Brynja hanya bisa gemetar di tempatnya. Apalagi ketika ujung runcing pedang ditodongkan ke wajah pucatnya. Sosok di dalam zirah besi itu tidak berkata apapun sampai akhirnya ia memerintahkan Brynja yang sudah terikat itu diangkat ke atas kuda.
"Kalian mau membawaku ke mana? Lepaskan!" Brynja berusaha memberontak lagi.
"Bawa kami ke desamu!" perintah sosok yang membawanya.
"Untuk apa? Di desaku tidak ada apapun yang bisa kalian ambil," tanya Brynja.
"Antarkan kami, atau kulemparkan kau dari atas gunung!" ancam sosok berzirah itu lagi.
"Ba-baiklah!" Brynja akhirnya menyanggupi keinginan mereka. Dia terpaksa melakukannya karena masih ingin tetap hidup. Sejujurnya dia sendiri tidak tahu apa maksud orang-orang itu menawannya dan ingin di antar ke desanya.
"Ke arah mana?" tanya sosok berzirah yang sedang mengendalikan kudanya.
"Em, itu ... ," Brynja merasa ragu.
"Cepat!" sentak sosok berzirah itu keras.
"Kanan!" seru Brynja tergesa.
Dengan cepat, sosok berzirah itu membelok kasar. Membuat kudanya meringkik dan Brynja hampir jatuh dibuatnya. Ia mulai memacu kuda itu disusul oleh sepasukan kecil berkuda di belakangnya.
***
Langit sudah mulai berganti senja. Jesper menghela napasnya panjang. Akhirnya setelah berjuang sekian lama, ada juga orang baik yang mau membeli barang dagangannya. Sebetulnya tidak semuanya berhasil terjual. Masih tersisa satu ikat kecil sayuran saja.
"Hari ini lumayan melelahkan. Ini semua hal yang baru untukku," gumam Jesper sambil menyeka keringatnya. "Sebentar lagi hari berganti malam. Tapi Brynja masih belum kembali. Apa dia sudah pulang ke rumah?"
Jesper lalu bergegas untuk kembali ke desa. Entah mengapa sejak Brynja pamit pergi, perasaannya menjadi tidak enak. Ia terpikirkan akan Putri kecilnya di rumah. Jesper berusaha setengah berlari sambil mendorong gerobak kayunya. Rasanya ia ingin secepatnya sampai ke desa.
Benar saja firasat buruknya. Ketika Jesper sampai di desa, kondisi desa sudah porak poranda. Api di mana-mana. Seperti kekacauan baru saja melanda. Jesper tercengang dibuatnya. Apalagi dia melihat ada seorang ibu yang menangis memeluk bayi yang sudah bersimbah darah.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Jesper. "Ya ampun! Elleanora!"
Jesper meninggalkan gerobak kayunya begitu saja dan berlari masuk semakin dalam ke arah rumah Brynja. Larinya terhenti saat melihat beberapa orang berkumpul di tanah lapang. Brynja ada disana, dia terikat dan ditawan oleh sekumpulan berzirah. Jesper memutuskan untuk bersembunyi di dalam ilalang agak dekat dari tempat itu supaya bisa mengamati dengan jelas.
"Cepat! Kau masih muda, mana mungkin tidak bisa mengingatnya!" bentak seseorang yang diduga Pemimpin Pasukan tadi.
"Aku tidak mengerti ... Apa yang Tuan maksudkan?" cicit Brynja ketakutan.
"Aku akan membuat semuanya semakin mudah," geram Pemimpin berzirah. Dia lalu merebut seorang bayi dari pangkuan Ibu muda. Membuat bayi itu menangis kencang.
"Anakku!" seru sang Ibu muda histeris.
"Nah, lihat baik-baik bayi kecil ini. Apakah dia bayi yang dibawa oleh Pria asing ke desa ini?" Pemimpin berzirah menyodorkan bayi itu dekat sekali dengan wajah Brynja.
Brynja tidak bisa menjawab. Dengan cepat, Pemimpin berzirah itu membunuh bayi tadi dan melemparkan jasadnya kembali kepada sang Ibu. Ibu dari sang bayi menangis semakin histeris. Sementara warga yang berkumpul makin panik karena takut dibunuh.
"Tolong jangan," pinta Brynja dengan mengiba.
"Berarti jawabannya hanya satu. Bayi itulah bayi yang kami cari!" Pemimpin berzirah kini begitu puas dengan pencapaiannya. Ia lalu mendekat kepada seorang nenek yang sedang memeluk bayi kecil. Dengan cepat direbutnya bayi itu dan segera dia gendong.
"Jangan!" teriak Brynja histeris.
Pemimpin berzirah membuka pelindung wajahnya untuk melihat bayi tadi. Ia melihat bayi cantik dengan kulit cerah , mata berwarna terang, dan rambut berwarna pirang kecoklatan. Ia lalu menyeringai puas.
"Kita sudah menemukan Putri! Ayo pergi! Ambil semua barang yang bisa dibawa!"
Pemimpin berzirah melenggang pergi, sementara anak buahnya yang lain mulai menjarah seisi desa. Kondisi bertambah kacau balau, sementara warga desa tidak bisa berbuat apapun karena terlalu takut. Brynja tidak bisa tinggal diam. Dia segera meminta warga lain melepaskan ikatannya. Brynja lalu berlari untuk menghalangi para Prajurit tak dikenal itu agar tidak mengambil harta milik warga desa.
"Berhenti! Apakah kalian tidak puas sudah membuat kekacauan di sini?" hadang Brynja. "Kalian sudah membunuh warga yang tidak bersalah, mengambil keluarga kami, lalu mau menjarah juga?"
Prajurit itu bagaikan tidak punya hati. Mereka tidak mempedulikan protes Brynja. Karena Brynja merasa mulai kesal, dia langsung merebut barang yang diambil oleh Prajurit itu. Namun, Brynja dihadiahi sebuah tebasan pedang yang membuatnya jatuh tersungkur seketika.
Perlakukan buruk juga diterima oleh warga yang tersisa. Mereka diserang beramai-ramai oleh para Prajurit berzirah itu. Jesper sudah tidak tahan lagi melihat semua kekacauan ini. Ia lalu bersiap untuk menyerang. Dengan cepat dia berlari dan menebas setiap Prajurit bagaikan bayangan. Prajurit berzirah tadi satu persatu mulai bertumbangan.
Jesper mengejar Pemimpin berzirah. Ia sudah bersiap dan menghunus pedangnya. Seketika itu, serangannya ditahan oleh pedang Pemimpin berzirah. Mereka saling bertahan dalam posisi masing-masing.
"Lepaskan Putri!" perintah Jesper mengintimidasi.
"Tidak akan," ujar Pemimpin berzirah tak mau kalah. Ia mengelakkan serangan Jesper ke samping, membuat Jesper mundur beberapa langkah.
Jesper menggertakkan giginya. Ia melakukan serangan balik dan lagi-lagi berhasil di tangkis oleh Pemimpin berzirah. Ia malah berhasil disudutkan dan hampir terkena serangan jika saja tidak ada tiga orang asing yang menghalanginya.
Ketiga orang asing itu berdiri di depan Jesper dan saling membahu untuk menyerang musuh. Jesper masih terpaku di tempatnya. Sampai ia berhasil mengenali salah seorang yang datang menolongnya.
"Pengawal Tertinggi?" Jesper tidak percaya.
"Untung saja kami tidak terlalu terlambat," Pengawal Tertinggi memberikan senyuman hangat. "Ayo kita bereskan orang jahat ini,"
Pemimpin berzirah bagaikan mati kutu. Kemudian dia mengerahkan sisa pasukannya yang masih tersisa untuk menahannya sementara dia berusaha untuk kabur sambil membawa bayi Putri.
"Lindungi aku wahai pasukan!"
"Dia kabur!" seru Pengawal Tertinggi.
Pemimpin berzirah sudah mulai bergerak. Dipacunya kuda miliknya hingga segera meninggalkan desa. Sebisa mungkin Jesper mengejarnya. Ia juga langsung memacu kudanya mengejar penjahat yang membawa sang Putri.
Terjadi kejar mengejar di antara mereka. Jesper sangat tidak ingin Putrinya diambil oleh orang jahat itu. Ia berusaha mempercepat laju kudanya, namun kesulitan dalam menyalip karena jalanan area hutan yang masih rapat.
Di saat mereka sudah sampai di padang rumput, tiba-tiba saja ada sekumpulan serigala yang menghadang. Pemimpin berzirah cukup terkejut. Ia berusaha memacu kembali kudanya melewati gerombolan serigala, namun serigala itu langsung melompat dan menyerang kudanya.
Kuda Pemimpin berzirah meringkik kesakitan dan membuat Pemimpin berzirah terpelanting dari atas kuda. Ia terpental jauh dan membuat bayi Putri terlepas dari dekapannya. Untung saat itu dengan sigap Jepser memacu kudanya mendekat dan berhasil menangkap Putri tepat waktu.
"Elleanora," desah Jesper sambil terus memeluk dan mencium bayinya. Ia merasa sangat lega karena berhasil mendapatkan Putrinya kembali.
"Sial!" hardik Pemimpin berzirah itu kesal. Kini dia yang menjadi sasaran serangan serigala tadi. Dengan panik dia langsung berlari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri.
Jesper berpikir untuk kembali ke desa. Sebelum itu, dia mengamati kawanan serigala yang menghadang musuh tadi. Jesper bisa mengenali salah satunya adalah serigala yang sempat menolongnya juga.
"Terimakasih!" seru Jesper kepada serigala itu. Serigala itu hanya memandangnya. Tak lama, serigala itu pun pergi kembali bersama kelompoknya meninggalkan tempat tadi.
Jesper akhirnya sampai di desa. Ia benar-benar sedih sekali karena akibat kedatangannya ke desa itu malah membuat petaka bagi semua penduduk. Ia memeriksa satu per satu warga desa. Semuanya tewas akibat serangan. Tak terkecuali Brynja.
"Maafkan aku Brynja. Semoga kedamaian senantiasa meliputimu di kehidupan barumu," bisik Jesper menyesal. "Terimakasih karena kau begitu tulus menolong kami. Kami akan sangat berhutang budi kepadamu."
Pada akhirnya, Jesper beserta Pengawal Tertinggi dan para anak buahnya mengadakan upacara pemakaman sederhana untuk semua yang telah meninggal. Setelah semuanya selesai, Jesper berniat untuk pergi lagi bersama dengan Putri.
"Sir Jesper, tolong kembalilah bersama kami ke Sunnmore," pinta Pengawal Tertinggi.
"Sebelum itu aku ingin bertanya. Mengapa kalian ada di sini? Kalian sengaja menguntitku ya?" tanya Jesper bertubi-tubi.
"Sebenarnya, Raja Giovanni sangatlah mengkhawatirkan Anda. Beliau memberikan perintah kepada kami untuk mengajak Anda kembali," Pengawal Tertinggi menjelaskan maksudnya.
"Maaf. Tapi aku sudah memutuskan untuk pergi dari Sunnmore selamanya," jawab Jesper dingin. "Sampaikan saja kepada Raja."
"Mengapa Tuan? Mengapa Anda sampai rela meninggalkan Negeri yang telah membesarkan nama Anda?" tanya Pengawal Tertinggi tidak mengerti.
"Kau tidak akan mengerti. Tapi aku memiliki hal lain yang lebih penting daripada menjadi seorang Penasehat Raja," cetus Jesper. "Tolong jangan ikuti aku lagi."
"Tapi Tuan," sela Pengawal Tertinggi berusaha menghalangi niat Jesper. "Apa yang terjadi sebenarnya? Anda bukanlah Sir Jesper yang saya kenal."
"Aku memiliki sebuah pesan untuk Raja Giovanni. Sampaikan kepadanya jika sampai mati pun, aku tidak akan pernah melakukan perintahnya," pesan Jesper. "Aku tidak mau mengkhianati kepercayaan yang diberikan oleh mendiang Ratu. Aku mau membesarkan Putri dengan caraku sendiri."
"Putri? Maksud Anda apa?" tanya Pengawal Tertinggi lagi.
"Suruh Raja untuk memikirkan kembali, mengapa Ratu ingin sang Putri tetap hidup. Jika Raja memang memiliki perasaan, jika dia masih menyayangi Ratu dan juga Putrinya, dia pasti akan mencabut kembali perintahnya terhadapku," lanjut Jesper.
Pengawal Tertinggi tertegun di tempatnya. Ia sudah mendapatkan benang merah dari penyelidikannya. Namun kesimpulan dari itu semua masih belum tersusun dengan baik. Pada akhirnya, ia membiarkan Jesper pergi. Karena Jesper sudah memilih tujuan hidupnya sendiri.
"Kalau begitu, mari kita kembali ke Istana. Kita laporkan hasil penyelidikan kita kali ini," usul Pengawal Tertinggi.
Pengawal Tertinggi tak banyak bicara setelah itu. Ia hanya mengajak Anak Buahnya untuk bergegas agar bisa kembali ke Sunnmore dengan cepat. Sepanjang perjalanan, dia berkutat dengan pikirannya sendiri. Bahkan ketika mereka beristirahat di depan api unggun pun, Pengawal Tertinggi sama sekali tidak membicarakan apa-apa soal kejadian tadi.Justru salah seorang Anak Buah dari Pengawal Tertinggi lah yang membahas pembicaraan mereka dengan Jesper tadi."Ketua, apakah Anda menyadari ucapan Sir Jesper tadi? Mengapa dia mengatakan soal Putri?" salah seorang Anak Buah membuka pembicaraan mereka."Ya. Aneh sekali. Bukankah Tuan Putri sudah meninggal saat dilahirkan oleh mendiang Yang Mulia Ratu?" timpal Anak Buahnya yang lain.Pengawal Tertinggi tidak menjawab apapun. Ia menatap lurus ke arah api yang berkobar. Larut dengan lamunannya sendiri. Kedua Anak Buahnya saling menatap bingung.
Raja Giovani menghela napas panjang. Sesungguhnya dia lega ketika mengetahui Putri semata wayangnya masih hidup dan dirawat dengan penuh kasih oleh Jesper. Sesal sudah hinggap di dalam hatinya. Ia masih tidak rela Jesper pergi darinya. Namun dia juga tidak dapat menghapuskan kebencian Jesper terhadap dirinya."Ah, semoga mereka akan baik-baik saja," harap Raja sambil menerawang jauh. "Semoga para kesatria berhasil menyampaikan pesanku untuk Jesper."Raja kembali memfokuskan dirinya dalam menyelesaikan gulungan perkamen di meja kerjanya. Ketika itu, suara ketukan pintu menginterupsinya."Yang Mulia, Raja Hrossbjörn telah datang," ucap Pengawal dari balik pintu. Membuat Raja Giovanni terkejut setengah mati."Apa? Kenapa beliau datang kemari tanpa memberitahu terlebih dahulu?" gerutu Raja dengan gusar. Ia segera membereskan meja kerjanya dan merapikan penampilannya sebelum memerintahkan Penga
Seekor serigala putih mengawal kawanannya menuju ke tempat persembunyian mereka di wilayah lembah Romsdall. Ketika sudah sampai di markas kelompok, para serigala itu lalu merubah diri mereka kembali menjadi sosok manusia. Seorang wanita menghampiri untuk menyambut kedatangan pasangannya. Wajahnya terlihat cerah begitu menemui sosok yang telah lama ditunggunya. "Leifr! Akhirnya kau datang!" seru wanita tadi dengan senang. "Ya. Aku sudah kembali, Aila," ucap Leifr sambil mengusap pipi Aila lembut yang langsung membuat Aila merona seketika. "Alpha sudah menunggu kedatanganmu," bisik Aila. Leifr hanya mengangguk mengerti. Leifr langsung bergegas menemui Alpha di dalam pack mereka. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang menyusui bayi laki-laki di pangkuannya. Sementara ia sendiri kepayahan dengan perut yang membuncit besar. Leifr lantas duduk di sebelahnya.&nb
Raja Erasmus sudah hampir tiba di Kerajaan Utara. Namun tiba-tiba ia mengubah haluan iringan Pasukannya. "Ganti haluan! Kita pergi ke Makam Raja!" seru Raja Erasmus sambil membelokkan kudanya, disusul oleh pasukan berkudanya yang lain. Mereka akhirnya pergi menuju ke area pemakaman khusus Kerajaan Utara yang jaraknya sekitar 1 mil dari kastil. Pemandangan hutan dan landscape fyord terlihat di daerah itu. Mereka berada di hamparan lembah luas yang dipenuhi oleh gundukan dan bendera Kerajaan Utara. Raja Erasmus turun dari kudanya. Ia beranjak ke sebuah makam besar yang terpahatkan nama Holgi di nisannya. Raja Erasmus berlutut dan memberikan penghormatan terhadap sosok Raja yang selalu ia kagumi. "Ayahandaku, aku datang untuk menghadapmu. Aku harap kau sedang bersenang-senang di Vahalla bersama Odin," ucap Raja Erasmus. "Maaf karena aku baru berkunjung. Setelah terakhir kali aku datang selepas m
Raja Erasmus masih terus berpikir keras. Dari sekian banyak hal yang dia tulis, hanya informasi mengenai Anima saja yang sama sekali belum dia pahami. Apalagi selagi hidup, ayahnya hanya menjejali dia dengan dongeng lama mengenai silsilah keluarga mereka. Tidak ada satu kata pun yang menyinggung mengenai Anima ini. "Ahh! Rasanya pikiranku sangat buntu! Apa hubungannya masalah Suku ini dengan Anima?" Raja Erasmus merasa gemas. "Sebentar." Raja Erasmus kembali menelusuri isi tulisannya. Lalu membaca ulang semuanya. "Garis besarnya, Ayahku hanya ingin berdamai memperbaiki Sukunya yang berpecah belah menjadi satu. Seluruh pemimpin Kerajaan di Norway ini merupakan 1 Suku dan bisa jadi 1 keturunan," gumam Raja Erasmus. "Ayah merupakan keturunan dari anggota Suku yang tidak sepaham dengan Kepala Suku. Sehingga leluhur kami memilih untuk melakukan ekspansi antar negara terutama melalui lautan." Raja
Raja Erasmus segera mencari apa yang mungkin bisa ditemukan di ruangan Raja Hrossbjörn tadi. "Sial! Ke mana perginya!" hardik Raja Erasmus kesal. Ia sudah mengacak-acak seluruh ruangan tapi belum menemukan petunjuk. "Pasti dia menyimpan catatannya. Tidak mungkin tidak ada di sini." Raja Erasmus mengerang frustasi. Musuhnya tidak mungkin seceroboh itu meninggalkan dokumen berharga yang mudah ditemukan. Ia akhirnya duduk di ranjang Raja sejenak sambil terus berpikir. "Ayo pikirkan Erasmus! Kau pasti bisa mengetahui semuanya," gumam Raja Erasmus lagi. Kemudian dia teringat sesuatu. Ketika dulu dia dan Raja Giovanni masih berteman baik.
Seperti yang telah mereka bicarakan, keesokannya rombongan serigala pergi ke wilayah Sunnmore. Mereka terdiri dari Alpha, Aila dan beberapa serigala lain. Ketika sudah hampir tiba dengan perbatasan, mereka langsung merubah diri menjadi manusia. "Kalian pendatang?" seorang Penjaga yang bertugas menjaga perbatasan menanyai mereka ketika rombongan itu mendekat. "Maaf wilayah kami belum terbuka untuk pendatang." "Maaf Tuan. Kami adalah utusan dari Kerajaan Romsdallen. Kami ingin bertemu dengan Raja Giovanni," ucap Alpha menjelaskan. Pengawal itu tampak meragukan mereka. Ia menilai penampilan mereka dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Kalian tampak seperti Suku Pedalaman. Kalian bukan mata-mata Utara kan?" selidik Pengawal tadi. "Tolong jangan bersikap tidak sopan ya! Izinkan kami lewat atau kau akan merasakan akibatnya!" ancam Aila yang sudah mulai naik darah. &nb
Raja Giovanni termenung sendiri di ruang singgasana itu. Sedikit banyak ia kembali terpikirkan kedatangan keluarganya yang tiba-tiba. Di saat dia tidak ingin menemui siapa-siapa, ada saja hal yang membuatnya hilang mood. "Yang Mulia sedang memikirkan apa?" tanya Pengawal Tertinggi setelah dia selesai mengantarkan keluarga jauhnya pulang ke Romsdall. "Banyak hal. Aku tak habis pikir mengapa kau berani tidak menuruti perintahku demi mereka," gumam Raja sambil bertopang dagu. "Karena mereka adalah keluarga. Bagaimanapun juga hanya Anda tempat mereka bergantung. Bukankah sebagai sesama keluarga kita harus saling melengkapi?" Pengawal Tertinggi memberikan pandangannya. "Memang. Aku merasa bukan seorang keluarga yang baik. Apalagi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka," keluh Raja sambil menghela napas panjang. "Yang Mulia tidak perlu menyesali apa yang telah terjadi. M
Raja Erasmus berhasil sampai ke Kerajan Utara kembali dalam waktu beberapa hari. Bagaikan panen besar, dia mendapat cukup banyak jarahan dari Lapland. Tentunya dia sudah mendapatkan bahan baku herbal untuk melupuhkan anima itu."Hati-hati dalam menyentuh tumbuhan beracun itu. Bisa-bisa nyawamu yang akan melayang!" perintah Raja Erasmus saat pengawalnya membereskan bunga bell jarahan di atas meja.Raja Erasmus cukup puas. Dia menemukan mantel serigala lainnya, lalu ada racikan salep untuk ritual dan alat-alat dari tembaga. Untuk dokumen sendiri, sebagian besar sudah hilang tidak bersisa. Namun dia menemukan perkamen yang terbuat dari kulit rusa berisi mantra dengan bahasa Kuno yang tidak dia mengerti."Hm...." Raja Erasmus berpikir keras.Raja Erasmus kembali mengecek dokumen rampasan dari Kerajaan Romsdallen. Terdapat rangkaian proses ritual untuk menjadi sesosok anima. "Jadi medium harus dilumuri badannya oleh salep racikan dari Dukun Suku. Sambil dibacai mantra, dia juga harus mema
"DOBRAK!" Beberapa pengawal bahu membahu mendobrak pintu besar itu dengan kayu gelonggong besar. Suara dobrakan keras terdengar berkali-kali. Sementara di dalamnya, para serigala sudah bersiap. Barisan depan sudah berubah menjadi serigala, siap menerejang para penyusup. "Aila, cepat bawa rombongan yang tersisa pergi lewat jalur belakang. Bawa serta kedua adikmu ya," ucap Alpha dengan tatapan yang sedih. "Ibu, jangan katakan seperti itu. Ibu, kumohon! Kita bisa melalui ini," ucap Aila dengan mata yang berkaca-kaca. "Jaga adik-adikmu dan anggota yang lain. Cari tempat yang aman untuk kalian terus hidup," bisik alpha cepat. "Terutama Eirikr, karena dia adalah yang ditakdirkan." "Berjanjilah ibu akan menyusul," pinta Aila. Alpha hanya tersenyum semu. Sementara Leifr menoleh sedikit dengan tatapan sedih. "Pergilah, cepat!" komando Alpha begitu pintu depan berhasil didobrak. "Ayo pergi semuanya!" seru Aila sambil mengarahkan satu persatu anggotanya menyelamatkan diri. Sementara ia me
Jalanan yang cukup berbatu, ditambah beban penumpang yang berat membuat kereta berguncang kecil dan berjalan dengan lambat. Pria tambun itu kerap menikmati perjalanan. Sementara kedua ketua regu sudah tidak sabar untuk menyelesaikan misi. "Masih seberapa jauh?" tanya ketua regu satu yang sudah pegal mengendalikan pelana. "Sebentar," sela pria tambun. Dia pun melongok melihat ke luar jendela kereta kencana. "Oke kita berhenti di dekat danau." Danau besar membentang luas di hadapan mereka. Kereta kuda pun berhenti di seberang danau. Dengan susah payah, pria tambun itu turun dari kereta kencana. "Terimakasih sudah mengantar. Sampai di sini, biar aku saja," ucap pria tambun itu sambil membungkukan badannya. "Oh baiklah Tuan." Mereka saling berpisah di sana. Pria tambun tadi sudah menanggalkan tali yang menambat perahu khusus untuk menyeberangi danau.&
Leifr merasa bingung karena dia mendengar ada banyak derap lari kuda. Berselingan dengan suara lolongan serigala. Ketika ia menoleh ke belakang, ternyata ada banyak serigala lain yang berlari di belakang mereka. "Apa yang terjadi?" batin Leifr. Pertanyaannya terjawab saat derap lari kuda itu semakin dekat. Bukan hanya satu, tapi sepasukan berkuda tengah mengejar para kawanan serigala. "Celaka!" Leifr kini mulai panik. Leifr dan kedua kawannya ikut berlari di antara desakan serigala lain yang berbondong-bondong saling mendahului. Lecutan panah menghiasi udara. Satu persatu mengenai bagian tubuh serigala yang sedang berlari. "Jangan hamburkan anak panahmu seperti itu!" teriak ketua regu tiga kepada anak buahnya. "Maaf Tuan," kata anak buahnya yang bertugas sebagai pembidik. "Untuk persembahan kepada Yang Mulia, bawa seri
Ketika langit masih gelap, rombongan Aila dan kawanannya mulai berangkat. Aila yang saat itu tidak bisa bertransformasi terpaksa harus menunggangi salah satu temannya sampai ke dekat perbatasan. Aila saat itu menutup dirinya rapat dengan jubah panjang. Karena seluruh tubuhnya masih dipenuhi bulu. Untung saja di wilayah perbatasan tidak ada prajurit. Tentu karena mereka pikir wilayah perbatasan dijaga oleh kawanan serigala sehingga aman meninggalkannya sampai besok pagi. Kedatangannya disambut oleh Alpha. Alpha sangat terkejut dengan penampilan Aila saat itu. "Aila, apa yang terjadi?" "Berrant tertangkap oleh pemburu wilayah Utara. Mereka menggunakan ramuan pelumpuh sehingga Berrant berhasil ditaklukan." Aila menanggalkan mantelnya. Kini bulunya tersisa sebagian. Alpha memeriksanya takjub. "Kamu mencium aroma herbal si pemburu?" tanya Alpha lagi sa
Leifr dan anak kepala dukun segera mendatangi kerumunan. Rupanya kepala dukun sedang berdebat dengan seorang anggota sukunya. "Kau pikir apa yang telah kau lakukan adalah hal yang baik?" bentak kepala dukun meradang. Laki-laki yang tengah berhadapan dengan kepala dukun itu malah tertawa terbahak. Dia malah terlihat menantang kepala dukun. "Apa aku tidak salah dengar? Lihat apa yang sudah aku bawa untuk kalian. Bukankah ini sebuah pencapaian besar?" ujar laki-laki itu bangga. "Pencapaian untuk membuat suku kita semakin terseret ke dalam bahaya," lanjut kepala dukun dengan skeptis. "Jangan munafik ketua! Kita sudah terlalu lama menutup diri dari dunia luar. Kita tidak memiliki apa-apa! Mau sampai kapan?" kata laki-laki tadi tidak terima. "Sampai seumur hidupku, tak akan kubiarkan suku ini berada dalam bahaya!" tantang kepala dukun yakin.
Para pasukan yang tak terlihat masih menghujani serigala tadi dengan anak panah. Serigala tersebut terlalu kuat. Tak ada bagian tubuhnya yang terkena anak panah. "Bagaimana ini? Kenapa masih belum terluka?" Pemburu itu kini mulai panik. Padahal tinggal sedikit lagi dia bisa menangkap serigala itu. Serigala tersebut malah semakin ganas. Ia porak porandakan semua yang ada di sana. Serigala itu meraung memamerkan deretan gigi-gigi berliur yang tajam. Serigala pun mulai berlari, hendak menerekam regu pemburu. Semua orang disana mulai panik. Tiba-tiba datanglah pasukan berkuda yang langsung melilitkan rantai ke tubuh serigala besar itu. Mereka berbondong-bondong saling bekerja sama untuk melumpuhkan serigala yang kuat itu. "Tarik!" perintah ketua regu satu dan dua yang diutus oleh Raja Erasmus. Anggota regu lalu berusaha menarik serigala itu agar bisa tumbang di
Raja Erasmus terpikirkan sebuah ide yang gila. Dia berpikir untuk menjadikan serigala yang dia tawan sebagai peliharaannya. Namun saat ini terlalu berbahaya untuk itu. Dia masih harus mencari cara untuk menaklukan serigala tersebut. Sementara masih belum banyak petunjuk yang dia temukan mengenai anima. Mungkin baru sepersekian info saja yang dia dapat. Raja Erasmus semakin gencar melakukan pencarian terhadap serigala abu raksasa yang sangat langka itu. Sudah berkali-kali ia merekrut pemburu handal dari dalam negeri. Namun tak ada seorang pun yang mendapatkan serigala yang dia cari. Hampir seluruh pelosok di telusuri. Namun tak membuahkan hasil. "Lalu, mana hasil tangkapanmu?" tanya Raja Erasmus tidak sabar. Suaranya yang menggelegar membuat pemburu yang ada di hadapannya menciut nyalinya. "Ma- maaf Yang Mulia. Tapi saya tidak dapat menemukan lagi serigala di sepanjang wilayah Utara," jelas pe
Penasihat Kerajaan Romsdall lalu menyerahkan sebuah perkamen kepada Raja Giovanni. Raja Giovanni menerimanya dan merasa tergetar hatinya. Tulisan ayahnya saat itu terlihat begitu tergesa dan tegas, menggambarkan bagaimana perasaannya sebelum terbunuh. Ada banyak bercak darah di perkamen itu. "Aku akan menggantikan posisi ayahku," tegas Raja Giovanni. "Seperti yang ayah inginkan." Penasihat Kerajaan tercengang dengan kemantapan hati dari Raja Giovanni. Padahal dia tahu persis jika sejak awal Raja Giovanni tidak ingin menggantikan posisi Ayahnya. Apalagi dia harus memegang seluruh Wilayah More yang begitu luasnya. Bukan hanya satu wilayah Earldom seperti sebelumnya. "Apakah Anda yakin dengan keputusan ini?" tanya Penasihat Kerajaan lagi. "Paman pasti tahu persis bagaimana perasaanku. Namun aku tak memiliki pilihan lain," jawab Raja Giovanni apa adanya. Penasihat Kerajaan