—7—
Lea sedang berbicara dengan Joe mengenai Aleandra yang sekarang dirawat di rumah sakit tepatnya beberapa hari yang lalu. Lea menceritakan semua yang terjadi padanya dan James. Joe sangat marah dan berniat meminta tolong para godfather untuk membantunya menghancurkan James. Namun Lea melarangnya karena James berniat membantu Aleandra untuk sembuh."Jadi kau akan menerima tawarannya yang memintamu untuk...""Aku hanya ingin memintamu membantuku untuk menghindar dari dia Joe, namun tetap memantau pengobatan Ale," potong Lea."Itu tak mungkin bisa, Lea. Dia tak bodoh. Dia pasti akan memperlambat pengobatan Ale jika kau menghilang.”"Jadi aku harus bagaimana menurutmu?""Aku akan meminta bantuan untuk meminjamkan uang pada salah satu pelangganmu,” pikir Joe."Aku yakin orang yang kau mintai tolong pasti akan meminta Lea untuk melayaninya di ranjang!"Lea dan Joe seketika terkejut mendengar suara James berada di pintu ruangan khusus tersebut."Ayo pulang, Lea! Kau lupa dengan apa yang ku katakan tadi sore?!""Jika kau ingin membawanya pulang, kau harus berhadapan denganku dan para pengawal pelanggan Lea!" Joe berdiri dari duduknya saat James menarik Lea untuk ikut dengannya."Sayangnya aku tak tertarik untuk mengotori tanganku. Jadi biarkan Lea yang memilih." James menatap tajam Lea.Lea menggelengkan kepalanya pada Joe, meminta untuk tak menimbulkan keributan. Dia memohon pada Joe untuk mengizinkannya pergi bersama James.Joe tampak kesal dan mengepalkan tangannya. Dia berusaha menekan emosinya karena tak ingin Lea semakin kesulitan."Kuharap kau tak membuat hidupnya semakin sulit, Dude! Jika itu terjadi, kau tahu apa yang akan terjadi pada kariermu sebagai dokter!" kecam Joe sambil menatap tajam James.Lea dan James sudah pergi dari sana. Joe langsung menelepon seseorang ketika pintu ruangan tersebut tertutup."Tolong lakukan pengintaian pada seorang dokter bernama James Savier Hoult. Cari tahu apa yang dia lakukan pada Lea dan kekasihnya yang lain." Joe menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari seseorang yang menerima perintahnya.***Lea memekik kesakitan ketika James menariknya cukup keras dan memasukkan Lea ke dalam mobil. Dia menatap nyalang wajah James yang terlihat kesal."Kau pikir siapa dirimu? Melakukan segala sesuatu dengan seenaknya? Bahkan aku—"Ucapan Lea terhenti saat James melemparkan sebuah amplop berisi surat perjanjian selama pengobatan Aleandra berjalan. Lea membulatkan matanya ketika membaca peraturan yang dibuat James yang kurang lebih isinya sangat merugikannya dan sangat menguntungkan bagi James.Lea melempar kembali surat tersebut dan siap memaki."Kau pikir aku akan menyetujui perjanjian bodoh ini?! Hah?! Aku akan meminta Ale untuk pulang saja!""Sayangnya dia sudah melakukan pengobatan pagi ini," ucap James dengan santai dan mulai menjalankan mobilnya."Antar aku ke rumah sakit! Aku ingin memastikannya sendiri!""Aku tak ingin diperintah olehmu, Nona. Jadi besok saja kau pergi sendiri ke sana.""Kalau begitu turunkan aku di sini!""Dan membiarkanmu melayani para lelaki hidung belang?!" seru James. "Kau pikir aku sebodoh itu, Lea?! Kau sendiri yang mengatakan dirimu tak sama dengan para pelacur di dalam sana. Harusnya kau bersyukur aku menyelamatkanmu serta menolong adikmu!""Aku sangat menyesal seumur hidupku telah bertemu denganmu!" seru Lea yang akhirnya memilih diam dan menatap jalanan.James melirik Lea yang terdiam setelah mengatakan hal yang membuatnya mengumpat dalam hati. Sebenci itukah dirimu padaku Lea?Perjalanan hening sampai mereka tiba di unit Apartemen Lea. Dia langsung memasuki kamar dan menguncinya. Dia tak akan membiarkan James kembali memasukinya lagi. Sudah cukup perlakuan kurang ajar James padanya yang berakhir mengecewakan."Besok pagi aku akan ke rumah sakit, aku tunggu kau jam tujuh di mobilku!" teriak James seraya berjalan keluar dari unit Apartemen Lea.***James sudah kembali ke unit Apartemennya dan menuju kamar. Dia melihat Keyla yang masih tertidur lelap. Setelah membersihkan diri, dia berbaring di samping Keyla. Menatap wajah tenang Keyla yang sempurna.Kau cantik Key. Aku bersyukur kau sudah mulai membuka hati untukku. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kau berikan. Kau berhak bahagia setelah terlalu banyaknya derita yang kau alami selama hidupmu, Key. Maafkan aku. batin James. Dia mencium kening Keyla lalu memeluknya.Pergerakannya membuat Keyla terbangun."Jamie, kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Keyla polos."Sudah. Tidurlah. Aku sudah di sini," jawab James sambil mengeratkan pelukannya pada Keyla."Aku haus Jamie, biarkan aku bangun sebentar untuk minum.""Aku akan ambilkan. Kau tetaplah di sini.James pergi keluar kamar dan beberapa menit kemudian sudah masuk kembali sambil membawakan segelas air putih."Kau ke mana? Aku tadi sempat terbangun untuk ke toilet, namun tak ada dirimu di meja kerjamu.” Keyla mengembalikan gelas yang sudah dia minum setengahnya pada James."Aku tadi aku membeli flashdisk. Aku lupa menyimpan yang lama jadi aku membelinya sebentar," jelas James."Oh begitu. Baiklah sekarang tidurlah Jamie kau tampak lelah." Keyla mengusap rahang James."Kau juga tidurlah. Aku akan terjaga sampai kau terlelap.”"Kali ini biar aku yang terjaga hingga kau terlelap. Aku tak ingin saat aku terbangun, kau tak ada di sampingku." Keyla memohon."Baiklah." James memejamkan matanya.Keyla merasa ada yang aneh dari diri James namun, dia berusaha percaya. Tapi ketika dia melihat sebuah kebohongan tersirat dari manik mata biru terang milik James, membuatnya sadar bahwa kekasihnya mulai berubah.***Lea tertidur setelah lelah memikirkan bagaimana caranya untuk lepas dari perjanjiannya dengan James. Namun hatinya berat. Dia memikirkan Aleandra yang harus segera disembuhkan sebelum semuanya terlambat. Dia menangis mengingat kejadian buruk yang menimpa kedua orang tuanya. Dia merasa sendirian saat ini sampai akhirnya dia jatuh terlelap.Pada saat subuh tiba, dia terbangun dan teringat ucapan James yang akan menunggunya jam tujuh pagi. Dia bergegas sebelum jarum jam menunjuk angka tujuh. Dia pergi keluar dari apartemennya tepat pukul enam lewat tiga puluh menit. Sialnya dia terlambat. James sudah menunggunya di depan pintu kamar apartemennya."Kau terlalu mudah ditebak Lea. Ayo, ini hari penting adikmu.” James berjalan lebih dulu. Dia mengabaikan wajah kesal Lea yang sudah bersiap-siap untuk pergi sendiri namun malah ketahuan olehnya.Setelah mereka tiba di rumah sakit, James mengenalkan Lea pada dokter yang akan menangani Aleandra selama pengobatan. Mereka berniat membawa Aleandra ke Amerika untuk pengobatan lebih lanjut dengan peralatan yang lebih canggih dan bagus.Awalnya Aleandra menolak karena dia tidak ingin jauh dari kakaknya namun, Lea memaksa. Walau sejujurnya Lea juga tak bisa jauh dari adiknya, tetapi keadaan Aleandra lebih penting dari apapun juga.Akhirnya mereka membawa Aleandra pergi hari itu juga untuk mempercepat berjalannya pengobatan. Lea menghela napas lelah. Rasanya terlalu sulit melihat adiknya harus menderita seperti ini.Lea berjalan pulang sendiri karena James sedang praktek. Dia merapikan baju-baju Aleandra dan berniat membawanya minggu depan saat operasi Aleandra mulai. Walau adiknya sudah dibawa lebih dulu, namun untuk melakukan operasi besar pihak rumah sakit dan para dokter ahli memerlukan beberapa tahap dan proses untuk melakukannya.Setelah merapikan bajunya dan Aleandra, dia keluar dari unit apartemennya dan berniat makan di foodcourt yang ada di sana. Entah kesialan apa lagi yang dia dapatkan saat melihat James dan Keyla sedang menyantap makan malamnya di tempat yang dia pijaki sekarang. Dia menyaksikan kemesraan James yang begitu memanjakan Keyla sampai dia tidak sadar seseorang tengah berdiri di sampingnya dan mengikuti ke mana arah matanya melihat."Kau mulai jatuh cinta dengan dokter brengsek itu?" Lea terkejut mendengar suara baritonmilik Joe. Dia menepuk dada Joe mencoba menyangkal apa yang dikatakan lelaki itu.Lea berjalan memesan makanan di salah satu kios makanan chinese food. Setelah memesan, dia mencari tempat duduk dan membelakangi James dan Keyla, sedangkan Joe duduk di depannya."Jangan menutupinya Lea, kau sudah ku anggap seperti adikku.""Kau tak ke kelab?" Lea mengalihkan pertanyaan Joe yang terus membahas James."Kelabitu bisa beroperasi tanpa adanya aku. Tempat itu akan sepi jika para bitch bertobat," jawab Joe asal walau benar adanya begitu."Aku sedikit merindukan para godfather yang terkadang sering menceritakan keburukan istrinya jika mereka sudah mabuk.""Dan kau akan mengutuk mereka saat mereka mulai menggodamu! Hahaha...." Joe sengaja tertawa sedikit keras untuk membuat James melihat ke arahnya. Bahkan dia dengan sengaja mengacak rambut Lea yang mulai memanyunkan bibirnya saat dia terus menggodanya.***Setelah makan malam selesai, Lea naik ke unit apartemennya sementara Joe pergi ke tempatnya bekerja. James dan Keyla sudah kembali ke unit apartemennya setengah jam yang lalu.Dia memasuki lift dan memencet angka lantai apartemennya. Ketika bunyi 'ting!' terdengar nyaring, pintu lift terbuka dan menampilkan sosok yang tak ingin dia temui. Dia berusaha mengabaikan dengan melewati James tanpa menatapnya.James mengekor dari belakang dengan perasaan kesal bercampur senang. Dia merasa Lea cemburu pada Keyla, namun dia juga kesal melihat Joe yang terlihat dekat dengan Lea.Mereka berdua masuk ke dalan unit apartemen Lea."Untuk apa kau ke sini? Bukankah tunanganmu harus kau temani? Jika memakan saja harus disuapi, sku rasa mandi pun harus dimandikan," ejek Lea sinis."Jadi kau ingin aku melakukan hal yang sama dengan apa yang ku lakukan pada Keyla?""Sayangnya aku akan merasa mual jika diperlakukan seperti itu!""Jadi kau ingin aku melakukan ini?" James mendekati Lea yang terlihat duduk santai di atas sofa dan menyetel televisi tanpa berniat menontonnya karena Lea terus mengganti salurannya. Dia mengacak-acak rambut Lea."Kau! Untuk apa mengacak rambutku? Nanti kusut!" protes Lea. Dia menepis tangan James lalu merapikan rambutnya."Saat Joe melakukannya kau bahkan tak terlihat protes." James berujar sambil bersandar pada punggung sofa."Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan. Kembalilah ke tempatmu! Aku ingin tidur!" Lea berniat beranjak dari tempat duduknya setelah mematikan televisi, namun tubuhnya terhuyung karena tarikan James yang membuatnya terjatuh dalam pelukan pria itu."Kau ingin aku suapi?"Lea menggeleng cepat dan berusaha menarik diri dari pelukan James yang erat."Kalau kau tak mau. Aku yang akan memakanmu.” James mencium Lea sehingga Lea kembali terlihat lemah di hadapan James.Ciuman mereka berubah menjadi decapan menggoda. Kaos Lea telah terbuka dan kedua James meraup kedua gunung kembarnya dengan leluasa. Bukti gairah James terasa. Lea memaksa dirinya untuk berdiri dan membuka celana James dengan kasar serta tergesa-gesa sampai berhenti di tengah antara lutut dan paha James.Secepat mungkin Lea langsung berlari menuju kamarnya. James kesulitan menyusul karena pergerakannya terhambat celana yang Lea turunkan sebelumnya."Leanor Beverly! Beraninya kau! Cepat buka pintunya atau aku akan mendobraknya!"Ah, shit!! Ini akan sakit jika tak terpuaskan! batin James menggerutu."Lea!!""Pulanglah. Aku agak tak enak badan jadi jangan memaksaku," ucap Lea memelankan suaranya."Tak akan ada lain kali yang seperti ini Lea! Aku akan memakai kamar mandimu!" teriak James mengalah dan memilih menyiram dirinya dengan dinginnya air.Setelah setengah jam lamanya, akhirnya James keluar dengan handuk yang sudah tergantung di gagang pintu kamar mandi. Dia tahu Lea pasti meletakannya tanpa berniat mengeluarkan suara dan kembali masuk ke kamarnya sebelum dia selesai."Lea, apa kau sudah tidur?" tanya James dari luar pintu. Namun hening."Aku akan kembali ke tempatku. Kuncilah pintunya setelah aku pergi,” ucap James.Lea keluar dari kamar setelah merasa tak ada lagi suara James. Dia berniat mengunci pintu apartemennya namun terkejut ketika James memeluknya dari belakang. Entah di mana James bersembunyi.Lea berontak dan menginjak kaki James hingga pria itu memekik sakit."Kau benar-benar!! Ini sakit Lea!""Kau mengagetkanku!"James berusaha menahan sakit dan bergerak cepat mengecup kening Lea."Tidurlah setelah meminum coklat hangat itu.” James menunjuk segelas coklat hangat yang dia buat dan meletakkan di atas meja makan."Aku pergi. Jika kau sedang sakit, kau harus mengatakannya padaku." James mengingatkan sebelum membuka pintu."Untuk apa aku mengatakannya padamu?""Jangan lupa aku seorang dokter, Lea.”James akhirnya benar-benar beranjak keluar dengan jalan terpincang-pincang.Lea menatap pintu yang tertutup rapat. Dia kembali meruntuki dirinya yang bodoh dengan mengharapkan jawaban jika James mengkhawatirkannya. Pada kenyataannya James seorang dokter yang akan khawatir jika orang di dekatnya sakit.Aku semakin bodoh dengan mengharapkan sesuatu yang lebih seperti kau akan memanjakanku layaknya kau memanjakan Keyla. batin Lea.**Satu minggu kemudian.Malam sebelum Lea pergi menyusul Aleandra untuk operasi, James menghampirinya. Memberikan penjelasan tentang kemungkinan yang akan terjadi pada adiknya setelah operasi terjadi. Lea yang awalnya merasa optimis menjadi sedikit pesimis dengan kemungkinan sembuh total hanya lima puluh pesen."Apa kau siap untuk menerima hasil akhirnya nanti? Walau 80% aku yakin dia akan sembuh meski masih harus melakukan pengobatan terapi." Jelas James menutup laptopnya.Lea terdiam. Dia menatap laptop yang tertutup dengan pandangan kosong. James mendekat lalu mengusap bahu Lea, memberi kekuatan untuknya tetap optimis."Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Aku sangat yakin Aleandra akan sembuh total. Dia tak akan menggunakan kursi roda ataupun tongkat. Dia akan tetap berjalan dengan kedua kakinya.”Lea menyandarkan kepalanya pada dada bidang James, merasakan takut kehilangan yang begitu kuat."Hanya dia yang aku miliki saat ini James. Dia lebih berharga
Selama tiga minggu, James disibukkan dengan persiapan pernikahannya dengan Keyla. Begitu juga dengan Lea yang sibuk mengurus pengobatan Aleandra.James memohon maaf pada Keyla setelah malam itu. Dia berjanji tak akan pergi lagi di tengah malam dan tak akan membuat Keyla bersedih lagi.Sementara Lea kembali ke Apartemen dengan Aleandra yang telah selesai operasi, namun masih harus dirawat inap di rumah sakit tempat James praktek."Kau istirahatlah Lea, wajahmu pucat. Kau pasti kelelahan karena mengurus Ale di sana.” Joe mengantarkan Lea ke apartemennya namun, hanya sampai tempat parkir."Ya, terima kasih Joe sudah membantuku.”"Kau dan Ale sudah aku anggap seperti adikku, jadi jangan berkata seperti itu.”"Baiklah. Kau langsung kekelab?" tanya Lea."Iya. Kau istirahat saja. Jika tak membaik, hubungi aku. Kita ke rumah sakit.""Dia tak perlu ke rumah sakit! Aku yang akan merawatnya!” sela James yang tiba-tiba berada di samping Lea. Dia mengambil
James segera ke ruangan Lea saat tahu dari seorang perawat bahwa Lea dirawat sejak semalam. Dia memasuki ruang rawat Lea yang sepi. Hanya ada wanita itu di sana, sedang berdiri menatap keluar jendela.James mendekat dan memeluk Lea dari belakang, menghirup aroma lavender yang masih terasa sejak semalam."Apa yang terjadi padamu? Kemarin aku melihat Joe datang ke apartemen. Apa kau sakit?" tanya James.Lea buru-buru melepaskan pelukan James dan kembali ke ranjangnya."Aku hanya kelelahan. Untuk apa kau ke sini?" tanya Lea."Aku ingin melihat keadaanmu.""Jangan pedulikan aku lagi, James. Berhenti mengkhianati Keyla. Dia tak pantas kau perlakukan seperti ini. Aku tak ingin menjadi wanita yang menyakiti hati sesama wanita."James menatap Lea, wanita yang terlalu baik untuk dia permainkan. Membuatnya semakin menyesali semua yang terjadi antara dirinya dan wanita yang memiliki iris berwarna hazel itu."Baiklah, aku akan kembali ke r
Sesuatu yang dipaksakan tak akan berakhir indah. Maka dari itu Lea memilih mengalah dan membiarkan James menikahi Keyla. Dia menguatkan hati dan memberanikan diri menghadiri acara penikahan tersebut. Dengan niat lain yang akan membuat seorang James menyesali keputusannya. Dan dia sudah bertekad untuk tidak menangis ataupun menyesal kemudian hari dengan keputusannya saat ini. Karena sedari awal semua ini sudah salah. Dia tak bisa menolak lebih tegas. Dia yang memilih menuruti hatinya dengan mencintai seseorang yang telah memiliki cinta lain. Dan semua ini adalah konsekuensinya. Dia harus rela tersakiti dan kehilangan cinta itu sebelum dapat dia raih. Walau buah cinta telah tertanam dalam rahimnya, namun cinta seorang James tak bisa berubah secepat membalikan telapak tangan. Maka dia memilih mengalah, menyerah pada kenyataan pahit dan membiarkan takdir yang membawanya entah ke mana."Lea, kau yakin ingin menyaksikan pernikahannya?" tanya Joe untuk sekian kalinya.Mereka
James terduduk lemas di lantai setelah melihat surat dari Lea. Dia tanpa sadar meneteskan air matanya. Keyla yang memang sengaja belum tertidur, mengintip dari balik bulu matanya, melihat Jamesnya yang terlihat frustrasi.Seandainya kau jujur, aku akan menenangkanmu, Jamie. Aku juga tak akan menahanmu jika kau ingin pergi kepadanya. Aku hanya ingin kau jujur. Apakah sulit untuk mengatakan yang sebenarnya padaku? Selama ini aku selalu berkata jujur tentang hatiku yang dulu masih mencintai Alexander, walau aku tahu kejujuranku menyakitimu. Begitu juga sekarang. Aku tahu kau tak ingin membuatku terluka. Tapi percayalah, aku akan lebih terluka jika aku mengetahuinya dari orang lain.batin Keyla. Dia mencoba memejamkan matanya untuk tidur walau sulit.James bangkit dari duduknya, mencoba untuk tetap tenang dan telihat biasa saja walau hati dan pikirannya sungguh tak tenang memikirkan ke mana perginya Lea. Dia berjalan menuju kamar mandi, mengguyur tubuhnya den
Beberapa bulan kemudianPerut Leanor sudah semakin kelihatan membuncit. Kehamilannya memasuki bulan kelima. Dia sudah bisa memakan berbagai jenis makanan. Tidak seperti tiga bulan pertama yang membuat berat badannya malah turun. Sekarang dia sedang menikmati es krim di sebuah kedai es krim. Dia beristirahat sejenak sambil menunggu Aleandra pulang bekerja.Adiknya itu memaksa ingin bekerja untuk membantu biaya persalinannya walau Joe dan dirinya sudah melarang. Pada akhirnya mereka menyerah dan membiarkan Aleandra bekerja di kedai es krim tersebut dari jam sepuluh pagi hingga jam empat sore.Terkadang Lea akan berkunjung ke sana, seperti sekarang ini. Dia sudah duduk hampir dua jam dengan dua mangkuk es krim rasa cokelat dan stroberi serta satu botol air putih.Pemilik kedai tersebut sangat ramah dan memberi diskon padanya karena dia adalah kakak dari karyawannya–Aleandra. Bahkan terkadang pemilik kedai tersebut sering memberikan sekotak kecil es kri
Tiga bulan berlalu dengan cepat. Kandungan Lea sudah memasuki bulan ke delapan. Dia sudah mulai kesulitan saat berjalan dan mudah lelah karena membawa seorang bayi laki-laki dalam perutnya.Aleandra sudah berhenti bekerja di kedai es krim. Sekarang dia bekerja di perusahaan milik Marvin Williams, menjadi asisten dari anak pertamanya dengan gaji yang cukup besar. Berkat hal tersebut, Aleandra dan Lea bisa menyewa sebuah rumah yang lebih besar. Sementara Joe masih sering mampir ke tempat mereka. Walau tak sesering saat pertama kali mereka pindah.Hari ini jadwal Joe berkunjung ke tempat Lea untuk mengantar wanita itu melakukancheck uprutin kandungannya setiap bulan dan kemungkinan Joe akan bolak-balik setiap minggu karena jadwal kelahiran anak Lea yang semakin dekat.Pagi-pagi sekali Joe sudah tiba di tempat Lea."Bagaimana kabar keponakanku, Lea? Apa dia semakin sering menendang?" tanya Joe."Sangat sering. Ku rasa dia ing
Empat tahun kemudianKepergian James empat tahun yang lalu membuat Keyla tersadar bahwa sekalipun dia bertahan, James akan tetap pergi. Karena cinta itu telah hilang tak pernah terlihat lagi sejak James kembali pagi itu. Saat mereka bertengkar karena sebuah undangan yang membuat James lelah dan akhirnya menyerah pada dirinya. Keyla menyadarinya. Namun dia tetap ingin berjuang selama James masih ingin berada di dekatnya hingga akhirnya dia sadar bahwa dia telah kehilangan hati James seutuhnya.Membiarkan Jamesnya berjuang untuk wanita lain adalah hal tersulit baginya, namun dia merelakannya. Tuhan memang adil. Setelah dia merelakan James, seorang laki-laki bernama Mike mengungkapkan perasaannya walau tak sepenuhnya dia menerima Mike.Dia akan mencoba menjalaninya dengan perlahan. Dia hanya tak ingin gagal lagi untuk kesekian kalinya. Karena sesungguhnya hatinya telah tak berbentuk. Dia hanya berharap bahwa seorang Mike Jhonson mampu menyatukan kembali hatinya sek
Bunyi bel pintu rumah kediaman Mrs.Walz terdengar, menandakan ada orang yang datang larut malam. Para pelayan sudah tertidur. James yang hendak mengambil air minum langsung berbelok arah untuk membukakan pintu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menampilkan Joe dan Natasha yang berdiri dengan Natasha yang terlihat lelah dan bergelayut pada lengan Joe."Selamat datang di rumah ibumu, Joe!" tukas James sinis. Joe hanya diam menanggapi penyambutan dengan nada yang tak enak dia dengar."Masuklah dulu Nath," pinta Joe pada Natasha yang menurut lalu melewati James yang terlihat meminta penjelasan yang masuk akal untuk semua yang telah terjadi.Sementara Natasha masuk, James keluar lalu menutup pintu rumah.Satu pukulan langsung James layangkan pada wajah Joe."Itu untuk kekacauan yang kau buat pagi ini!"James hendak melayangkan pukulan lagi, namun Joe menahannya dan membalasnya.Satu pukulan mengenai pipi kiri James."Itu un
Mempelai wanita masih menundukkan kepalanya, membuat beberapa tamu penasaran sampai mereka harus sedikit membungkukkan dirinya berusaha untuk mengintip seberapa cantik mempelai tersebut. Terutama orang Rusia yang menjadi musuh dari Joe. Dia penasaran karena sebelum acara di mulai Natasha meminta izin ke toilet dan sampai sekarang dia belum juga kembali. Orang itu sempat berpikir bahwa mempelai tersebut adalah Natasha.Akibat terlalu sibuk memperhatikan sang mempelai wanita, para tamu tak menyadari bahwa mempelai pria telah berganti. Saat ini James yang berada di atas altar dengan wajah serius, membuat semua yang melihat menjadi terkejut terutama para mafia bisnis. Tak berapa lama mereka mendapat kabar dari beberapa anak buahnya bahwa Joe telah membawa Natasha pergi menggunakan helikopter yang dikira akan digunakan untuk kepergian kedua pengantin saat acara selesai.Mereka berhambur keluar dari dalam gereja, termasuk James yang sudah siap membawa pergi Lea. Zach dan Ale
Pagi hari Zach sudah mengedor-gedor pintu kamar James dengan tidak sabar. Masalahnya waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kemarin Aleandra memintanya untuk memberikan amplop itu sekarang."Hei! Bangunlah dokter brengsek!" teriak Zach kencang. Sedetik kemudian pintu terbuka, menampilkan diri James yang terlihat kacau."Ada apa bocah sialan?! Kau sungguh mencari mati, hah?!" bentak James kesal. Pasalnya sejak semalam dia menjelajahi dunia internet mencari tahu semua yang berhubungan dengan Joe dan Lea. Tetapi seperti ada yang menutupi semua jejak Joe, karena seberapa dalam James mencarinya yang dia hasilkan tetap nihil."Kau akan berterima kasih padaku jika kau tahu apa isi amplop yang diberikan bajingan licik itu!" ucap Zach sambil melemparkan amplop tersebut pada James dan dia masuk ke dalam kamar tanpa permisi.James meraih amplop tersebut kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Dia duduk di sofa dan mulai membuka amplop tersebut. Sementara Zac
Beberapa hari kemudian…Lea dengan terpaksa harus ikut Joe ke London untuk melangsungkan pernikahan.Sementara James, dia tetap menyusul dan menunggu kabar dari Lea tentang ibu Joe yang dia harap bisa membantunya untuk membatalkan pernikahan keduanya.Sudah tiga hari dia berada di London tetap tak ada kabar baik dari Lea. Bahkan kabar keberadaan wanita itu saja tak terdengar. James yang bersama Zach mencoba mencari tahu semua kabar bahkan Aleandra juga sulit untuk dia hubungi.Akibatnya, kedua pria yang kebingungan itu akhirnya menebak-nebak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Lea dan Aleandra.Saat siang hari James dan Zach memutuskan untuk makan siang di sebuah kafe. Mereka harus mengisi perut untuk mencari kedua wanita yang mereka cintai. Ada banyak kafe di sana, namun entah kenapa James memilih kafe ini. Sebuah kafe dengan dinding kaca yang menampilkan keadaan di luar hingga ke seberang jalan yang terdapat sebuahbridal. Dia
James hendak ke kamarnya setelah menenangkan pikirannya dari setiap ucapan Joe yang membuatnya tak bisa berpikir harus bagaimana lagi."Dasar, sialan! Beraninya dia mengancamku! Oh, astaga... apa lagi yang harus aku perbuat untuk merebutmu kembali, Lea?" James berujar sambil memejamkan matanya. Dia berbaring di atas ranjangnya.Apa lagi yang harus aku lakukan, Lea? Aku sudah kehabisan akal untuk menghentikannya.batin James. Dia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mundur ke belakang mengingat kejadian awal saat bertemu dengan Lea.Dia kembali mengingat bagaimana dirinya yang hancur karena Keyla dan kembali bertemu dengan Lea di sebuah bar dan malam itu terjadi. Malam ketika dia merebut kesucian Lea. James meneteskan air matanya ketika mengingat kelakuan brengseknya saat itu. Seharusnya dia tak mendapatkan cinta Lea jika mengingat bagaimana keadaan membuat wanita itu menjadi kesulitan dan sekarang membuatnya serba salah."Lea, apakah k
Lea terdiam dan terpaku mendengar ucapan Joe. Dia menatap punggung Joe yang terlihat semakin menjauh."Joe, kurasa kita harus bicara.”Mendengar kalimat itu Joe berbalik badan dan kembali mendekat kepada Lea."Akhirnya kau memintanya juga. Baiklah. Di mana? Tidak mungkin di tempatmu.”"Kita ke atap saja," usul Lea.Joe mengangguk dan mempersilahkan Lea untuk jalan lebih dulu. Saat berada di atap, cuaca di luar cukup mendung, dan angin berhembus cukup kencang. Joe memberikan jaketnya kepada Lea dan mengusap bahu wanita itu setelah memakaikan jaketnya."Kau yakin ingin bicara di sini?" tanya Joe.Lea hanya mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin."Baiklah, katakan apa yang ingin kau bicarakan.”"Begini Joe... sebenarnya aku..." Manik mata hazel Lea menatap Joe yang terlihat sabar menunggu kelanjutan dari perkataan Lea. Dia menghela napas, merasa sulit untuk mengataka
Lea sudah menyiapkan beberapa makanan yang akhirnya dia beli di restoran siap antar. Dia beralasan pada Joe bahwa dia sedang kurang sehat namun kenyataannya dia bahkan tak bisa berhenti menangis setelah James pergi walau hanya untuk menjemput Jason."Kau sudah ke dokter?" tanya Joe memeriksakan suhu tubuh Lea dengan punggung tangannya.Lea hanya menggeleng. James menatapnya tajam, dia tak bisa melihat kontak fisik antara Lea dan Joe walau itu hanya untuk memeriksa keadaan Lea."Jika kalian lupa, aku adalah seorang dokter!" ujar James memindahkan Jason dari pangkuannya untuk duduk dengan Aleandra. "Biar aku yang memeriksanya!"James menyingkirkan tangan Joe cukup kasar. Dia mengalihkan tatapan tajamnya dari Joe berpindah kepada Lea yang menunduk. "Seharusnya kau jangan terlalu lama berendam! Sudah kukatakan untuk segera menyelesaikan mandimu bukan?!" James dengan sengaja membicarakan masalah mandi. Padahal jelas Lea menyelesaikan mandinya dengan cepat dan
Satu minggu kemudianLea sedang berbelanja bahan makanan untuk menyambut kembalinya Joe dan Aleandra. Entah ada masalah apa hingga membuat Joe harus kembali ke Australia lebih cepat dari rencananya.James yang memang mengetahui rencana Joe yang akan membawa Lea pergi ke London terlihat gelisah. Dua hari setelah Joe mengabarkan akan kembali, James berniat ingin membawa Lea dan Jason ke Indonesia untuk tinggal di rumah yang dulu dia tempati. Sayangnya Lea menolak. Hari ini James masih berusaha untuk membawanya pergi."Aku memang membiarkanmu untuk melakukan apapun, James. Tapi bukan untuk menggunakan cara licik dengan membawaku dan Jason pergi," tolak Lea sambil mendorong troli belanjaannya. James segera mengikutinya."Aku sungguh tak mengerti dengan pikiranmu, Lea! Selama seminggu ini kita bersama, kita sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Mengurus Jason, mendaftarkan dia sekolah dan mengajaknya bermain. Bahkan kita…" James sengaja menjeda kal
Lea bergerak gelisah setelah James mengecupnya dan beranjak. Belum sempat James keluar kamar dia memanggilnya, "Jamie?”James berbalik dan tersenyum mendengar Lea memanggilnya dengan sebutan'Jamie'yang sangat memanjakan telinga saat seorang yang dia cintai memanggilnya seperti itu."Ya?” jawab James saat menoleh.Lea beranjak dari ranjang setelah mengecup Jason. Dia mengiring James untuk keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang makan setelah James mengambilkan minum untuk Lea yang terlihat pucat seperti habis bermimpi buruk."Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya James sambil mengusap punggung Lea. Wanita itu mendongak dan seketika memeluk James.Pertanyaan James membuat wanita itu menangis. James mengeratkan pelukannya."Aku takut. Mimpiku tadi sangat mengerikan. Di saat seharusnya momen indah tercipta di sebuah acara pernikahan namun yang terjadi adalah sebuah pembunuhan," jelas Lea sedikit bergetar."