Jesper membuka matanya perlahan. Ia mengerjap sedikit, berusaha mengembalikan kesadarannya kembali. Setelah ia sadar sepenuhnya, ia pun bangkit dari tempatnya. Dengan panik, ia lalu memeriksa kondisi di sekitarnya.
"Tuan Putri?" Jesper mencari bayinya dengan panik.
Betapa leganya dia saat mendapati bayi kecil itu malah sedang bermain sendiri. Segera ia gendong bayi itu.
"Syukurlah kamu tidak terluka," ucap Jesper seraya bersyukur.
Ia lalu melihat ke arah kudanya yang kini sedang berlari kecil seolah merasa gembira. "Kau sudah merasa lebih baik ya, Pil."
Kuda itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Tuannya. Kuda itu meringkik berirama sesekali berdengus sambil terus berlari mengibaskan ekor dan mengangkat kaki depannya. Terlihat sekali jika kuda tersebut sedang bahagia. Jesper pun menyimpan bayinya ke keranjang bayi. Lalu ia mendekati kudanya untuk memeriksa kondisinya.
"Hah?"
Jesper terlihat begitu terkejut. Ia mengecek kaki kudanya lebih seksama lagi. Bahkan ia sampai mengucek matanya berkali-kali, takut-takut dia memang salah melihat. Namun ternyata memang benar apa yang dia lihat. Bagian tubuh kudanya yang terkena cakaran serigala kemarin hilang tak membekas. Malah seolah tidak pernah ada cakaran sebelumnya di sana.
Jesper juga baru sadar jika luka cakaran yang ada di punggungnya tidak berasa sama sekali. Malah ia seperti orang yang sehat-sehat saja.
"Ini tidak mungkin," sangkalnya. "Kemarin sakit sekali. Aku bisa merasakannya. Tapi kenapa sekarang ... ."
Kebingungan itu menjadi sirna saat kudanya mulai menjilati pipinya. Jesper tertawa kemudian.
"Ya ampun. Kau lapar ya Pil? Coba kita lihat. Apa yang kita punya saat ini," ujar Jesper sambil tertawa lepas.
Jesper mulai beranjak mengecek barang-barangnya yang tersisa. Akibat pertarungan sengit kemarin, seluruh barang bawaannya berhamburan dan sudah tidak terselamatkan. Bahkan kue kering yang dia simpan sudah tak jelas bentuknya.
"Ow, rupanya kita kehabisan makanan. Tapi semoga kau menyukai remahan kue kering ini," kata Jesper sembari menyodorkan remahan kue kering kepada kudanya. Namun kudanya mendengus sambil mengalihkan wajahnya sebagai bentuk penolakan.
Jesper akhirnya tidak jadi memberikan remahan kue itu. Ia menghela napas panjang. Ia lalu mulai mengemasi barang yang bisa ia bawa dan mengikatnya kembali ke atas kudanya.
"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk kita melanjutkan perjalanan. Ayo kita berangkat."
Jesper lalu memacu kudanya kembali untuk melanjutkan perjalanan mereka. Jesper masih ingat kemana arah yang akan ia tuju. Untuk sementara ini, dia tidak bisa pergi terlalu jauh. Karena dia harus beristirahat sementara. Tak beberapa lama setelah melewati hutan yang panjang, dia pun melihat sebuah kawasan yang dipenuhi oleh kerumunan penduduk. Ia lalu turun dari kudanya. Tak lupa, ia mengenakan jubah coklat usang untuk menutupi tubuhnya.
Jepser pun mulai berjalan sambil menarik pelana kudanya memasuki kawasan pedesaan yang cukup padat penduduk. Pemandangan pasar tradisional kini tersaji di hadapannya. Kios sederhana yang berjejer dengan menjajakan berbagai barang seolah menyambut kedatangannya.
"Silahkan Tuan. Sayuran hari ini ada potongan harga spesial! Baru saja dipetik dari pertanian milik rakyat terbaik di Romsdal!" seru seorang Pria tambun dengan antusias menjajakan barang dagangannya kepada Jesper.
"Tidak. Terimakasih," tolak Jesper dengan sopan.
Jesper pun terus berjalan, menembus hingar bingar pasar tradisional di hari itu. Sejujurnya ada hal lain yang lebih penting daripada sayur segar yang dijajakan oleh penjual tadi. Ia berniat mencari penginapan untuk menyimpan barangnya, sekaligus mengistirahatkan kudanya.
Jesper menemukan ada sebuah penginapan kecil tak jauh letaknya dari pasar tadi. Dengan segera, ia tambatkan kudanya di pinggir penginapan. Lalu ia pun masuk ke dalamnya. Tak lupa ia membawa serta keranjang bayinya. Kedatangannya disambut oleh Penjaga penginapan.
"Selamat siang Tuan. Ada yang bisa dibantu?" Penjaga penginapan bersikap seramah mungkin dengan memamerkan deretan giginya yang tidak begitu rapi.
"Selamat siang. Bisakah aku menginap di sini untuk beberapa malam?" tanya Jesper langsung pada intinya.
"Berapa malam?" tanya Penjaga penginapan dengan tertarik.
"Sekitar tiga hari," jawab Jesper.
"Kalau begitu saya meminta 300 Penning untuk 3 hari menginap," ujar Penjaga penginapan kemudian.
"Mahal sekali," gumam Jesper. "Tidak bisakah kau mengurangi harganya? Apalagi untuk penginapan ini. Rasanya itu terlalu mahal."
"Itu sudah standar harga Tuan. Apalagi penginapan ini hanya ada satu di sini," celoteh Penjaga penginapan. "Tidak akan ada penginapan lain di wilayah ini. Silahkan saja Tuan mencari."
Jesper berpikir sejenak. Memang benar apa yang dikatakan oleh Penjaga penginapan itu. Di Romsdallen memang belum ada banyak penginapan, walaupun wilayah tersebut merupakan Capital City dari wilayah More. Kalaupun mau mencari penginapan lain, pasti akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Sedangkan kudanya perlu istirahat.
"Baiklah kalau begitu. Tiga malam." Jesper pada akhirnya setuju. Disusul oleh senyuman lebar dari Penjaga Penginapan itu.
Jesper lalu berusaha mengeluarkan kantung uang yang ada di sakunya. Namun, bayi kecilnya menangis sehingga dia harus menenangkannya dulu. Melihat hal itu, Penjaga penginapan langsung menekuk wajahnya.
"Maaf. Tidak ada bayi di penginapan ini. Lebih baik Tuan cari penginapan lain saja," usir Penjaga penginapan.
"Mengapa? Kita kan sudah sepakat! 300 Penning untuk 3 malam." Jesper menggertakan giginya kesal. Sementara bayinya masih juga menangis.
"Tapi tidak ada bayi. Suara tangisannya akan mengganggu pelanggan lain di penginapan ini, " jelas Penjaga penginapan.
"Kau meminta lebih? Ini kuberikan! Berapa yang kau minta? Seratus? Tiga ratus? Atau lima ratus?" Jesper langsung membongkar kantung uangnya dan menyodorkan sejumlah kepingan Penning ke hadapan Penjaga penginapan.
Melihat ada banyak uang di depannya, dengan rakus Penjaga penginapan tadi mengambil semua uang itu dan memasukannya ke dalam saku bajunya.
"Baiklah. Setuju," kata Penjaga penginapan pada akhirnya. Namun ia terlihat tidak begitu senang. Kemudian dengan enggan, ia pun mengantarkan Jesper ke kamarnya, sekaligus membantu Jesper untuk membawakan barang-barangnya dari atas kuda.
Jesper diantarkan ke sebuah kamar yang terletak paling ujung di penginapan itu. Letaknya di lantai dua. Mungkin Penjaga penginapan itu sengaja memberikan kamar yang jauh dari penghuni penginapan yang lain agar tidak ada yang merasa terganggu. Lalu Penjaga penginapan itu menyerahkan kunci kamarnya kepada Jesper.
"Terimakasih," kata Jesper pendek. Ia segera memasukan kunci itu ke dalam lubang kunci sehingga pintu pun terbuka.
"Tiga hari lagi, kembalikan kuncinya kepada saya. Semoga Anda menikmati istirahat di penginapan kami." Penjaga penginapan pada akhirnya undur diri. Meninggalkan Jepser yang kewalahan membuka pintu kamarnya.
Pada akhirnya, ia berhasil membawa masuk semua barang bawaannya dan menyimpannya di pojok ruangan. Jesper yang kelelahan segera merebahkan diri di atas tempat tidur yang tidak begitu empuk. Ia merasakan perutnya mulai kembali lapar. Bayinya juga masih terdengar merengek-rengek. Jesper menghela napas panjang dan berusaha menggendong bayinya.
"Kau pasti lapar ya, Gadis kecil," ucap Jesper sedih. "Kalau begitu ikut bersamaku. Kita berbelanja ke pasar tradisional. Sekalian membelikan apel untuk Pil."
Jepser tidak jadi beristirahat. Ia kemudian membawa keranjang bayinya pergi ke pasar tradisional. Suasana pasar masih lumayan ramai walau matahari sudah berada di atas kepala. Ia segera membeli beberapa buah apel untuk kudanya. Lalu ia membelikan Roti untuk dirinya dan juga susu kambing untuk Tuan Putrinya.
Ketika ia hendak kembali menuju penginapan, tiba-tiba terdengar seruan dari kejauhan.
"Minggir! Beri jalan untuk Raja!"
Serempak para rakyat segera menepi dan memberikan jalan untuk rombongan Kerajaan yang akan lewat. Jesper pun ikut menepi. Ia lebih merapatkan jubahnya dan agak menunduk. Apalagi saat melihat bendera Sunnmore yang berkibar di sana.
Ketika itu kereta kuda Kerajaan Sunnmore melintas perlahan. Raja Giovanni melongokkan wajahnya dari kereta kuda sambil melihat para rakyat dari Romsdallen. Raja begitu terkejut saat mendapati sosok tinggi di antara kerumunan Rakyat. Jesper yang merasa dia berdiri terlalu dekat, segera menerobos kerumunan rakyat untuk pergi menjauh.
Raja Giovanni merasa orang yang ia lihat tadi adalah Jesper. Namun ia juga merasa tidak yakin. Apalagi pandangan matanya mulai kabur, akibat luka pertarungan yang dia derita. Ia ingin menghentikan kereta kudanya untuk memastikan apa yang dia lihat. Tapi pada akhirnya ia mengurungkan niat dan memutuskan untuk tetap melakukan perjalanan pulang.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Raja tiba di Istananya ketika malam menjelang. Seluruh tubuhnya benar-benar lelah. Luka di bagian tubuhnya semakin lama membuatnya lemah. Ia bahkan harus dipapah oleh Prajuritnya untuk bisa masuk ke dalam Istana.Raja berbaring perlahan di atas ranjangnya. Sementara Tabib Istananya yang baru, mengobati lukanya dengan dedaunan tradisional yang dihaluskan."Aduh!" keluh Raja saat dedaunan basah itu ditempelkan pada lukanya."Mohon tahan sebentar lagi, Yang Mulia. Saya akan membebat tubuh anda dengan kain," kata Tabib itu.Raja berusaha menahan rasa sakit dan perih ketika Tabib mulai membebat tubuhnya dengan kain. Tabib Istana yang ini sungguh telaten dalam melakukan pekerjaannya. Tak membutuhkan waktu yang lama hingga dia selesai."Sudah, Yang Mulia," ucap Tabib Istana. Ia kemudian membereskan peralatannya.
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut bersamamu," tolak Jesper pada akhirnya. "Kami harus kembali melanjutkan perjalanan.""Kalian akan pergi ke mana?" tanya wanita tadi penasaran. "Sungguh, maksudku hanya Tuan dan bayi itu saja?""Ya," jawab Jesper cepat. "Kalau begitu selamat tinggal.""Anda serius? Bagaimana bisa Anda melakukan perjalanan panjang dengan bayi ini tanpa seorang pun yang menemani?" protes wanita tadi. Ia lalu segera menghalangi langkah Jesper. "Anda setega itu?""Apa maksudmu, Nona?" Jesper merasa tidak suka. Sejujurnya obrolannya dengan wanita itu sangat tidak jelas dan hanya menghabiskan waktunya saja."Maksudku, lihatlah bayi itu!" wanita itu kemudian beranjak menuju ke keranjang bayi. Ia lalu menggendong bayinya. "Kasihan sekali dia. Dia pasti merasa kedinginan dan lapar.""Letakan dia kembali! Jangan sentuh dia!" Jesper berusaha menghala
"Selamat pagi," sapa Brynja pagi-pagi sekali. Saat itu Jesper tidak menjawab sapaan pagi dari Brynja. Dia justru sibuk menguap beberapa kali."Kau sudah siap pagi-pagi sekali? Mau ke mana?" tanya Jesper sambil membereskan alas tidurnya yang berantakan.Brynja tidak langsung menjawab. Dia sibuk membuka jendela, membiarkan udara dingin masuk ke dalam rumah."Ke kebun. Sekaligus memerah susu kambing," jawab Brynja. Dia lalu keluar kamar dan mempersiapkan keranjang anyaman untuk sayuran dan gerabah tanah liat untuk susu perah."Bolehkah aku ikut?" tanya Jesper lagi."Boleh saja," kata Brynja enteng. "Aku memang butuh asisten untuk membawa hasil pertanian hari ini.""Kalau begitu ayo!" ajak Jesper cepat. Dia mengenakan lagi jubah hangatnya sebelum pergi.Mereka akhirnya berjalan membelah kabut, menuju ke perkebunan. Perkebunan itu
Brynja hanya bisa gemetar di tempatnya. Apalagi ketika ujung runcing pedang ditodongkan ke wajah pucatnya. Sosok di dalam zirah besi itu tidak berkata apapun sampai akhirnya ia memerintahkan Brynja yang sudah terikat itu diangkat ke atas kuda. "Kalian mau membawaku ke mana? Lepaskan!" Brynja berusaha memberontak lagi. "Bawa kami ke desamu!" perintah sosok yang membawanya. "Untuk apa? Di desaku tidak ada apapun yang bisa kalian ambil," tanya Brynja. "Antarkan kami, atau kulemparkan kau dari atas gunung!" ancam sosok berzirah itu lagi. "Ba-baiklah!" Brynja akhirnya menyanggupi keinginan mereka. Dia terpaksa melakukannya karena masih ingin tetap hidup. Sejujurnya dia sendiri tidak tahu apa maksud orang-orang itu menawannya dan ingin di antar ke desanya. "Ke arah mana?" tanya sosok berzirah yang sedang mengendalikan kudanya. "Em
Pengawal Tertinggi tak banyak bicara setelah itu. Ia hanya mengajak Anak Buahnya untuk bergegas agar bisa kembali ke Sunnmore dengan cepat. Sepanjang perjalanan, dia berkutat dengan pikirannya sendiri. Bahkan ketika mereka beristirahat di depan api unggun pun, Pengawal Tertinggi sama sekali tidak membicarakan apa-apa soal kejadian tadi.Justru salah seorang Anak Buah dari Pengawal Tertinggi lah yang membahas pembicaraan mereka dengan Jesper tadi."Ketua, apakah Anda menyadari ucapan Sir Jesper tadi? Mengapa dia mengatakan soal Putri?" salah seorang Anak Buah membuka pembicaraan mereka."Ya. Aneh sekali. Bukankah Tuan Putri sudah meninggal saat dilahirkan oleh mendiang Yang Mulia Ratu?" timpal Anak Buahnya yang lain.Pengawal Tertinggi tidak menjawab apapun. Ia menatap lurus ke arah api yang berkobar. Larut dengan lamunannya sendiri. Kedua Anak Buahnya saling menatap bingung.
Raja Giovani menghela napas panjang. Sesungguhnya dia lega ketika mengetahui Putri semata wayangnya masih hidup dan dirawat dengan penuh kasih oleh Jesper. Sesal sudah hinggap di dalam hatinya. Ia masih tidak rela Jesper pergi darinya. Namun dia juga tidak dapat menghapuskan kebencian Jesper terhadap dirinya."Ah, semoga mereka akan baik-baik saja," harap Raja sambil menerawang jauh. "Semoga para kesatria berhasil menyampaikan pesanku untuk Jesper."Raja kembali memfokuskan dirinya dalam menyelesaikan gulungan perkamen di meja kerjanya. Ketika itu, suara ketukan pintu menginterupsinya."Yang Mulia, Raja Hrossbjörn telah datang," ucap Pengawal dari balik pintu. Membuat Raja Giovanni terkejut setengah mati."Apa? Kenapa beliau datang kemari tanpa memberitahu terlebih dahulu?" gerutu Raja dengan gusar. Ia segera membereskan meja kerjanya dan merapikan penampilannya sebelum memerintahkan Penga
Seekor serigala putih mengawal kawanannya menuju ke tempat persembunyian mereka di wilayah lembah Romsdall. Ketika sudah sampai di markas kelompok, para serigala itu lalu merubah diri mereka kembali menjadi sosok manusia. Seorang wanita menghampiri untuk menyambut kedatangan pasangannya. Wajahnya terlihat cerah begitu menemui sosok yang telah lama ditunggunya. "Leifr! Akhirnya kau datang!" seru wanita tadi dengan senang. "Ya. Aku sudah kembali, Aila," ucap Leifr sambil mengusap pipi Aila lembut yang langsung membuat Aila merona seketika. "Alpha sudah menunggu kedatanganmu," bisik Aila. Leifr hanya mengangguk mengerti. Leifr langsung bergegas menemui Alpha di dalam pack mereka. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang menyusui bayi laki-laki di pangkuannya. Sementara ia sendiri kepayahan dengan perut yang membuncit besar. Leifr lantas duduk di sebelahnya.&nb
Raja Erasmus sudah hampir tiba di Kerajaan Utara. Namun tiba-tiba ia mengubah haluan iringan Pasukannya. "Ganti haluan! Kita pergi ke Makam Raja!" seru Raja Erasmus sambil membelokkan kudanya, disusul oleh pasukan berkudanya yang lain. Mereka akhirnya pergi menuju ke area pemakaman khusus Kerajaan Utara yang jaraknya sekitar 1 mil dari kastil. Pemandangan hutan dan landscape fyord terlihat di daerah itu. Mereka berada di hamparan lembah luas yang dipenuhi oleh gundukan dan bendera Kerajaan Utara. Raja Erasmus turun dari kudanya. Ia beranjak ke sebuah makam besar yang terpahatkan nama Holgi di nisannya. Raja Erasmus berlutut dan memberikan penghormatan terhadap sosok Raja yang selalu ia kagumi. "Ayahandaku, aku datang untuk menghadapmu. Aku harap kau sedang bersenang-senang di Vahalla bersama Odin," ucap Raja Erasmus. "Maaf karena aku baru berkunjung. Setelah terakhir kali aku datang selepas m
Raja Erasmus berhasil sampai ke Kerajan Utara kembali dalam waktu beberapa hari. Bagaikan panen besar, dia mendapat cukup banyak jarahan dari Lapland. Tentunya dia sudah mendapatkan bahan baku herbal untuk melupuhkan anima itu."Hati-hati dalam menyentuh tumbuhan beracun itu. Bisa-bisa nyawamu yang akan melayang!" perintah Raja Erasmus saat pengawalnya membereskan bunga bell jarahan di atas meja.Raja Erasmus cukup puas. Dia menemukan mantel serigala lainnya, lalu ada racikan salep untuk ritual dan alat-alat dari tembaga. Untuk dokumen sendiri, sebagian besar sudah hilang tidak bersisa. Namun dia menemukan perkamen yang terbuat dari kulit rusa berisi mantra dengan bahasa Kuno yang tidak dia mengerti."Hm...." Raja Erasmus berpikir keras.Raja Erasmus kembali mengecek dokumen rampasan dari Kerajaan Romsdallen. Terdapat rangkaian proses ritual untuk menjadi sesosok anima. "Jadi medium harus dilumuri badannya oleh salep racikan dari Dukun Suku. Sambil dibacai mantra, dia juga harus mema
"DOBRAK!" Beberapa pengawal bahu membahu mendobrak pintu besar itu dengan kayu gelonggong besar. Suara dobrakan keras terdengar berkali-kali. Sementara di dalamnya, para serigala sudah bersiap. Barisan depan sudah berubah menjadi serigala, siap menerejang para penyusup. "Aila, cepat bawa rombongan yang tersisa pergi lewat jalur belakang. Bawa serta kedua adikmu ya," ucap Alpha dengan tatapan yang sedih. "Ibu, jangan katakan seperti itu. Ibu, kumohon! Kita bisa melalui ini," ucap Aila dengan mata yang berkaca-kaca. "Jaga adik-adikmu dan anggota yang lain. Cari tempat yang aman untuk kalian terus hidup," bisik alpha cepat. "Terutama Eirikr, karena dia adalah yang ditakdirkan." "Berjanjilah ibu akan menyusul," pinta Aila. Alpha hanya tersenyum semu. Sementara Leifr menoleh sedikit dengan tatapan sedih. "Pergilah, cepat!" komando Alpha begitu pintu depan berhasil didobrak. "Ayo pergi semuanya!" seru Aila sambil mengarahkan satu persatu anggotanya menyelamatkan diri. Sementara ia me
Jalanan yang cukup berbatu, ditambah beban penumpang yang berat membuat kereta berguncang kecil dan berjalan dengan lambat. Pria tambun itu kerap menikmati perjalanan. Sementara kedua ketua regu sudah tidak sabar untuk menyelesaikan misi. "Masih seberapa jauh?" tanya ketua regu satu yang sudah pegal mengendalikan pelana. "Sebentar," sela pria tambun. Dia pun melongok melihat ke luar jendela kereta kencana. "Oke kita berhenti di dekat danau." Danau besar membentang luas di hadapan mereka. Kereta kuda pun berhenti di seberang danau. Dengan susah payah, pria tambun itu turun dari kereta kencana. "Terimakasih sudah mengantar. Sampai di sini, biar aku saja," ucap pria tambun itu sambil membungkukan badannya. "Oh baiklah Tuan." Mereka saling berpisah di sana. Pria tambun tadi sudah menanggalkan tali yang menambat perahu khusus untuk menyeberangi danau.&
Leifr merasa bingung karena dia mendengar ada banyak derap lari kuda. Berselingan dengan suara lolongan serigala. Ketika ia menoleh ke belakang, ternyata ada banyak serigala lain yang berlari di belakang mereka. "Apa yang terjadi?" batin Leifr. Pertanyaannya terjawab saat derap lari kuda itu semakin dekat. Bukan hanya satu, tapi sepasukan berkuda tengah mengejar para kawanan serigala. "Celaka!" Leifr kini mulai panik. Leifr dan kedua kawannya ikut berlari di antara desakan serigala lain yang berbondong-bondong saling mendahului. Lecutan panah menghiasi udara. Satu persatu mengenai bagian tubuh serigala yang sedang berlari. "Jangan hamburkan anak panahmu seperti itu!" teriak ketua regu tiga kepada anak buahnya. "Maaf Tuan," kata anak buahnya yang bertugas sebagai pembidik. "Untuk persembahan kepada Yang Mulia, bawa seri
Ketika langit masih gelap, rombongan Aila dan kawanannya mulai berangkat. Aila yang saat itu tidak bisa bertransformasi terpaksa harus menunggangi salah satu temannya sampai ke dekat perbatasan. Aila saat itu menutup dirinya rapat dengan jubah panjang. Karena seluruh tubuhnya masih dipenuhi bulu. Untung saja di wilayah perbatasan tidak ada prajurit. Tentu karena mereka pikir wilayah perbatasan dijaga oleh kawanan serigala sehingga aman meninggalkannya sampai besok pagi. Kedatangannya disambut oleh Alpha. Alpha sangat terkejut dengan penampilan Aila saat itu. "Aila, apa yang terjadi?" "Berrant tertangkap oleh pemburu wilayah Utara. Mereka menggunakan ramuan pelumpuh sehingga Berrant berhasil ditaklukan." Aila menanggalkan mantelnya. Kini bulunya tersisa sebagian. Alpha memeriksanya takjub. "Kamu mencium aroma herbal si pemburu?" tanya Alpha lagi sa
Leifr dan anak kepala dukun segera mendatangi kerumunan. Rupanya kepala dukun sedang berdebat dengan seorang anggota sukunya. "Kau pikir apa yang telah kau lakukan adalah hal yang baik?" bentak kepala dukun meradang. Laki-laki yang tengah berhadapan dengan kepala dukun itu malah tertawa terbahak. Dia malah terlihat menantang kepala dukun. "Apa aku tidak salah dengar? Lihat apa yang sudah aku bawa untuk kalian. Bukankah ini sebuah pencapaian besar?" ujar laki-laki itu bangga. "Pencapaian untuk membuat suku kita semakin terseret ke dalam bahaya," lanjut kepala dukun dengan skeptis. "Jangan munafik ketua! Kita sudah terlalu lama menutup diri dari dunia luar. Kita tidak memiliki apa-apa! Mau sampai kapan?" kata laki-laki tadi tidak terima. "Sampai seumur hidupku, tak akan kubiarkan suku ini berada dalam bahaya!" tantang kepala dukun yakin.
Para pasukan yang tak terlihat masih menghujani serigala tadi dengan anak panah. Serigala tersebut terlalu kuat. Tak ada bagian tubuhnya yang terkena anak panah. "Bagaimana ini? Kenapa masih belum terluka?" Pemburu itu kini mulai panik. Padahal tinggal sedikit lagi dia bisa menangkap serigala itu. Serigala tersebut malah semakin ganas. Ia porak porandakan semua yang ada di sana. Serigala itu meraung memamerkan deretan gigi-gigi berliur yang tajam. Serigala pun mulai berlari, hendak menerekam regu pemburu. Semua orang disana mulai panik. Tiba-tiba datanglah pasukan berkuda yang langsung melilitkan rantai ke tubuh serigala besar itu. Mereka berbondong-bondong saling bekerja sama untuk melumpuhkan serigala yang kuat itu. "Tarik!" perintah ketua regu satu dan dua yang diutus oleh Raja Erasmus. Anggota regu lalu berusaha menarik serigala itu agar bisa tumbang di
Raja Erasmus terpikirkan sebuah ide yang gila. Dia berpikir untuk menjadikan serigala yang dia tawan sebagai peliharaannya. Namun saat ini terlalu berbahaya untuk itu. Dia masih harus mencari cara untuk menaklukan serigala tersebut. Sementara masih belum banyak petunjuk yang dia temukan mengenai anima. Mungkin baru sepersekian info saja yang dia dapat. Raja Erasmus semakin gencar melakukan pencarian terhadap serigala abu raksasa yang sangat langka itu. Sudah berkali-kali ia merekrut pemburu handal dari dalam negeri. Namun tak ada seorang pun yang mendapatkan serigala yang dia cari. Hampir seluruh pelosok di telusuri. Namun tak membuahkan hasil. "Lalu, mana hasil tangkapanmu?" tanya Raja Erasmus tidak sabar. Suaranya yang menggelegar membuat pemburu yang ada di hadapannya menciut nyalinya. "Ma- maaf Yang Mulia. Tapi saya tidak dapat menemukan lagi serigala di sepanjang wilayah Utara," jelas pe
Penasihat Kerajaan Romsdall lalu menyerahkan sebuah perkamen kepada Raja Giovanni. Raja Giovanni menerimanya dan merasa tergetar hatinya. Tulisan ayahnya saat itu terlihat begitu tergesa dan tegas, menggambarkan bagaimana perasaannya sebelum terbunuh. Ada banyak bercak darah di perkamen itu. "Aku akan menggantikan posisi ayahku," tegas Raja Giovanni. "Seperti yang ayah inginkan." Penasihat Kerajaan tercengang dengan kemantapan hati dari Raja Giovanni. Padahal dia tahu persis jika sejak awal Raja Giovanni tidak ingin menggantikan posisi Ayahnya. Apalagi dia harus memegang seluruh Wilayah More yang begitu luasnya. Bukan hanya satu wilayah Earldom seperti sebelumnya. "Apakah Anda yakin dengan keputusan ini?" tanya Penasihat Kerajaan lagi. "Paman pasti tahu persis bagaimana perasaanku. Namun aku tak memiliki pilihan lain," jawab Raja Giovanni apa adanya. Penasihat Kerajaan