Satu minggu kemudian.
Malam sebelum Lea pergi menyusul Aleandra untuk operasi, James menghampirinya. Memberikan penjelasan tentang kemungkinan yang akan terjadi pada adiknya setelah operasi terjadi. Lea yang awalnya merasa optimis menjadi sedikit pesimis dengan kemungkinan sembuh total hanya lima puluh pesen."Apa kau siap untuk menerima hasil akhirnya nanti? Walau 80% aku yakin dia akan sembuh meski masih harus melakukan pengobatan terapi." Jelas James menutup laptopnya.Lea terdiam. Dia menatap laptop yang tertutup dengan pandangan kosong. James mendekat lalu mengusap bahu Lea, memberi kekuatan untuknya tetap optimis."Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Aku sangat yakin Aleandra akan sembuh total. Dia tak akan menggunakan kursi roda ataupun tongkat. Dia akan tetap berjalan dengan kedua kakinya.”Lea menyandarkan kepalanya pada dada bidang James, merasakan takut kehilangan yang begitu kuat."Hanya dia yang aku miliki saat ini James. Dia lebih berharga dari nyawaku," ucap Lea lirih. Dia mulai meneteskan air matanya.James mengeratkan pelukannya, membiarkan Lea menangis dengan pilu. Dia juga merasakan apa yang Lea rasakan saat berusia lima belas tahun ketika adiknya meninggal karena penyakit mematikan itu. Dari situlah dia bercita-cita menjadi dokter.James melepaskan pelukan, sedangkan Lea menatapnya dalam. Dia menghapus air mata Lea dengan perlahan dan mulai mendekatkan wajahnya lalu mencium Lea dengan perlahan dan lembut. Merasakan setiap getar dari bibir Lea yang terasa menyakitkan.Lea menangis semakin dalam. Bukan lagi masalah Aleandra yang dia tangisi, melainkan hatinya yang tak bisa menolak setiap perlakuan James. Dia malah semakin masuk dan terlarut dengan perasaannya yang mampu menenggelamkannya saat James pergi dari sisinya dan kembali pada cintanya. Dia berusaha menahan setiap perasaan yang hadir setiap kali berada di dekat James. Berusaha besikap kasar dan marah, namun James yang keras kepala membuatnya sulit untuk menghindar dan malah terjebak dengan perasaannya sendiri.Ciuman yang terlalu dalam hingga keduanya tak sadar bahwa sesuatu kembali terbangkitkan. Gairah yang tak dapat ditahan, menggebu dan menuntut untuk saling menunjukkan bahwa mereka saling membutuhkan. Setiap sentuhan yang tercipta bergerak secara spontan dan seakan tahu porsi mereka untuk saling bersentuhan.James mengangkat Lea ke pangkuannya dan membawanya ke pantry, mendudukannya di sana. Bibirnya tak berhenti mencium, walau terlihat jelas bibir mereka sudah membengkak.Mereka saling melepaskan baju yang melekat pada tubuh masing-masing. James membuka kait bra Lea sambil menciumi leher Lea yang telah memberikan akses untuk menjelajahinya.Tangan James tak henti-hentinya meremas payudara Lea yang sudah polos, membuatnya melenguh. Lea meremas rambut James kasar saat James mengisap puncak payudaranya.James kembali melumat bibir Lea dan bergumam, "Kenapa? Hm..." James kembali melumat lalu melepasnya. Bibirnya masih menempel pada bibir Lea. "Kenapa kau membuatku seperti ini? Aku sungguh tak bisa mengontrol diriku saat denganmu. Apa yang kau lakukan Lea? Apa yang kau lakukan padaku? Hmm..." Untuk kesekian kalinya James meraup bibir Lea seolah dia tak ingin mendengar jawaban dari wanita itu.Lea sendiri merasakan hal yang sama dengan apa yang James rasakan. Dia hanya berusaha untuk menikmati keintiman ini sampai batas waktunya selesai–antara Aleandra sembuh atau James yang pergi lebih dulu. Dia sungguh tak berharap lebih, namun keintiman ini tak ingin dia lupakan."Hah... hah... izinkan aku, Lea. Malam ini izinkan aku bermalam di sini, menyatukan kita," ujar James serak. Entah apa yang membuatnya harus meminta izin Lea kali ini."Lakukan James. Malam ini… aku milikmu," balas Lea. Dia sendiri tak tahu apa yang merasukinya. Dia hanya tak ingin menyiksa hatinya lagi. Dia hanya berusaha membiarkan hatinya bahagia walau sesaat. Setelah berhari-hari menolak dan menepis semuanya, khusus malam ini dia mengizinkan hatinya mengambil alih dirinya. Membiarkan hatinya berharap pada pria yang telah membuatnya kesulitan namun sekaligus membuatnya merasakan hal yang berbeda dalam hidupnya. Yang mungkin juga akan membuat hidupnya berubah nantinya.James menurunkan Lea dari meja pantry dan mengangkat rok Lea sampai batas perut. Dia menarik turun celana dalam Lea lalu kembali menaikkannya ke atas meja. Dia berlutut mengecup lembah hangat milik Lea, membasahinya walau sudah basah. Memberikan sensasi aneh yang membuat Lea mendesah menyebut namanya.Lalu James berdiri membuka celananya dan mengarahkan miliknya untuk menyatukan dirinya dengan Lea. Hingga pekikan terdengar dari mulut kecil Lea. Gerakan memicu desahan mereka yang menggema memenuhi ruang dapur sampai ruang tamu. Mereka saling menyebutkan nama, saling memuja dan mencari titik kepuasan itu hingga pelepasan terjadi.James menggendong Lea dan membawanya ke kamar. Dia membaringkan Lea dan kembali menciumnya. Dia memuja tubuh Lea, menyentuhnya begitu intens. Sesuatu di bawah sana bangkit kembali dan meminta untuk segera masuk. Mereka melakukannya lagi sampai Lea lelah dan terlelap.James berusaha memakaikan Lea pakaian dan menyelimutinya, lalu dia menatap wajah tenang Lea yang tertidur pulas. Dia mengecup keningnya sekilas. Dia beranjak keluar dari kamar Lea.Dia hanya pergi untuk membeli vitamin dan kembali lagi untuk meletakkan vitamin di atas nakas samping tempat tidur Lea. Dia mengusap rambut Lea sebentar sebelum akhirnya kembali pulang pada Keyla. Sebesar apapun keinginannya pada Lea, pada akhirnya James akan tetap kembali pada kekasihnya. Hal itulah yang membuat Lea merasa tersakiti berulang kali. **Lea terbangun pada dini hari dan langsung melihat ke samping. Tak ada siapapun di sana.Apa yang kau harapkan Lea? Dia turun dari tempat tidurnya dan melihat sesuatu di atas nakas. Minumlah ini. Kau tampak pucat hari ini. Baik-baiklah di Amerika, aku tak bisa mengantarmu ke bandara. Di sana kau harus makan yang banyak agar kau gemuk. Kau semakin kurus Lea.-James Hanya itu yang tertulis, tanpa bermakna dan berarti hanya seperti kekhawatirannya pada pasiennya dan hal itu kembali membuat dada Lea semakin sesak.Ingin menangis namun tak bisa mengeluarkan. Air matanya terasa berat menangisi kekasih orang lain dan membuatnya terlihat rendah. Dia menyalahkan dirinya yang sudah jatuh cinta pada seseorang yang hanya bisa memberinya luka tak berkesudahan. Meruntuki kebodohannya yang terus berlanjut sampai detik ini. Sesuatu yang tak akan bisa dia maafkan adalah telah mengecewakan adiknya.Setidaknya Aleandra akan sembuh. Aku hanya harus fokus pada pengobatannya. Maka aku akan melupakannya. batin Lea.***Keyla duduk terdiam di sofa. Ketika dia terbangun, dirinya tak melihat James berada di sampingnya. Dia merasa bahwa James berubah. Hal itu semakin jelas terasa ketika dalam seminggu ini James sering keluar saat dia sudah tertidur setelah meminum obat.Setelah makan malam tadi, Keyla sengaja tak meminum obatnya. Dia tak ingin tertidur terlalu lama. Kali ini dia hanya tertidur sesaat karena lelah lalu terbangun saat James baru saja beranjak dari ranjangnya. Dia keluar dari kamar setelah tak mendengar apapun di luar kamar. Dan benar saja bahwa Jamesnya pergi lagi untuk yang ke sekian kalinya dalam seminggu.Keyla tak tau harus berbuat apa. Dia hanya bisa menerka dan menunggu James menjelaskan semuanya. Dia terduduk di sofa sambil melamun sampai akhirnya James kembali dan terkejut melihatnya yang hanya diam tanpa menoleh ke arahnya."Key, kau belum tidur? Kenapa kau di sini?" James duduk di samping Keyla.Keyla menoleh, menatap manik mata biru terang milik James, sangat mirip dengan Xander, bahkan kilatan cinta itu juga masih ada."Apa yang kau lakukan setiap tengah malam seperti ini Jamie? Kali ini alasan apa yang akan kau berikan untukku?" Keyla bertanya menahan tangisnya. Sejak tadi dia berusaha mengenyahkan pikirannya dari kemungkinan terburuk yang James lakukan."Aku...." James bahkan tak bisa melanjutkan perkataanya.“Jika kau menemukan seseorang yang bisa membuatmu bahagia. Pergilah, Jamie. Aku tak ingin mengikatmu lagi. Aku sudah terlalu sering aku mengecewakanmu. Dan aku rasa kau yang paling tahu rasanya. Jadi jika kau sungguh mencintaiku, ku mohon jangan membuatku merasakan itu." Keyla berdiri setelah mengucapkan hal yang sejak tadi berkecamuk di kepalanya, membiarkan sesak di dadanya hilang. Dia memasuki kamar dan menguncinya, tak membiarkan James masuk."Key, dengarkan aku. Sampai saat ini kau yang ada di hatiku. Sungguh, aku tak berbohong Key. Hanya saja... aku... buka pintunya, Key. Biarkan aku meminta maaf padamu. Aku memang salah.""Tidurlah di kamar sebelah. Biarkan aku berpikir dengan tenang," sahut Keyla."Tapi Key, kau tak boleh melakukan apapun yang membahayakan dirimu. Ku mohon...""Kau tenang saja, aku tak akan melakukannya," jawab Keyla terakhir kalinya.Setelah itu James terus bicara dan mencoba meyakinkan Keyla, namun tak ada lagi jawaban. James menyerah. Dia pergi ke kamar sebelah, mengistirahatkan hati dan pikirannya yang semakin tak karuan.Kenapa rasanya begitu menyakitkan saat melihat kembali mata sendu Keyla? Apa yang kulakukan telah melukai hatinya yang bahkan sudah tak berbentuk. James membatin. Dia memejamkan matanya mencoba tidur namun tak bisa.Apa yang kulakukan lebih buruk dari apa yang Xander lakukan. Aku... sungguh mengecewakannya. James berusaha memejamkan matanya untuk terlelap walau sulit.Di dalam kamar Keyla menangis. Merasa bahwa apa yang dia pikirkan benar setelah mendengar James yang tak bisa menjawab dan menyangkal perkataannya barusan.Ke mana dirimu yang dulu, Jamie? Aku merindukanmu. Kau seperti orang asing bagiku saat ini. Ku kira kau adalah orang yang benar-benar dikirim pencipta untuk melengkapi hidupku yang selama ini gelap. Aku berharap kau adalah matahariku. Tapi ternyata kau hanyalah sebuah lilin yang bisa dipadamkan apinya saat angin menghembusmu. batin Keyla.Entah apa yang akan terjadi padanya. Dia hanya bisa menyerahkan segalanya pada takdir, membiarkan semuanya mengalir alami dan berjalan sesuai waktu yang sudah ditentukan.Dia tidak tahu apakah mampu bertahan, atau dia memilih untuk mundur. Jika dia mampu bertahan, dia yakin akan ada badai yang mengguncangnya. Namun jika dia menyerah, dia akan kehilangan semuanya dan menyisakan sebuah penyesalan dalam hidupnya.Bahagia seolah tak memihak padanya, sehingga dia terus mengalami sakit dan kecewa berulang kali. Bahkan saat dia sudah memberikan hatinya untuk James.**Selama tiga minggu, James disibukkan dengan persiapan pernikahannya dengan Keyla. Begitu juga dengan Lea yang sibuk mengurus pengobatan Aleandra.James memohon maaf pada Keyla setelah malam itu. Dia berjanji tak akan pergi lagi di tengah malam dan tak akan membuat Keyla bersedih lagi.Sementara Lea kembali ke Apartemen dengan Aleandra yang telah selesai operasi, namun masih harus dirawat inap di rumah sakit tempat James praktek."Kau istirahatlah Lea, wajahmu pucat. Kau pasti kelelahan karena mengurus Ale di sana.” Joe mengantarkan Lea ke apartemennya namun, hanya sampai tempat parkir."Ya, terima kasih Joe sudah membantuku.”"Kau dan Ale sudah aku anggap seperti adikku, jadi jangan berkata seperti itu.”"Baiklah. Kau langsung kekelab?" tanya Lea."Iya. Kau istirahat saja. Jika tak membaik, hubungi aku. Kita ke rumah sakit.""Dia tak perlu ke rumah sakit! Aku yang akan merawatnya!” sela James yang tiba-tiba berada di samping Lea. Dia mengambil
James segera ke ruangan Lea saat tahu dari seorang perawat bahwa Lea dirawat sejak semalam. Dia memasuki ruang rawat Lea yang sepi. Hanya ada wanita itu di sana, sedang berdiri menatap keluar jendela.James mendekat dan memeluk Lea dari belakang, menghirup aroma lavender yang masih terasa sejak semalam."Apa yang terjadi padamu? Kemarin aku melihat Joe datang ke apartemen. Apa kau sakit?" tanya James.Lea buru-buru melepaskan pelukan James dan kembali ke ranjangnya."Aku hanya kelelahan. Untuk apa kau ke sini?" tanya Lea."Aku ingin melihat keadaanmu.""Jangan pedulikan aku lagi, James. Berhenti mengkhianati Keyla. Dia tak pantas kau perlakukan seperti ini. Aku tak ingin menjadi wanita yang menyakiti hati sesama wanita."James menatap Lea, wanita yang terlalu baik untuk dia permainkan. Membuatnya semakin menyesali semua yang terjadi antara dirinya dan wanita yang memiliki iris berwarna hazel itu."Baiklah, aku akan kembali ke r
Sesuatu yang dipaksakan tak akan berakhir indah. Maka dari itu Lea memilih mengalah dan membiarkan James menikahi Keyla. Dia menguatkan hati dan memberanikan diri menghadiri acara penikahan tersebut. Dengan niat lain yang akan membuat seorang James menyesali keputusannya. Dan dia sudah bertekad untuk tidak menangis ataupun menyesal kemudian hari dengan keputusannya saat ini. Karena sedari awal semua ini sudah salah. Dia tak bisa menolak lebih tegas. Dia yang memilih menuruti hatinya dengan mencintai seseorang yang telah memiliki cinta lain. Dan semua ini adalah konsekuensinya. Dia harus rela tersakiti dan kehilangan cinta itu sebelum dapat dia raih. Walau buah cinta telah tertanam dalam rahimnya, namun cinta seorang James tak bisa berubah secepat membalikan telapak tangan. Maka dia memilih mengalah, menyerah pada kenyataan pahit dan membiarkan takdir yang membawanya entah ke mana."Lea, kau yakin ingin menyaksikan pernikahannya?" tanya Joe untuk sekian kalinya.Mereka
James terduduk lemas di lantai setelah melihat surat dari Lea. Dia tanpa sadar meneteskan air matanya. Keyla yang memang sengaja belum tertidur, mengintip dari balik bulu matanya, melihat Jamesnya yang terlihat frustrasi.Seandainya kau jujur, aku akan menenangkanmu, Jamie. Aku juga tak akan menahanmu jika kau ingin pergi kepadanya. Aku hanya ingin kau jujur. Apakah sulit untuk mengatakan yang sebenarnya padaku? Selama ini aku selalu berkata jujur tentang hatiku yang dulu masih mencintai Alexander, walau aku tahu kejujuranku menyakitimu. Begitu juga sekarang. Aku tahu kau tak ingin membuatku terluka. Tapi percayalah, aku akan lebih terluka jika aku mengetahuinya dari orang lain.batin Keyla. Dia mencoba memejamkan matanya untuk tidur walau sulit.James bangkit dari duduknya, mencoba untuk tetap tenang dan telihat biasa saja walau hati dan pikirannya sungguh tak tenang memikirkan ke mana perginya Lea. Dia berjalan menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya den
Beberapa bulan kemudianPerut Leanor sudah semakin kelihatan membuncit. Kehamilannya memasuki bulan kelima. Dia sudah bisa memakan berbagai jenis makanan. Tidak seperti tiga bulan pertama yang membuat berat badannya malah turun. Sekarang dia sedang menikmati es krim di sebuah kedai es krim. Dia beristirahat sejenak sambil menunggu Aleandra pulang bekerja.Adiknya itu memaksa ingin bekerja untuk membantu biaya persalinannya walau Joe dan dirinya sudah melarang. Pada akhirnya mereka menyerah dan membiarkan Aleandra bekerja di kedai es krim tersebut dari jam sepuluh pagi hingga jam empat sore.Terkadang Lea akan berkunjung ke sana, seperti sekarang ini. Dia sudah duduk hampir dua jam dengan dua mangkuk es krim rasa cokelat dan stroberi serta satu botol air putih.Pemilik kedai tersebut sangat ramah dan memberi diskon padanya karena dia adalah kakak dari karyawannya–Aleandra. Bahkan terkadang pemilik kedai tersebut sering memberikan sekotak kecil es kri
Tiga bulan berlalu dengan cepat. Kandungan Lea sudah memasuki bulan ke delapan. Dia sudah mulai kesulitan saat berjalan dan mudah lelah karena membawa seorang bayi laki-laki dalam perutnya.Aleandra sudah berhenti bekerja di kedai es krim. Sekarang dia bekerja di perusahaan milik Marvin Williams, menjadi asisten dari anak pertamanya dengan gaji yang cukup besar. Berkat hal tersebut, Aleandra dan Lea bisa menyewa sebuah rumah yang lebih besar. Sementara Joe masih sering mampir ke tempat mereka. Walau tak sesering saat pertama kali mereka pindah.Hari ini jadwal Joe berkunjung ke tempat Lea untuk mengantar wanita itu melakukancheck uprutin kandungannya setiap bulan dan kemungkinan Joe akan bolak-balik setiap minggu karena jadwal kelahiran anak Lea yang semakin dekat.Pagi-pagi sekali Joe sudah tiba di tempat Lea."Bagaimana kabar keponakanku, Lea? Apa dia semakin sering menendang?" tanya Joe."Sangat sering. Ku rasa dia ing
Empat tahun kemudianKepergian James empat tahun yang lalu membuat Keyla tersadar bahwa sekalipun dia bertahan, James akan tetap pergi. Karena cinta itu telah hilang tak pernah terlihat lagi sejak James kembali pagi itu. Saat mereka bertengkar karena sebuah undangan yang membuat James lelah dan akhirnya menyerah pada dirinya. Keyla menyadarinya. Namun dia tetap ingin berjuang selama James masih ingin berada di dekatnya hingga akhirnya dia sadar bahwa dia telah kehilangan hati James seutuhnya.Membiarkan Jamesnya berjuang untuk wanita lain adalah hal tersulit baginya, namun dia merelakannya. Tuhan memang adil. Setelah dia merelakan James, seorang laki-laki bernama Mike mengungkapkan perasaannya walau tak sepenuhnya dia menerima Mike.Dia akan mencoba menjalaninya dengan perlahan. Dia hanya tak ingin gagal lagi untuk kesekian kalinya. Karena sesungguhnya hatinya telah tak berbentuk. Dia hanya berharap bahwa seorang Mike Jhonson mampu menyatukan kembali hatinya sek
Beberapa bulan sebelumnya...Lea mendatangi tempat di mana Joe memintanya untuk datang seorang diri. Dengan menitipkan Jason pada Aleandra. Sebuah kebetulan yang seperti di sengaja, Zach datang ke rumah mereka membawakan camilan untuk Jason, membuat Lea tampak tenang meninggalkan Jason bersama Aleandra."Kau di mana, Lea?" tanya Joe di ujung sambungan telepon."Aku sudah tiba, sekarang akan masuk. Apa kau sudah sampai sejak tadi?""Tidak, aku juga baru tiba. Maaf aku tak bisa menjemputmu.”"Tak apa Joe, aku tahu kau sangat sibuk.""Di sini Lea.” Joe melambaikan tangannya. Sebenarnya dia tak perlu melakukannya karena restoran tersebut tak begitu ramai. Hanya ada tiga pasang pelanggan.Lea berjalan menuju tempat Joe duduk. Dia mendaratkan bokongnya ke kursi yang telah di dorong keluar dari meja oleh Joe."Wah... ada apa denganmu, Joe? Kau terlihat manis sekarang," tanya Lea kagum."Ak
Bunyi bel pintu rumah kediaman Mrs.Walz terdengar, menandakan ada orang yang datang larut malam. Para pelayan sudah tertidur. James yang hendak mengambil air minum langsung berbelok arah untuk membukakan pintu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menampilkan Joe dan Natasha yang berdiri dengan Natasha yang terlihat lelah dan bergelayut pada lengan Joe."Selamat datang di rumah ibumu, Joe!" tukas James sinis. Joe hanya diam menanggapi penyambutan dengan nada yang tak enak dia dengar."Masuklah dulu Nath," pinta Joe pada Natasha yang menurut lalu melewati James yang terlihat meminta penjelasan yang masuk akal untuk semua yang telah terjadi.Sementara Natasha masuk, James keluar lalu menutup pintu rumah.Satu pukulan langsung James layangkan pada wajah Joe."Itu untuk kekacauan yang kau buat pagi ini!"James hendak melayangkan pukulan lagi, namun Joe menahannya dan membalasnya.Satu pukulan mengenai pipi kiri James."Itu un
Mempelai wanita masih menundukkan kepalanya, membuat beberapa tamu penasaran sampai mereka harus sedikit membungkukkan dirinya berusaha untuk mengintip seberapa cantik mempelai tersebut. Terutama orang Rusia yang menjadi musuh dari Joe. Dia penasaran karena sebelum acara di mulai Natasha meminta izin ke toilet dan sampai sekarang dia belum juga kembali. Orang itu sempat berpikir bahwa mempelai tersebut adalah Natasha.Akibat terlalu sibuk memperhatikan sang mempelai wanita, para tamu tak menyadari bahwa mempelai pria telah berganti. Saat ini James yang berada di atas altar dengan wajah serius, membuat semua yang melihat menjadi terkejut terutama para mafia bisnis. Tak berapa lama mereka mendapat kabar dari beberapa anak buahnya bahwa Joe telah membawa Natasha pergi menggunakan helikopter yang dikira akan digunakan untuk kepergian kedua pengantin saat acara selesai.Mereka berhambur keluar dari dalam gereja, termasuk James yang sudah siap membawa pergi Lea. Zach dan Ale
Pagi hari Zach sudah mengedor-gedor pintu kamar James dengan tidak sabar. Masalahnya waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kemarin Aleandra memintanya untuk memberikan amplop itu sekarang."Hei! Bangunlah dokter brengsek!" teriak Zach kencang. Sedetik kemudian pintu terbuka, menampilkan diri James yang terlihat kacau."Ada apa bocah sialan?! Kau sungguh mencari mati, hah?!" bentak James kesal. Pasalnya sejak semalam dia menjelajahi dunia internet mencari tahu semua yang berhubungan dengan Joe dan Lea. Tetapi seperti ada yang menutupi semua jejak Joe, karena seberapa dalam James mencarinya yang dia hasilkan tetap nihil."Kau akan berterima kasih padaku jika kau tahu apa isi amplop yang diberikan bajingan licik itu!" ucap Zach sambil melemparkan amplop tersebut pada James dan dia masuk ke dalam kamar tanpa permisi.James meraih amplop tersebut kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Dia duduk di sofa dan mulai membuka amplop tersebut. Sementara Zac
Beberapa hari kemudian…Lea dengan terpaksa harus ikut Joe ke London untuk melangsungkan pernikahan.Sementara James, dia tetap menyusul dan menunggu kabar dari Lea tentang ibu Joe yang dia harap bisa membantunya untuk membatalkan pernikahan keduanya.Sudah tiga hari dia berada di London tetap tak ada kabar baik dari Lea. Bahkan kabar keberadaan wanita itu saja tak terdengar. James yang bersama Zach mencoba mencari tahu semua kabar bahkan Aleandra juga sulit untuk dia hubungi.Akibatnya, kedua pria yang kebingungan itu akhirnya menebak-nebak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Lea dan Aleandra.Saat siang hari James dan Zach memutuskan untuk makan siang di sebuah kafe. Mereka harus mengisi perut untuk mencari kedua wanita yang mereka cintai. Ada banyak kafe di sana, namun entah kenapa James memilih kafe ini. Sebuah kafe dengan dinding kaca yang menampilkan keadaan di luar hingga ke seberang jalan yang terdapat sebuahbridal. Dia
James hendak ke kamarnya setelah menenangkan pikirannya dari setiap ucapan Joe yang membuatnya tak bisa berpikir harus bagaimana lagi."Dasar, sialan! Beraninya dia mengancamku! Oh, astaga... apa lagi yang harus aku perbuat untuk merebutmu kembali, Lea?" James berujar sambil memejamkan matanya. Dia berbaring di atas ranjangnya.Apa lagi yang harus aku lakukan, Lea? Aku sudah kehabisan akal untuk menghentikannya.batin James. Dia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mundur ke belakang mengingat kejadian awal saat bertemu dengan Lea.Dia kembali mengingat bagaimana dirinya yang hancur karena Keyla dan kembali bertemu dengan Lea di sebuah bar dan malam itu terjadi. Malam ketika dia merebut kesucian Lea. James meneteskan air matanya ketika mengingat kelakuan brengseknya saat itu. Seharusnya dia tak mendapatkan cinta Lea jika mengingat bagaimana keadaan membuat wanita itu menjadi kesulitan dan sekarang membuatnya serba salah."Lea, apakah k
Lea terdiam dan terpaku mendengar ucapan Joe. Dia menatap punggung Joe yang terlihat semakin menjauh."Joe, kurasa kita harus bicara.”Mendengar kalimat itu Joe berbalik badan dan kembali mendekat kepada Lea."Akhirnya kau memintanya juga. Baiklah. Di mana? Tidak mungkin di tempatmu.”"Kita ke atap saja," usul Lea.Joe mengangguk dan mempersilahkan Lea untuk jalan lebih dulu. Saat berada di atap, cuaca di luar cukup mendung, dan angin berhembus cukup kencang. Joe memberikan jaketnya kepada Lea dan mengusap bahu wanita itu setelah memakaikan jaketnya."Kau yakin ingin bicara di sini?" tanya Joe.Lea hanya mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin."Baiklah, katakan apa yang ingin kau bicarakan.”"Begini Joe... sebenarnya aku..." Manik mata hazel Lea menatap Joe yang terlihat sabar menunggu kelanjutan dari perkataan Lea. Dia menghela napas, merasa sulit untuk mengataka
Lea sudah menyiapkan beberapa makanan yang akhirnya dia beli di restoran siap antar. Dia beralasan pada Joe bahwa dia sedang kurang sehat namun kenyataannya dia bahkan tak bisa berhenti menangis setelah James pergi walau hanya untuk menjemput Jason."Kau sudah ke dokter?" tanya Joe memeriksakan suhu tubuh Lea dengan punggung tangannya.Lea hanya menggeleng. James menatapnya tajam, dia tak bisa melihat kontak fisik antara Lea dan Joe walau itu hanya untuk memeriksa keadaan Lea."Jika kalian lupa, aku adalah seorang dokter!" ujar James memindahkan Jason dari pangkuannya untuk duduk dengan Aleandra. "Biar aku yang memeriksanya!"James menyingkirkan tangan Joe cukup kasar. Dia mengalihkan tatapan tajamnya dari Joe berpindah kepada Lea yang menunduk. "Seharusnya kau jangan terlalu lama berendam! Sudah kukatakan untuk segera menyelesaikan mandimu bukan?!" James dengan sengaja membicarakan masalah mandi. Padahal jelas Lea menyelesaikan mandinya dengan cepat dan
Satu minggu kemudianLea sedang berbelanja bahan makanan untuk menyambut kembalinya Joe dan Aleandra. Entah ada masalah apa hingga membuat Joe harus kembali ke Australia lebih cepat dari rencananya.James yang memang mengetahui rencana Joe yang akan membawa Lea pergi ke London terlihat gelisah. Dua hari setelah Joe mengabarkan akan kembali, James berniat ingin membawa Lea dan Jason ke Indonesia untuk tinggal di rumah yang dulu dia tempati. Sayangnya Lea menolak. Hari ini James masih berusaha untuk membawanya pergi."Aku memang membiarkanmu untuk melakukan apapun, James. Tapi bukan untuk menggunakan cara licik dengan membawaku dan Jason pergi," tolak Lea sambil mendorong troli belanjaannya. James segera mengikutinya."Aku sungguh tak mengerti dengan pikiranmu, Lea! Selama seminggu ini kita bersama, kita sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Mengurus Jason, mendaftarkan dia sekolah dan mengajaknya bermain. Bahkan kita…" James sengaja menjeda kal
Lea bergerak gelisah setelah James mengecupnya dan beranjak. Belum sempat James keluar kamar dia memanggilnya, "Jamie?”James berbalik dan tersenyum mendengar Lea memanggilnya dengan sebutan'Jamie'yang sangat memanjakan telinga saat seorang yang dia cintai memanggilnya seperti itu."Ya?” jawab James saat menoleh.Lea beranjak dari ranjang setelah mengecup Jason. Dia mengiring James untuk keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang makan setelah James mengambilkan minum untuk Lea yang terlihat pucat seperti habis bermimpi buruk."Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya James sambil mengusap punggung Lea. Wanita itu mendongak dan seketika memeluk James.Pertanyaan James membuat wanita itu menangis. James mengeratkan pelukannya."Aku takut. Mimpiku tadi sangat mengerikan. Di saat seharusnya momen indah tercipta di sebuah acara pernikahan namun yang terjadi adalah sebuah pembunuhan," jelas Lea sedikit bergetar."