Share

Penyanderaan

Penulis: Yumiharizuki
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 10:05:04

"Selamat pagi," sapa Brynja pagi-pagi sekali. Saat itu Jesper tidak menjawab sapaan pagi dari Brynja. Dia justru sibuk menguap beberapa kali. 

"Kau sudah siap pagi-pagi sekali? Mau ke mana?" tanya Jesper sambil membereskan alas tidurnya yang berantakan.

Brynja tidak langsung menjawab. Dia sibuk membuka jendela, membiarkan udara dingin masuk ke dalam rumah.

"Ke kebun. Sekaligus memerah susu kambing," jawab Brynja. Dia lalu keluar kamar dan mempersiapkan keranjang anyaman untuk sayuran dan gerabah tanah liat untuk susu perah.

"Bolehkah aku ikut?" tanya Jesper lagi. 

"Boleh saja," kata Brynja enteng. "Aku memang butuh asisten untuk membawa hasil pertanian hari ini."

"Kalau begitu ayo!" ajak Jesper cepat. Dia mengenakan lagi jubah hangatnya sebelum pergi.

Mereka akhirnya berjalan membelah kabut, menuju ke perkebunan. Perkebunan itu cukup luas, sebagian besar didominasi oleh sayuran. Sedikit lahan untuk menanam gandum. Di sisi kirinya ada kandang kambing dan domba. Brynja mulai memetik sayuran hijau terlebih dahulu.

"Tuan, bantu aku memerah susu kambing ya. Aku sering kali merasa kesulitan dalam memerah. Kambing sulit sekali dijinakkan," pinta Brynja.

"Baiklah." ada nada tidak yakin dalam ucapan Jesper. Namun dia tidak berani membantah. 

Ia segera pergi ke kandang kambing dan berusaha untuk memerah susu kambing. Jesper merasa kesulitan melakukannya apalagi baru pertama kali. Aroma kandang yang sangat bau, dan juga kambing yang begitu aktif membuat susunya berceceran. Jesper harus mengejar kambing-kambing yang kabur. Sungguh hal itu menghilangkan kewarasannya.

Jesper baru selesai mengumpulkan air susu dengan waktu yang sangat lama. Ia kembali ke perkebunan saat Brynja sudah menyimpan keranjang berisi sayuran dan buah ke atas gerobak kayunya. Brynja tertawa melihat kondisi Jesper yang sangat berantakan.

"Hahaha! Apa yang telah terjadi, Tuan?" Brynja tak bisa menahan tawanya. Jesper membalas dengan ekspresi sebalnya.

"Kurasa aku tidak mau lagi melakukan ini," cetus Jesper sebal.

"Kenapa? Kupikir Tuan sudah terbiasa melakukannya," celetuk Brynja masih dengan tawa yang mengambang di wajahnya. "Memangnya Tuan belum pernah memerah susu kambing sebelumnya?"

"Tidak," ucap Jesper pendek. Ia lalu menyimpan satu gerabah air susu kambing. Ternyata masih ada dua gerabah besar lagi yang harus terisi. "Lagi?"

"Tidak perlu. Biar aku saja," ujar Brynja kemudian. Ia segera mengambil satu gerabah. "Tuan kerjakan hal yang lain saja."

"Apa?" Jesper malah terus bertanya.

"Memberikan makan ternak misalnya," tunjuk Brynja. "Ah iya! Jangan lupa untuk mengambil wool juga. Penjahit di Grythe sedang membutuhkan wool yang cukup banyak."

"Hahhh, baiklah," keluh Jesper yang sebetulnya malas melakukan itu semua. Namun dia tak punya pilihan lain. Ia harus sedikit membalas budi untuk orang yang sudah membantunya. 

Kini, Jesper harus memberikan rumput segar untuk para domba. Juga kembali menangkap domba yang sedang makan untuk digunting bulu woolnya. Ia memasukan gumpalan wool ke dalam karung dan mengangkatnya ke atas gerobak juga. Ia berhasil mengumpulkan tiga karung besar untuk dibawa ke penjahit.

Ketika hampir tengah hari, mereka baru siap dengan barang bawaan mereka. Brynja bersiap untuk mengantar barangnya ke pasar rakyat. Namun dia terlihat begitu kesulitan mendorong gerobaknya. Melihat itu semua, Jesper merasa tidak tega. Ia memutuskan untuk membantunya.

"Aku saja yang mengantarkan barangnya," tawar Jesper.

"Kalau Tuan yang pergi, apakah Tuan tahu ke mana harus mengantarkannya?" sela Brynja.

"Tidak. Kalau begitu kita pergi bersama," desak Jesper lagi. 

"Lalu Elleonora, apakah kita harus meninggalkannya di rumah?" tambah Brynja lagi. Membuat Jesper langsung terdiam.

"Tidak mungkin aku meninggalkannya begitu saja. Lalu bagaimana?" Jesper mulai merasa bingung.

"Begini saja. Aku akan menitipkan Elleonora ke tetangga kita. Lagipula kita tidak akan pulang terlalu lama," usul Brynja.

"Baiklah." Jesper terpaksa menyetujui usul Brynja tersebut. Padahal hatinya merasa tidak tenang jika harus membiarkan Putri dititipkan kepada orang lain. Namun dia tidak memiliki pilihan.

Akhirnya mereka menitipkan Elleonora kepada tetangga yang cukup dekat. Seorang nenek berusia hampir enam puluh tahun yang bersedia mengurus Elleonora untuk sementara. Brynja dan Jesper lalu bergegas pergi dan berjanji akan menjemput Elleonora sebelum malam datang.

Perjalanan yang cukup menyita tenaga. Mereka sampai di pasar rakyat ketika tengah hari. Udara sedang cukup panas. Namun pasar itu begitu ramai oleh pembeli. Brynja lalu mengajak Jesper ke kios sayuran dan kedatangan mereka disambut oleh amukan dari pemilik kios.

"Pergilah! Aku tidak mau membeli sayuranmu!" usir pemilik kios.

"Tapi aku sudah menepati janji! Sayuran hijau dengan jumlah yang lebih banyak!" seru Brynja kesal.

"Tapi kau terlambat! Pembeliku sudah pergi dan tidak jadi membeli sayuranmu! Aku kan sudah mengatakan jika sayuran itu harus diantarkan pagi-pagi sekali!" sembur pemilik kios dengan tatapan tajamnya. "Sudah sana pergi! Lain kali saja!"

"Ayo pergi," desis Brynja sambil berusaha menahan emosinya. Akhirnya dia dan Jesper menepi di tengah keramaian itu. 

Dengan putus asa, Brynja mencoba menjajakan sayurannya kepada pejalan kaki yang lewat. Namun tidak ada yang membeli sayurannya.

"Bagaimana ini?" desah Brynja bingung. Jesper memperhatikannya dengan iba.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Jesper lagi.

"Aku harus menjual semua sayuran dan buah-buahan ini. Kita tidak mungkin membawanya kembali," jelas Brynja dengan lesu. "Tapi kalau sudah siang begini, jarang orang yang mau membeli."

"Kalau begitu, biar aku saja yang membelinya. Berapa harganya?" Jesper dengan senang hati merogoh kantung uang miliknya. Namun ditolak oleh Brynja.

"Tidak perlu. Simpan saja uang Tuan. Tuan lebih membutuhkan uang itu daripada aku," tolak Brynja halus. Ia lalu membawa dua gerabah berisi susu kambing dan mengantarkannya ke penginapan. "Tuan tunggu di sini."

Dengan patuh, Jesper diam di tepian jalan menunggu Brynja kembali. Brynja bolak-balik mengantarkan gerabahnya ke penginapan. Hingga akhirnya dia kembali dengan senyuman di wajahnya.

"Akhirnya aku berhasil mendapatkan uang," ujar Brynja puas. "Seratus lima puluh Pening."

"Untunglah!" Jesper ikut merasa gembira. "Berarti tinggal menjual sayuran dan buah ini ya?"

"Ah, dan juga wool ini. Kalau begitu, aku pergi dulu ke Kota Grythe. Tuan tolong bantu aku untuk menjual sisa bawaan kita hari ini," tambah Brynja.

"Grythe? Bukankah letaknya cukup jauh dari sini?" sanggah Jesper cepat. "Biar aku antar!"

"Jangan. Aku akan naik kereta kuda sewaan. Tuan tunggu di sini saja," tolak Brynja lagi. "Nah itu kereta kudanya sudah datang!"

Sebuah kereta kuda berhenti di depan mereka. Brynja lalu menaikan tiga karung besar wool. Lalu ia pun duduk diantaranya. Ia melambaikan tangan kepada Jesper dan tak lama setelahnya kereta kuda itu pun pergi.

Jesper menatap ke arah kereta kuda yang sudah menjauh. Entah mengapa perasaannya agak khawatir. Ia takut jika terjadi sesuatu terhadap Brynja di tengah perjalanannya. Apalagi kota yang Brynja datangi itu jauh letaknya. Jesper berusaha percaya jika Brynja akan baik-baik saja. Dia berusaha untuk menjual sayuran dan buah yang masih belum laku dijual.

                                    ***

"Nyonya, kemana tujuan Anda?" tanya Pengemudi kereta kuda.

"Antarkan aku ke Kota Grythe. Aku mau bertemu Nyonya Freyja, penjahit di sana." Brynja menjelaskan maksud dan tujuannya. Pengemudi kereta kuda hanya mengangguk tanpa menjawab.

Mereka melewati jalanan sempit yang cukup berbatu sehingga kereta kuda itu bergoyang berkali-kali. Jalur yang mereka tempuh adalah area perhutanan yang hanya dibuka sebagai jalur transportasi darat. Tidak ada penduduk yang tinggal di sana. Di sekeliling mereka hanya ada pepohonan.

Brynja cukup lelah dengan kegiatannya hari ini. Ia bermaksud untuk beristirahat sejenak di tengah perjalanannya. Namun suara berisik terdengar di luar. Ringkikan kuda terdengar nyaring, mengakibatkan gerbong kereta kuda condong ke belakang.

"Aaaaaargh!" 

Tak lama kemudian terdengar teriakan memilukan dari luar. Brynja kini merasa panik apalagi saat kereta kudanya mulai miring.

"Apa yang terjadi? Pak Kusir? Apakah semua baik-baik saja?" teriak Brynja. "Aaaaaa!"

Suara gedebuk kencang terdengar disusul oleh kereta kuda yang jatuh ke sisi kiri. Brynja meringis karena tubuhnya menghantam bagian dari gerbong dengan cukup keras. Perlahan, ia merangkak dan keluar dari kereta kuda itu. Brynja berhasil ada di luar dengan susah payah.

"Pak Kusir?" tanya Brynja perlahan. "Oh Dewa!"

Didapatinya kondisi Kusir kereta kuda itu sudah tewas di tempat dengan luka di bagian dada. Nasib yang sama juga dialami oleh kudanya yang tumbang akibat sayatan pedang. Brynja merasa gemetar. Hal itu mengingatkannya dengan kematian suaminya dahulu.

Brynja merasa otaknya beku. Ia ingin secepatnya kabur dari sana, namun kakinya seolah kaku tak bisa bergerak. Tiba-tiba dari kegelapan muncul sekelompok orang dengan pakaian zirah besi lengkap menutupi tubuhnya. Mereka langsung menangkap Brynja dan menawannya.

"Tolong! Lepaskan aku! Aku tidak bersalah!" teriak Brynja semakin menjadi.

"Diam atau kami bunuh!" ancam salah seorang berzirah yang menawannya.

Bab terkait

  • The Last King   Kekacauan

    Brynja hanya bisa gemetar di tempatnya. Apalagi ketika ujung runcing pedang ditodongkan ke wajah pucatnya. Sosok di dalam zirah besi itu tidak berkata apapun sampai akhirnya ia memerintahkan Brynja yang sudah terikat itu diangkat ke atas kuda. "Kalian mau membawaku ke mana? Lepaskan!" Brynja berusaha memberontak lagi. "Bawa kami ke desamu!" perintah sosok yang membawanya. "Untuk apa? Di desaku tidak ada apapun yang bisa kalian ambil," tanya Brynja. "Antarkan kami, atau kulemparkan kau dari atas gunung!" ancam sosok berzirah itu lagi. "Ba-baiklah!" Brynja akhirnya menyanggupi keinginan mereka. Dia terpaksa melakukannya karena masih ingin tetap hidup. Sejujurnya dia sendiri tidak tahu apa maksud orang-orang itu menawannya dan ingin di antar ke desanya. "Ke arah mana?" tanya sosok berzirah yang sedang mengendalikan kudanya. "Em

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • The Last King   Penyesalan

    Pengawal Tertinggi tak banyak bicara setelah itu. Ia hanya mengajak Anak Buahnya untuk bergegas agar bisa kembali ke Sunnmore dengan cepat. Sepanjang perjalanan, dia berkutat dengan pikirannya sendiri. Bahkan ketika mereka beristirahat di depan api unggun pun, Pengawal Tertinggi sama sekali tidak membicarakan apa-apa soal kejadian tadi.Justru salah seorang Anak Buah dari Pengawal Tertinggi lah yang membahas pembicaraan mereka dengan Jesper tadi."Ketua, apakah Anda menyadari ucapan Sir Jesper tadi? Mengapa dia mengatakan soal Putri?" salah seorang Anak Buah membuka pembicaraan mereka."Ya. Aneh sekali. Bukankah Tuan Putri sudah meninggal saat dilahirkan oleh mendiang Yang Mulia Ratu?" timpal Anak Buahnya yang lain.Pengawal Tertinggi tidak menjawab apapun. Ia menatap lurus ke arah api yang berkobar. Larut dengan lamunannya sendiri. Kedua Anak Buahnya saling menatap bingung.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • The Last King   Berkunjung

    Raja Giovani menghela napas panjang. Sesungguhnya dia lega ketika mengetahui Putri semata wayangnya masih hidup dan dirawat dengan penuh kasih oleh Jesper. Sesal sudah hinggap di dalam hatinya. Ia masih tidak rela Jesper pergi darinya. Namun dia juga tidak dapat menghapuskan kebencian Jesper terhadap dirinya."Ah, semoga mereka akan baik-baik saja," harap Raja sambil menerawang jauh. "Semoga para kesatria berhasil menyampaikan pesanku untuk Jesper."Raja kembali memfokuskan dirinya dalam menyelesaikan gulungan perkamen di meja kerjanya. Ketika itu, suara ketukan pintu menginterupsinya."Yang Mulia, Raja Hrossbjörn telah datang," ucap Pengawal dari balik pintu. Membuat Raja Giovanni terkejut setengah mati."Apa? Kenapa beliau datang kemari tanpa memberitahu terlebih dahulu?" gerutu Raja dengan gusar. Ia segera membereskan meja kerjanya dan merapikan penampilannya sebelum memerintahkan Penga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • The Last King   Serigala

    Seekor serigala putih mengawal kawanannya menuju ke tempat persembunyian mereka di wilayah lembah Romsdall. Ketika sudah sampai di markas kelompok, para serigala itu lalu merubah diri mereka kembali menjadi sosok manusia. Seorang wanita menghampiri untuk menyambut kedatangan pasangannya. Wajahnya terlihat cerah begitu menemui sosok yang telah lama ditunggunya. "Leifr! Akhirnya kau datang!" seru wanita tadi dengan senang. "Ya. Aku sudah kembali, Aila," ucap Leifr sambil mengusap pipi Aila lembut yang langsung membuat Aila merona seketika. "Alpha sudah menunggu kedatanganmu," bisik Aila. Leifr hanya mengangguk mengerti. Leifr langsung bergegas menemui Alpha di dalam pack mereka. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang menyusui bayi laki-laki di pangkuannya. Sementara ia sendiri kepayahan dengan perut yang membuncit besar. Leifr lantas duduk di sebelahnya.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • The Last King   Dendam

    Raja Erasmus sudah hampir tiba di Kerajaan Utara. Namun tiba-tiba ia mengubah haluan iringan Pasukannya. "Ganti haluan! Kita pergi ke Makam Raja!" seru Raja Erasmus sambil membelokkan kudanya, disusul oleh pasukan berkudanya yang lain. Mereka akhirnya pergi menuju ke area pemakaman khusus Kerajaan Utara yang jaraknya sekitar 1 mil dari kastil. Pemandangan hutan dan landscape fyord terlihat di daerah itu. Mereka berada di hamparan lembah luas yang dipenuhi oleh gundukan dan bendera Kerajaan Utara. Raja Erasmus turun dari kudanya. Ia beranjak ke sebuah makam besar yang terpahatkan nama Holgi di nisannya. Raja Erasmus berlutut dan memberikan penghormatan terhadap sosok Raja yang selalu ia kagumi. "Ayahandaku, aku datang untuk menghadapmu. Aku harap kau sedang bersenang-senang di Vahalla bersama Odin," ucap Raja Erasmus. "Maaf karena aku baru berkunjung. Setelah terakhir kali aku datang selepas m

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-08
  • The Last King   Konspirasi

    Raja Erasmus masih terus berpikir keras. Dari sekian banyak hal yang dia tulis, hanya informasi mengenai Anima saja yang sama sekali belum dia pahami. Apalagi selagi hidup, ayahnya hanya menjejali dia dengan dongeng lama mengenai silsilah keluarga mereka. Tidak ada satu kata pun yang menyinggung mengenai Anima ini. "Ahh! Rasanya pikiranku sangat buntu! Apa hubungannya masalah Suku ini dengan Anima?" Raja Erasmus merasa gemas. "Sebentar." Raja Erasmus kembali menelusuri isi tulisannya. Lalu membaca ulang semuanya. "Garis besarnya, Ayahku hanya ingin berdamai memperbaiki Sukunya yang berpecah belah menjadi satu. Seluruh pemimpin Kerajaan di Norway ini merupakan 1 Suku dan bisa jadi 1 keturunan," gumam Raja Erasmus. "Ayah merupakan keturunan dari anggota Suku yang tidak sepaham dengan Kepala Suku. Sehingga leluhur kami memilih untuk melakukan ekspansi antar negara terutama melalui lautan." Raja

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • The Last King   Masalah

    Raja Erasmus segera mencari apa yang mungkin bisa ditemukan di ruangan Raja Hrossbjörn tadi. "Sial! Ke mana perginya!" hardik Raja Erasmus kesal. Ia sudah mengacak-acak seluruh ruangan tapi belum menemukan petunjuk. "Pasti dia menyimpan catatannya. Tidak mungkin tidak ada di sini." Raja Erasmus mengerang frustasi. Musuhnya tidak mungkin seceroboh itu meninggalkan dokumen berharga yang mudah ditemukan. Ia akhirnya duduk di ranjang Raja sejenak sambil terus berpikir. "Ayo pikirkan Erasmus! Kau pasti bisa mengetahui semuanya," gumam Raja Erasmus lagi. Kemudian dia teringat sesuatu. Ketika dulu dia dan Raja Giovanni masih berteman baik.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • The Last King   Raja Romsdallen

    Seperti yang telah mereka bicarakan, keesokannya rombongan serigala pergi ke wilayah Sunnmore. Mereka terdiri dari Alpha, Aila dan beberapa serigala lain. Ketika sudah hampir tiba dengan perbatasan, mereka langsung merubah diri menjadi manusia. "Kalian pendatang?" seorang Penjaga yang bertugas menjaga perbatasan menanyai mereka ketika rombongan itu mendekat. "Maaf wilayah kami belum terbuka untuk pendatang." "Maaf Tuan. Kami adalah utusan dari Kerajaan Romsdallen. Kami ingin bertemu dengan Raja Giovanni," ucap Alpha menjelaskan. Pengawal itu tampak meragukan mereka. Ia menilai penampilan mereka dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Kalian tampak seperti Suku Pedalaman. Kalian bukan mata-mata Utara kan?" selidik Pengawal tadi. "Tolong jangan bersikap tidak sopan ya! Izinkan kami lewat atau kau akan merasakan akibatnya!" ancam Aila yang sudah mulai naik darah. &nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12

Bab terbaru

  • The Last King   Tawanan

    Raja Erasmus berhasil sampai ke Kerajan Utara kembali dalam waktu beberapa hari. Bagaikan panen besar, dia mendapat cukup banyak jarahan dari Lapland. Tentunya dia sudah mendapatkan bahan baku herbal untuk melupuhkan anima itu."Hati-hati dalam menyentuh tumbuhan beracun itu. Bisa-bisa nyawamu yang akan melayang!" perintah Raja Erasmus saat pengawalnya membereskan bunga bell jarahan di atas meja.Raja Erasmus cukup puas. Dia menemukan mantel serigala lainnya, lalu ada racikan salep untuk ritual dan alat-alat dari tembaga. Untuk dokumen sendiri, sebagian besar sudah hilang tidak bersisa. Namun dia menemukan perkamen yang terbuat dari kulit rusa berisi mantra dengan bahasa Kuno yang tidak dia mengerti."Hm...." Raja Erasmus berpikir keras.Raja Erasmus kembali mengecek dokumen rampasan dari Kerajaan Romsdallen. Terdapat rangkaian proses ritual untuk menjadi sesosok anima. "Jadi medium harus dilumuri badannya oleh salep racikan dari Dukun Suku. Sambil dibacai mantra, dia juga harus mema

  • The Last King   Terusir

    "DOBRAK!" Beberapa pengawal bahu membahu mendobrak pintu besar itu dengan kayu gelonggong besar. Suara dobrakan keras terdengar berkali-kali. Sementara di dalamnya, para serigala sudah bersiap. Barisan depan sudah berubah menjadi serigala, siap menerejang para penyusup. "Aila, cepat bawa rombongan yang tersisa pergi lewat jalur belakang. Bawa serta kedua adikmu ya," ucap Alpha dengan tatapan yang sedih. "Ibu, jangan katakan seperti itu. Ibu, kumohon! Kita bisa melalui ini," ucap Aila dengan mata yang berkaca-kaca. "Jaga adik-adikmu dan anggota yang lain. Cari tempat yang aman untuk kalian terus hidup," bisik alpha cepat. "Terutama Eirikr, karena dia adalah yang ditakdirkan." "Berjanjilah ibu akan menyusul," pinta Aila. Alpha hanya tersenyum semu. Sementara Leifr menoleh sedikit dengan tatapan sedih. "Pergilah, cepat!" komando Alpha begitu pintu depan berhasil didobrak. "Ayo pergi semuanya!" seru Aila sambil mengarahkan satu persatu anggotanya menyelamatkan diri. Sementara ia me

  • The Last King   Dikuntit

    Jalanan yang cukup berbatu, ditambah beban penumpang yang berat membuat kereta berguncang kecil dan berjalan dengan lambat. Pria tambun itu kerap menikmati perjalanan. Sementara kedua ketua regu sudah tidak sabar untuk menyelesaikan misi. "Masih seberapa jauh?" tanya ketua regu satu yang sudah pegal mengendalikan pelana. "Sebentar," sela pria tambun. Dia pun melongok melihat ke luar jendela kereta kencana. "Oke kita berhenti di dekat danau." Danau besar membentang luas di hadapan mereka. Kereta kuda pun berhenti di seberang danau. Dengan susah payah, pria tambun itu turun dari kereta kencana. "Terimakasih sudah mengantar. Sampai di sini, biar aku saja," ucap pria tambun itu sambil membungkukan badannya. "Oh baiklah Tuan." Mereka saling berpisah di sana. Pria tambun tadi sudah menanggalkan tali yang menambat perahu khusus untuk menyeberangi danau.&

  • The Last King   Siasat

    Leifr merasa bingung karena dia mendengar ada banyak derap lari kuda. Berselingan dengan suara lolongan serigala. Ketika ia menoleh ke belakang, ternyata ada banyak serigala lain yang berlari di belakang mereka. "Apa yang terjadi?" batin Leifr. Pertanyaannya terjawab saat derap lari kuda itu semakin dekat. Bukan hanya satu, tapi sepasukan berkuda tengah mengejar para kawanan serigala. "Celaka!" Leifr kini mulai panik. Leifr dan kedua kawannya ikut berlari di antara desakan serigala lain yang berbondong-bondong saling mendahului. Lecutan panah menghiasi udara. Satu persatu mengenai bagian tubuh serigala yang sedang berlari. "Jangan hamburkan anak panahmu seperti itu!" teriak ketua regu tiga kepada anak buahnya. "Maaf Tuan," kata anak buahnya yang bertugas sebagai pembidik. "Untuk persembahan kepada Yang Mulia, bawa seri

  • The Last King   Interogasi

    Ketika langit masih gelap, rombongan Aila dan kawanannya mulai berangkat. Aila yang saat itu tidak bisa bertransformasi terpaksa harus menunggangi salah satu temannya sampai ke dekat perbatasan. Aila saat itu menutup dirinya rapat dengan jubah panjang. Karena seluruh tubuhnya masih dipenuhi bulu. Untung saja di wilayah perbatasan tidak ada prajurit. Tentu karena mereka pikir wilayah perbatasan dijaga oleh kawanan serigala sehingga aman meninggalkannya sampai besok pagi. Kedatangannya disambut oleh Alpha. Alpha sangat terkejut dengan penampilan Aila saat itu. "Aila, apa yang terjadi?" "Berrant tertangkap oleh pemburu wilayah Utara. Mereka menggunakan ramuan pelumpuh sehingga Berrant berhasil ditaklukan." Aila menanggalkan mantelnya. Kini bulunya tersisa sebagian. Alpha memeriksanya takjub. "Kamu mencium aroma herbal si pemburu?" tanya Alpha lagi sa

  • The Last King   Pengkhianat Suku

    Leifr dan anak kepala dukun segera mendatangi kerumunan. Rupanya kepala dukun sedang berdebat dengan seorang anggota sukunya. "Kau pikir apa yang telah kau lakukan adalah hal yang baik?" bentak kepala dukun meradang. Laki-laki yang tengah berhadapan dengan kepala dukun itu malah tertawa terbahak. Dia malah terlihat menantang kepala dukun. "Apa aku tidak salah dengar? Lihat apa yang sudah aku bawa untuk kalian. Bukankah ini sebuah pencapaian besar?" ujar laki-laki itu bangga. "Pencapaian untuk membuat suku kita semakin terseret ke dalam bahaya," lanjut kepala dukun dengan skeptis. "Jangan munafik ketua! Kita sudah terlalu lama menutup diri dari dunia luar. Kita tidak memiliki apa-apa! Mau sampai kapan?" kata laki-laki tadi tidak terima. "Sampai seumur hidupku, tak akan kubiarkan suku ini berada dalam bahaya!" tantang kepala dukun yakin.

  • The Last King   Tertangkap

    Para pasukan yang tak terlihat masih menghujani serigala tadi dengan anak panah. Serigala tersebut terlalu kuat. Tak ada bagian tubuhnya yang terkena anak panah. "Bagaimana ini? Kenapa masih belum terluka?" Pemburu itu kini mulai panik. Padahal tinggal sedikit lagi dia bisa menangkap serigala itu. Serigala tersebut malah semakin ganas. Ia porak porandakan semua yang ada di sana. Serigala itu meraung memamerkan deretan gigi-gigi berliur yang tajam. Serigala pun mulai berlari, hendak menerekam regu pemburu. Semua orang disana mulai panik. Tiba-tiba datanglah pasukan berkuda yang langsung melilitkan rantai ke tubuh serigala besar itu. Mereka berbondong-bondong saling bekerja sama untuk melumpuhkan serigala yang kuat itu. "Tarik!" perintah ketua regu satu dan dua yang diutus oleh Raja Erasmus. Anggota regu lalu berusaha menarik serigala itu agar bisa tumbang di

  • The Last King   Perburuan Serigala

    Raja Erasmus terpikirkan sebuah ide yang gila. Dia berpikir untuk menjadikan serigala yang dia tawan sebagai peliharaannya. Namun saat ini terlalu berbahaya untuk itu. Dia masih harus mencari cara untuk menaklukan serigala tersebut. Sementara masih belum banyak petunjuk yang dia temukan mengenai anima. Mungkin baru sepersekian info saja yang dia dapat. Raja Erasmus semakin gencar melakukan pencarian terhadap serigala abu raksasa yang sangat langka itu. Sudah berkali-kali ia merekrut pemburu handal dari dalam negeri. Namun tak ada seorang pun yang mendapatkan serigala yang dia cari. Hampir seluruh pelosok di telusuri. Namun tak membuahkan hasil. "Lalu, mana hasil tangkapanmu?" tanya Raja Erasmus tidak sabar. Suaranya yang menggelegar membuat pemburu yang ada di hadapannya menciut nyalinya. "Ma- maaf Yang Mulia. Tapi saya tidak dapat menemukan lagi serigala di sepanjang wilayah Utara," jelas pe

  • The Last King   Eksperimen

    Penasihat Kerajaan Romsdall lalu menyerahkan sebuah perkamen kepada Raja Giovanni. Raja Giovanni menerimanya dan merasa tergetar hatinya. Tulisan ayahnya saat itu terlihat begitu tergesa dan tegas, menggambarkan bagaimana perasaannya sebelum terbunuh. Ada banyak bercak darah di perkamen itu. "Aku akan menggantikan posisi ayahku," tegas Raja Giovanni. "Seperti yang ayah inginkan." Penasihat Kerajaan tercengang dengan kemantapan hati dari Raja Giovanni. Padahal dia tahu persis jika sejak awal Raja Giovanni tidak ingin menggantikan posisi Ayahnya. Apalagi dia harus memegang seluruh Wilayah More yang begitu luasnya. Bukan hanya satu wilayah Earldom seperti sebelumnya. "Apakah Anda yakin dengan keputusan ini?" tanya Penasihat Kerajaan lagi. "Paman pasti tahu persis bagaimana perasaanku. Namun aku tak memiliki pilihan lain," jawab Raja Giovanni apa adanya. Penasihat Kerajaan

DMCA.com Protection Status