacakan pengumuman terkait berita kematian Ratu.

"Kepergian Ibu dan Ratu Sunnmore kita tercinta akan menyisakan kesedihan mendalam untuk kita semua. Bersama dengan Putri perempuannya yang baru lahir."

Raja Giovanni turun dari kereta kudanya sejenak. Ia menghampiri seorang Pengawal yang berjaga di pos depan. Lalu mereka saling berbisik untuk mendiskusikan sesuatu.

"Bagaimana kondisi di sekitar? Belum terlihat tanda-tanda kedatangan mereka?" tanya Raja serius.

"Sejauh ini belum ada, Yang Mulia. Saya dan beberapa Pengawal Penjaga sudah mengamati situasi dari puncak menara. Namun belum terlihat kedatangan mereka," jelas Pengawal itu.

"Hmm ... ." Raja menautkan alisnya sambil memainkan janggutnya yang sudah agak beruban. "Semoga saja mereka tidak datang mengacau di saat kita sedang berduka. Tetaplah berjaga di sini."

"Baik, Yang Mulia." Pengawal tadi kemudian memberi sikap penghormatan.

Raja masuk kembali ke dalam kereta kudanya. Sementara sudah keluar perintah untuk membuka gerbang Istana. Iringan kereta kuda pun keluar dari Istana. Mereka disambut oleh isak tangis dan keriuhan rakyat yang sedari tadi sudah menunggu di luar Istana.

Semuanya bersedih terhadap kepergian sang Ratu. Ratu memang sosok yang begitu dicintai oleh Rakyat Sunnmore. Sehingga mereka semua merasakan kehilangan. Raja hanya menatap nanar ke arah luar. Pikirannya berkelana entah ke mana. Namun begitu kilasan menyeramkan kemarin berkelebat di kepalanya, ia lalu menggertakan giginya kesal.

Tempat pemakaman Ratu jaraknya cukup jauh dari Istana. Letaknya berada di lembah Romsdal yang alamnya masih sangat asri. Ratu memang berpesan ingin dikubur di lembah itu. Karena lembah itu adalah tempat yang disukai oleh Ratu semasa hidupnya dan dekat dengan tanah kelahirannya.

Jalur menuju kesana agak sulit jika ditempuh oleh kereta kuda. Rapatnya pepohonan membuat kereta kuda sulit untuk melintas. Sehingga beberapa kali perjalanan mereka tersendat. Matahari sudah berada di atas kepala, namun cuacanya masih terasa dingin dan gelap di dalam hutan.

"Berhati-hatilah. Percepat untuk menebang pohon yang menghalangi jalan," titah Raja sambil melihat kondisi dari kereta kuda.

Entah mengapa, Raja merasa gelisah. Perasaannya sangat tidak tenang. Pandangannya sudah mulai waspada terhadap sekitar. Takut-takut terjadi penyerangan secara tiba-tiba. Kekhawatiran Raja rupanya benar-benar terjadi. Ketika Pengawal terdepan berteriak memberi haluan.

"Lindungi Raja! Kita dikepung!"

Pengawal Kerajaan kini membentuk barikade untuk melindungi kereta kuda yang di tumpangi oleh Raja. Raja menanti dengan harap-harap cemas di dalam kereta kudanya. Sementara ia sama sekali tidak bisa melihat apa yang terjadi karena tertutupi oleh barikade.

Suara teriakan dan dentingan pedang menghiasi keheningan hutan itu. Raja sudah bersiap di tempatnya dengan pedang yang sudah berada di dalam genggaman. Perlahan-lahan, Raja membuka pintu kereta kudanya. 

"Yang Mulia, tetap berada di dalam saja!" seru seorang Pengawal yang menyadari jika Raja meninggalkan tempatnya.

"Aku harus bertarung," ucap Raja mantap. Ia mengambil posisi bersama Pengawalnya yang lain.

Ketika itu, dia melihat orang-orang berpakaian zirah menyerang pasukannya yang terdepan. Anehnya, kebanyakan dari mereka hanya bergerak ke area depan saja, tempat kereta kuda yang mengangkut peti mati Ratu berada. Raja pun mulai bergerak ke depan untuk menghalau orang-orang berpakaian zirah itu.

"Semuanya, mulai bergerak ke depan! Lindungi aku!" Raja memberikan komando.

Saat Raja mulai bergerak ke depan, barulah beberapa orang musuh mulai menyerang. Mereka seolah tak membiarkan Raja mendekat. Raja terus menyerang dengan sisa energi yang dimilikinya. Bahkan beberapa kali terkena serangan.

"Katakan apa maksud dan tujuanmu! Lagi-lagi dari Kerajaan Utara!" berang Raja sambil terus memainkan pedangnya.

"Anda tidak perlu tahu apa maksud dan tujuan kami!" balas orang yang melawan Raja itu. "Kami hanya menjalankan perintah dari Raja."

"Tidak masuk akal," desis Raja. Ia mulai menekan musuh ke arah belakang. Namun musuh berhasil bertahan dan membalikan keadaan.

"Jangan mengganggu pekerjaan kami, Baginda," tampik orang tadi. Dia berhasil melukai Raja di bagian bahunya.

Raja mengerang tertahan. Apalagi ketika orang itu kembali menusuknya. Raja jatuh terduduk, sementara orang tadi kemudian berlari dan menerobos masuk ke dalam kereta kuda Ratu. Ketika Pengawal hendak memberikan serangan, para musuh berbaju zirah juga membuat barikade untuk melindungi orang tadi. 

Tak lama kemudian, orang tadi keluar dari kereta kuda Ratu dan memberikan instruksi kepada pasukannya untuk mundur.

"Pasukan, mundur! Kembali ke Utara!" seru orang itu memberikan komando.

Pasukan berbaju zirah berbondong-bondong kabur meninggalkan tempat itu. Kini rombongan Raja ditinggalkan dengan kondisi terluka. Dengan sisa kekuatannya, Raja lalu berjalan terhuyung-huyung menuju ke kereta kuda Ratu. Ia begitu sedih ketika mendapati peti Ratu sudah terbuka. Kondisi jasad Ratu juga sudah berantakan, seperti habis digeledah.

"Bagaimana sekarang Yang Mulia? Apakah kita harus kembali?" tanya salah seorang Pengawalnya.

"Tidak. Kita akan tetap melakukan upacara pemakaman Ratu. Ayo kita bergerak," lirih Raja yang terlihat kecewa.

Rombongan itu melanjutkan kembali perjalanan yang terhambat akibat ulah para perusuh tadi. Setelah berjalan kurang dari setengah jam, akhirnya mereka sampai di lembah Romsdal. Raja berkeliling mencari tempat yang pas untuk membuat pemakaman. Dipilihlah tempat di bawah pohon dekat sungai sebagai lokasi makam Ratu.

"Selamat jalan, Ratuku," gumam Raja sambil menaburkan kelopak bunga di atas gundukan tanah basah di pemakaman itu.

Ratu kini sudah memiliki tempatnya sendiri di sana. Rombongan Kerajaan pun kembali ke Sunnmore. Masih menjadi tanya mengapa musuh tiba-tiba menyerang dan menggeledah peti mati Ratu. Yang pasti, Raja tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

                                    ***

Pasukan berbaju zirah besi telah kembali dari perjalanannya. Mereka lalu segera menghadap kepada Raja mereka. Seorang Pria paruh baya tengah menunggu kabar yang mereka bawa di singgasananya.

 "Hormat kami kepada Yang Mulia."

"Lalu, kabar apa yang bisa kalian informasikan kepadaku?" tanya Pria paruh baya itu tak sabar.

"Yang Mulia, ternyata yang meninggal hanyalah Ratu saja. Sedangkan Putrinya, kami sama sekali tidak menemukan jasadnya." lapor Utusan Kerajaan.

Raja terdiam lama sekali sebelum melanjutkan perkataannya. "Sudah kuduga. Pasti Raja Sunnmore sebenarnya menyembunyikan rahasia besar. Kalau begitu, perintahkan pasukan untuk mencari jejak Putrinya. Lalu terus amati keadaan."

"Baik, Yang Mulia."

Raja itu tersenyum puas. Semuanya semakin terasa menarik baginya. Tentu karena dia memiliki rencana yang bagus untuk bisa menaklukkan seluruh wilayah More.

Bab terkait

  • The Last King   Singgah

    Jesper membuka matanya perlahan. Ia mengerjap sedikit, berusaha mengembalikan kesadarannya kembali. Setelah ia sadar sepenuhnya, ia pun bangkit dari tempatnya. Dengan panik, ia lalu memeriksa kondisi di sekitarnya."Tuan Putri?" Jesper mencari bayinya dengan panik.Betapa leganya dia saat mendapati bayi kecil itu malah sedang bermain sendiri. Segera ia gendong bayi itu."Syukurlah kamu tidak terluka," ucap Jesper seraya bersyukur.Ia lalu melihat ke arah kudanya yang kini sedang berlari kecil seolah merasa gembira. "Kau sudah merasa lebih baik ya, Pil."Kuda itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Tuannya. Kuda itu meringkik berirama sesekali berdengus sambil terus berlari mengibaskan ekor dan mengangkat kaki depannya. Terlihat sekali jika kuda tersebut sedang bahagia. Jesper pun menyimpan bayinya ke keranjang bayi. Lalu ia mendekati kudanya untuk memeriksa kondisinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • The Last King   Laporan

    Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Raja tiba di Istananya ketika malam menjelang. Seluruh tubuhnya benar-benar lelah. Luka di bagian tubuhnya semakin lama membuatnya lemah. Ia bahkan harus dipapah oleh Prajuritnya untuk bisa masuk ke dalam Istana.Raja berbaring perlahan di atas ranjangnya. Sementara Tabib Istananya yang baru, mengobati lukanya dengan dedaunan tradisional yang dihaluskan."Aduh!" keluh Raja saat dedaunan basah itu ditempelkan pada lukanya."Mohon tahan sebentar lagi, Yang Mulia. Saya akan membebat tubuh anda dengan kain," kata Tabib itu.Raja berusaha menahan rasa sakit dan perih ketika Tabib mulai membebat tubuhnya dengan kain. Tabib Istana yang ini sungguh telaten dalam melakukan pekerjaannya. Tak membutuhkan waktu yang lama hingga dia selesai."Sudah, Yang Mulia," ucap Tabib Istana. Ia kemudian membereskan peralatannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • The Last King   Orang Asing

    "Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut bersamamu," tolak Jesper pada akhirnya. "Kami harus kembali melanjutkan perjalanan.""Kalian akan pergi ke mana?" tanya wanita tadi penasaran. "Sungguh, maksudku hanya Tuan dan bayi itu saja?""Ya," jawab Jesper cepat. "Kalau begitu selamat tinggal.""Anda serius? Bagaimana bisa Anda melakukan perjalanan panjang dengan bayi ini tanpa seorang pun yang menemani?" protes wanita tadi. Ia lalu segera menghalangi langkah Jesper. "Anda setega itu?""Apa maksudmu, Nona?" Jesper merasa tidak suka. Sejujurnya obrolannya dengan wanita itu sangat tidak jelas dan hanya menghabiskan waktunya saja."Maksudku, lihatlah bayi itu!" wanita itu kemudian beranjak menuju ke keranjang bayi. Ia lalu menggendong bayinya. "Kasihan sekali dia. Dia pasti merasa kedinginan dan lapar.""Letakan dia kembali! Jangan sentuh dia!" Jesper berusaha menghala

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • The Last King   Penyanderaan

    "Selamat pagi," sapa Brynja pagi-pagi sekali. Saat itu Jesper tidak menjawab sapaan pagi dari Brynja. Dia justru sibuk menguap beberapa kali."Kau sudah siap pagi-pagi sekali? Mau ke mana?" tanya Jesper sambil membereskan alas tidurnya yang berantakan.Brynja tidak langsung menjawab. Dia sibuk membuka jendela, membiarkan udara dingin masuk ke dalam rumah."Ke kebun. Sekaligus memerah susu kambing," jawab Brynja. Dia lalu keluar kamar dan mempersiapkan keranjang anyaman untuk sayuran dan gerabah tanah liat untuk susu perah."Bolehkah aku ikut?" tanya Jesper lagi."Boleh saja," kata Brynja enteng. "Aku memang butuh asisten untuk membawa hasil pertanian hari ini.""Kalau begitu ayo!" ajak Jesper cepat. Dia mengenakan lagi jubah hangatnya sebelum pergi.Mereka akhirnya berjalan membelah kabut, menuju ke perkebunan. Perkebunan itu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • The Last King   Kekacauan

    Brynja hanya bisa gemetar di tempatnya. Apalagi ketika ujung runcing pedang ditodongkan ke wajah pucatnya. Sosok di dalam zirah besi itu tidak berkata apapun sampai akhirnya ia memerintahkan Brynja yang sudah terikat itu diangkat ke atas kuda. "Kalian mau membawaku ke mana? Lepaskan!" Brynja berusaha memberontak lagi. "Bawa kami ke desamu!" perintah sosok yang membawanya. "Untuk apa? Di desaku tidak ada apapun yang bisa kalian ambil," tanya Brynja. "Antarkan kami, atau kulemparkan kau dari atas gunung!" ancam sosok berzirah itu lagi. "Ba-baiklah!" Brynja akhirnya menyanggupi keinginan mereka. Dia terpaksa melakukannya karena masih ingin tetap hidup. Sejujurnya dia sendiri tidak tahu apa maksud orang-orang itu menawannya dan ingin di antar ke desanya. "Ke arah mana?" tanya sosok berzirah yang sedang mengendalikan kudanya. "Em

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • The Last King   Penyesalan

    Pengawal Tertinggi tak banyak bicara setelah itu. Ia hanya mengajak Anak Buahnya untuk bergegas agar bisa kembali ke Sunnmore dengan cepat. Sepanjang perjalanan, dia berkutat dengan pikirannya sendiri. Bahkan ketika mereka beristirahat di depan api unggun pun, Pengawal Tertinggi sama sekali tidak membicarakan apa-apa soal kejadian tadi.Justru salah seorang Anak Buah dari Pengawal Tertinggi lah yang membahas pembicaraan mereka dengan Jesper tadi."Ketua, apakah Anda menyadari ucapan Sir Jesper tadi? Mengapa dia mengatakan soal Putri?" salah seorang Anak Buah membuka pembicaraan mereka."Ya. Aneh sekali. Bukankah Tuan Putri sudah meninggal saat dilahirkan oleh mendiang Yang Mulia Ratu?" timpal Anak Buahnya yang lain.Pengawal Tertinggi tidak menjawab apapun. Ia menatap lurus ke arah api yang berkobar. Larut dengan lamunannya sendiri. Kedua Anak Buahnya saling menatap bingung.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • The Last King   Berkunjung

    Raja Giovani menghela napas panjang. Sesungguhnya dia lega ketika mengetahui Putri semata wayangnya masih hidup dan dirawat dengan penuh kasih oleh Jesper. Sesal sudah hinggap di dalam hatinya. Ia masih tidak rela Jesper pergi darinya. Namun dia juga tidak dapat menghapuskan kebencian Jesper terhadap dirinya."Ah, semoga mereka akan baik-baik saja," harap Raja sambil menerawang jauh. "Semoga para kesatria berhasil menyampaikan pesanku untuk Jesper."Raja kembali memfokuskan dirinya dalam menyelesaikan gulungan perkamen di meja kerjanya. Ketika itu, suara ketukan pintu menginterupsinya."Yang Mulia, Raja Hrossbjörn telah datang," ucap Pengawal dari balik pintu. Membuat Raja Giovanni terkejut setengah mati."Apa? Kenapa beliau datang kemari tanpa memberitahu terlebih dahulu?" gerutu Raja dengan gusar. Ia segera membereskan meja kerjanya dan merapikan penampilannya sebelum memerintahkan Penga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • The Last King   Serigala

    Seekor serigala putih mengawal kawanannya menuju ke tempat persembunyian mereka di wilayah lembah Romsdall. Ketika sudah sampai di markas kelompok, para serigala itu lalu merubah diri mereka kembali menjadi sosok manusia. Seorang wanita menghampiri untuk menyambut kedatangan pasangannya. Wajahnya terlihat cerah begitu menemui sosok yang telah lama ditunggunya. "Leifr! Akhirnya kau datang!" seru wanita tadi dengan senang. "Ya. Aku sudah kembali, Aila," ucap Leifr sambil mengusap pipi Aila lembut yang langsung membuat Aila merona seketika. "Alpha sudah menunggu kedatanganmu," bisik Aila. Leifr hanya mengangguk mengerti. Leifr langsung bergegas menemui Alpha di dalam pack mereka. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang menyusui bayi laki-laki di pangkuannya. Sementara ia sendiri kepayahan dengan perut yang membuncit besar. Leifr lantas duduk di sebelahnya.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30

Bab terbaru

  • The Last King   Tawanan

    Raja Erasmus berhasil sampai ke Kerajan Utara kembali dalam waktu beberapa hari. Bagaikan panen besar, dia mendapat cukup banyak jarahan dari Lapland. Tentunya dia sudah mendapatkan bahan baku herbal untuk melupuhkan anima itu."Hati-hati dalam menyentuh tumbuhan beracun itu. Bisa-bisa nyawamu yang akan melayang!" perintah Raja Erasmus saat pengawalnya membereskan bunga bell jarahan di atas meja.Raja Erasmus cukup puas. Dia menemukan mantel serigala lainnya, lalu ada racikan salep untuk ritual dan alat-alat dari tembaga. Untuk dokumen sendiri, sebagian besar sudah hilang tidak bersisa. Namun dia menemukan perkamen yang terbuat dari kulit rusa berisi mantra dengan bahasa Kuno yang tidak dia mengerti."Hm...." Raja Erasmus berpikir keras.Raja Erasmus kembali mengecek dokumen rampasan dari Kerajaan Romsdallen. Terdapat rangkaian proses ritual untuk menjadi sesosok anima. "Jadi medium harus dilumuri badannya oleh salep racikan dari Dukun Suku. Sambil dibacai mantra, dia juga harus mema

  • The Last King   Terusir

    "DOBRAK!" Beberapa pengawal bahu membahu mendobrak pintu besar itu dengan kayu gelonggong besar. Suara dobrakan keras terdengar berkali-kali. Sementara di dalamnya, para serigala sudah bersiap. Barisan depan sudah berubah menjadi serigala, siap menerejang para penyusup. "Aila, cepat bawa rombongan yang tersisa pergi lewat jalur belakang. Bawa serta kedua adikmu ya," ucap Alpha dengan tatapan yang sedih. "Ibu, jangan katakan seperti itu. Ibu, kumohon! Kita bisa melalui ini," ucap Aila dengan mata yang berkaca-kaca. "Jaga adik-adikmu dan anggota yang lain. Cari tempat yang aman untuk kalian terus hidup," bisik alpha cepat. "Terutama Eirikr, karena dia adalah yang ditakdirkan." "Berjanjilah ibu akan menyusul," pinta Aila. Alpha hanya tersenyum semu. Sementara Leifr menoleh sedikit dengan tatapan sedih. "Pergilah, cepat!" komando Alpha begitu pintu depan berhasil didobrak. "Ayo pergi semuanya!" seru Aila sambil mengarahkan satu persatu anggotanya menyelamatkan diri. Sementara ia me

  • The Last King   Dikuntit

    Jalanan yang cukup berbatu, ditambah beban penumpang yang berat membuat kereta berguncang kecil dan berjalan dengan lambat. Pria tambun itu kerap menikmati perjalanan. Sementara kedua ketua regu sudah tidak sabar untuk menyelesaikan misi. "Masih seberapa jauh?" tanya ketua regu satu yang sudah pegal mengendalikan pelana. "Sebentar," sela pria tambun. Dia pun melongok melihat ke luar jendela kereta kencana. "Oke kita berhenti di dekat danau." Danau besar membentang luas di hadapan mereka. Kereta kuda pun berhenti di seberang danau. Dengan susah payah, pria tambun itu turun dari kereta kencana. "Terimakasih sudah mengantar. Sampai di sini, biar aku saja," ucap pria tambun itu sambil membungkukan badannya. "Oh baiklah Tuan." Mereka saling berpisah di sana. Pria tambun tadi sudah menanggalkan tali yang menambat perahu khusus untuk menyeberangi danau.&

  • The Last King   Siasat

    Leifr merasa bingung karena dia mendengar ada banyak derap lari kuda. Berselingan dengan suara lolongan serigala. Ketika ia menoleh ke belakang, ternyata ada banyak serigala lain yang berlari di belakang mereka. "Apa yang terjadi?" batin Leifr. Pertanyaannya terjawab saat derap lari kuda itu semakin dekat. Bukan hanya satu, tapi sepasukan berkuda tengah mengejar para kawanan serigala. "Celaka!" Leifr kini mulai panik. Leifr dan kedua kawannya ikut berlari di antara desakan serigala lain yang berbondong-bondong saling mendahului. Lecutan panah menghiasi udara. Satu persatu mengenai bagian tubuh serigala yang sedang berlari. "Jangan hamburkan anak panahmu seperti itu!" teriak ketua regu tiga kepada anak buahnya. "Maaf Tuan," kata anak buahnya yang bertugas sebagai pembidik. "Untuk persembahan kepada Yang Mulia, bawa seri

  • The Last King   Interogasi

    Ketika langit masih gelap, rombongan Aila dan kawanannya mulai berangkat. Aila yang saat itu tidak bisa bertransformasi terpaksa harus menunggangi salah satu temannya sampai ke dekat perbatasan. Aila saat itu menutup dirinya rapat dengan jubah panjang. Karena seluruh tubuhnya masih dipenuhi bulu. Untung saja di wilayah perbatasan tidak ada prajurit. Tentu karena mereka pikir wilayah perbatasan dijaga oleh kawanan serigala sehingga aman meninggalkannya sampai besok pagi. Kedatangannya disambut oleh Alpha. Alpha sangat terkejut dengan penampilan Aila saat itu. "Aila, apa yang terjadi?" "Berrant tertangkap oleh pemburu wilayah Utara. Mereka menggunakan ramuan pelumpuh sehingga Berrant berhasil ditaklukan." Aila menanggalkan mantelnya. Kini bulunya tersisa sebagian. Alpha memeriksanya takjub. "Kamu mencium aroma herbal si pemburu?" tanya Alpha lagi sa

  • The Last King   Pengkhianat Suku

    Leifr dan anak kepala dukun segera mendatangi kerumunan. Rupanya kepala dukun sedang berdebat dengan seorang anggota sukunya. "Kau pikir apa yang telah kau lakukan adalah hal yang baik?" bentak kepala dukun meradang. Laki-laki yang tengah berhadapan dengan kepala dukun itu malah tertawa terbahak. Dia malah terlihat menantang kepala dukun. "Apa aku tidak salah dengar? Lihat apa yang sudah aku bawa untuk kalian. Bukankah ini sebuah pencapaian besar?" ujar laki-laki itu bangga. "Pencapaian untuk membuat suku kita semakin terseret ke dalam bahaya," lanjut kepala dukun dengan skeptis. "Jangan munafik ketua! Kita sudah terlalu lama menutup diri dari dunia luar. Kita tidak memiliki apa-apa! Mau sampai kapan?" kata laki-laki tadi tidak terima. "Sampai seumur hidupku, tak akan kubiarkan suku ini berada dalam bahaya!" tantang kepala dukun yakin.

  • The Last King   Tertangkap

    Para pasukan yang tak terlihat masih menghujani serigala tadi dengan anak panah. Serigala tersebut terlalu kuat. Tak ada bagian tubuhnya yang terkena anak panah. "Bagaimana ini? Kenapa masih belum terluka?" Pemburu itu kini mulai panik. Padahal tinggal sedikit lagi dia bisa menangkap serigala itu. Serigala tersebut malah semakin ganas. Ia porak porandakan semua yang ada di sana. Serigala itu meraung memamerkan deretan gigi-gigi berliur yang tajam. Serigala pun mulai berlari, hendak menerekam regu pemburu. Semua orang disana mulai panik. Tiba-tiba datanglah pasukan berkuda yang langsung melilitkan rantai ke tubuh serigala besar itu. Mereka berbondong-bondong saling bekerja sama untuk melumpuhkan serigala yang kuat itu. "Tarik!" perintah ketua regu satu dan dua yang diutus oleh Raja Erasmus. Anggota regu lalu berusaha menarik serigala itu agar bisa tumbang di

  • The Last King   Perburuan Serigala

    Raja Erasmus terpikirkan sebuah ide yang gila. Dia berpikir untuk menjadikan serigala yang dia tawan sebagai peliharaannya. Namun saat ini terlalu berbahaya untuk itu. Dia masih harus mencari cara untuk menaklukan serigala tersebut. Sementara masih belum banyak petunjuk yang dia temukan mengenai anima. Mungkin baru sepersekian info saja yang dia dapat. Raja Erasmus semakin gencar melakukan pencarian terhadap serigala abu raksasa yang sangat langka itu. Sudah berkali-kali ia merekrut pemburu handal dari dalam negeri. Namun tak ada seorang pun yang mendapatkan serigala yang dia cari. Hampir seluruh pelosok di telusuri. Namun tak membuahkan hasil. "Lalu, mana hasil tangkapanmu?" tanya Raja Erasmus tidak sabar. Suaranya yang menggelegar membuat pemburu yang ada di hadapannya menciut nyalinya. "Ma- maaf Yang Mulia. Tapi saya tidak dapat menemukan lagi serigala di sepanjang wilayah Utara," jelas pe

  • The Last King   Eksperimen

    Penasihat Kerajaan Romsdall lalu menyerahkan sebuah perkamen kepada Raja Giovanni. Raja Giovanni menerimanya dan merasa tergetar hatinya. Tulisan ayahnya saat itu terlihat begitu tergesa dan tegas, menggambarkan bagaimana perasaannya sebelum terbunuh. Ada banyak bercak darah di perkamen itu. "Aku akan menggantikan posisi ayahku," tegas Raja Giovanni. "Seperti yang ayah inginkan." Penasihat Kerajaan tercengang dengan kemantapan hati dari Raja Giovanni. Padahal dia tahu persis jika sejak awal Raja Giovanni tidak ingin menggantikan posisi Ayahnya. Apalagi dia harus memegang seluruh Wilayah More yang begitu luasnya. Bukan hanya satu wilayah Earldom seperti sebelumnya. "Apakah Anda yakin dengan keputusan ini?" tanya Penasihat Kerajaan lagi. "Paman pasti tahu persis bagaimana perasaanku. Namun aku tak memiliki pilihan lain," jawab Raja Giovanni apa adanya. Penasihat Kerajaan

DMCA.com Protection Status