Kumpulan rempah-rempah yang terdiri dari berbagai benda aneh dan binatang menjijikkan tersebut dilemparkan ke dalam kuali panas yang airnya bergolak. Gadis dengan rambut kusut berwarna merah tersebut mengaduk dengan dengungan mantra yang tidak terputus dari mulutnya.
Satu persatu senjata dalam berbagai bentuk yang terhampar di meja dia celupkan. Seorang pemuda berbadan kurus membantunya dan teriakan Beltia yang tidak sabar membuat keduanya bekerja lebih cepat.
Dua pecutan terlontar dan melukai punggung keduanya. Mereka makin gugup dan mengerjakan dengan tubuh gemetar seraya menahan sakit di punggung yang kini mulai mengucurkan darah.
Terlihat sekali jika dua penyihir kecil yang mungkin belum mencapai usia delapan belas tahun tersebut dalam tekanan yang sangat berat.
***
Nina mengumpulkan memori yang penyihir tua berikan padanya dua hari lalu. Bulan purnama tinggal dua belas hari saja. Jika ia tidak berhasil menemukan tempat tersebut, maka tig
Nina mengantarkan gadis berambut merah yang bernama Magda tersebut pada ibunya. Setelah berhasil mendapatkan anaknya, penyihir tua itu mulai memberitahu namanya pada Nina.“Amorosa, itu namaku. Pergunakan sebaik-baiknya, karena saat kau tahu siapa namaku, kau bisa memanggilku kapan saja kau mau,” cetus Amorosa dengan hati-hati.Nina mengernyitkan keningnya dan menggelengkan kepala.“Aku tidak pernah berniat untuk mengetahui namamu atau mempergunakan demi kepentingan pribadi, Amorosa! Aku sudah mendapatkan semua tujuanku dan janjiku telah terpenuhi. Setelah ini, antara kita tidak ada urusan apa pun!” tandas Nina menyangkal semua yang Amorosa duga selama ini pada dirinya.Penyihir tua itu terkejut. Tidak menyangka menemui manusia yang seperti Nina.“Jangan terkejut! Aku hanya ingin kau mendapatkan putrimu kembali, dan remaja lelaki itu juga perlu bertemu dengan keluarganya, bukan?” tanya Nina kemudian.&ldqu
Sambil mengendap dengan pelan, Roth melihat suasana cukup sepi dan kesempatannya untuk membebaskan Elba terbuka. Dengan keberanian yang besar, Roth mendekat dan akhirnya berdiri di depan sel labirin.“Elba!” panggil Roth setengah berbisik.Elba terbangun dan memandang Roth dengan lemah.“Roth, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Elba pelan. Suaranya kadang hilang.“Aku tidak bisa membiarkan kau sendirian, Bodoh!” balas Roth dengan mata merebak.Elba kembali terkulai. Roth mengerahkan segenap kekuatannya untuk menghancurkan sel tersebut. Setelah beberapa kali, akhirnya jeruji itu hancur. Roth melesak ke dalam dan meraih tubuh Elba sembari membuka portal dan melompat ke dalamnya.Sayangnya, sebelum ia berhasil sepenuhnya masuk ke dalam portal, salah satu iblis berhasil mengenai jiwa Roth yang membuatnya mengalami luka yang cukup serius!Roth kembali ke tubuhnya sementara Elba terlempar dan terguling
Kemungkinan yang terbaik untuk mereka menuntaskan semua penyelidikan adalah dengan membagi dalam beberapa tim. Demi mengetahui seberapa jauh pengaruh Belial hingga detik ini, Elba sepakati dengan Nina untuk memecah menjadi lima grup.Maxer akan memimpin setengah dari grupnya menelisik wilayah Inggris secara keseluruhan. Sementara setengahnya lagi akan dipimpin oleh Bergen Monterey.“Aku? Bisakah aku mendapatkan setengah pasukan dari Morret. Kaum gipsi cukup sulit untuk diatur, tolong jangan tersinggung,” protes Bergen sembari melontarkan permohonan maaf pada Maxer, yang mulai tampak geram dengan semua permintaan maaf manusia yang ada bersamanya saat ini.“Morret akan membagi dua pasukannya untuk ke dataran Irlandia dan Perancis, Bergen,” tukas Elba dengan sabar.Bergen tidak bisa membantah dan hanya menggerutu pelan.Roth dan Coque akan memimpin pasukan di Norwegia bersama Asmund.“Akhirnya, aku bisa bertugas bersamamu, Roth!” pekik Coque de
Keduanya masih memandang wanita aneh dengan sayap mirip kelewar tersebut. Setelah sadar akan penampilannya yang cukup mengganggu sebagian orang, ia memutar tubuh dan dalam sekejap ia berwujud menjadi manusia biasa dengan tubuh telanjang.“Tunggu,” pintanya sambil menutupi tubuhnya dengan tangan dan berlari ke balik pohon yang memiliki buah aneh.Setelah menunggu dengan sabar dan bertumpuk pertanyaan, wanita itu muncul dengan celana jeans dan kaos juga jaket! Tidak ada lagi penampilan janggal, kini ia mirip wanita biasa di pertengahan tiga puluhan.“Perkenalkan namaku Antira, dan aku adalah manusia setengah kelelawar yang sudah berusia, hmm … sekitar empat ratus tahun jika tidak salah ingat. Itu sudah lama sekali dan aku suka lupa.” Wanita itu menjabat tangan Roth dan Coque masing-masing dengan goncangan kuat.“Hai, Antira. Aku Roth dan dia Coque,” sahut Roth dengan senyum kikuk.“Aku akan menjelaskan
Douglas mengajak mereka untuk kembali ke apartemen yang ada di seberang kantornya. Tempat tinggal pria tambun tersebut sangat mewah dan modern. Dari pintu otomatis hingga lampu sensor gerak yang menyala jika ada pergerakan makhluk hidup.“Semua ini kau dapatkan dari Belial?” tanya Roth. Douglas mengangguk.Sepertinya pria itu mudah gugup dan walaupun cerdas, terlalu cepat mengambil keputusan.“Berapa lama Belial menjanjikan semua kemewahan ini?” tanya Coque sembari melihat semua fasilitas apartemennya yang futuristic tersebut.“Selama dua puluh tahun,” jawab Douglas sembari menuangkan whisky terbaiknya untuk mereka.“Kau tidak akan hidup selama itu untuk menikmati semuanya, Doug!” cibir Antira masih kecewa karena batal membunuh pria yang menjadi target mereka.“Aku tidak tahu jika dia adalah iblis incaran yang sedang mengancam dunia,” keluh Douglas dengan lemah.“Sudah
Kelima manusia yang berhasil dikumpulkan oleh ketiganya duduk dengan wajah bingung dan cemas. Douglas menjelaskan dengan pelan-pelan dan terperinci. Tiga orang yang Antira bawa mengalami kondisi tubuh lebam dan wajah bengap.“Mereka berusaha menolak dan melarikan diri, Roth!” Antira membela diri sembari membuang muka.Tiga korbannya hampir membuka mulut, tapi Antira melebarkna matanya setengah mengancam. Dengan terpaksa dan lesu, mereka bungkam kembali.“Jadi penawaran yang Belial semua sama. Pernahkah kalian berpikir untuk meneliti sebelum kalian menerima begitu saja penawaran orang asing yang cukup ganjil?” tanya Coque tidak memahami rapuhnya pertahanan mereka.“Kami tahu siapa dia. Tadinya aku pikir pasti ini adalah salah satu cara bagi orang kaya di dunia mencapai kekayaan dan sukses dalam waktu singkat. Aku berada dalam kondisi terjerat hutang sementara anakku menderita kanker dan butuh biaya besar,” ungkap Philip
“Ini sangat mengerikan, Roth! Kamu yakin kami harus terjun ke bawah sana dan masih tetap bisa hidup?” tanya Polin dengan ngeri.“Kau tidak harus terjun Polin. Pastikan tidak ada yang menyusul kami sementara aku dan Roth ke bawah sana,” sahut Nina bersiap dan melepas sepatunya.“Apa maksudmu hanya kau dan Roth? Aku ikut!” bantah Coque tidak mau terima jika harus tinggal.“Coq, di bawah sana bukanlah tempat wisata dan mungkin, kita tidak akan kembali dengan selamat!” tangkis Roth.“Persetan dengan mati! Aku akan ikut! Kalian akan butuh keberuntunganku untuk bisa melewati dunia sialan itu!” Coque masih begitu gigih ingin menyertai perjalanan mereka.“Kau memang benar-benar gila!” desis Polin padanya.Nina menghela napas dan menoleh pada Roth.“Aku akan sangat menyesal telah mengiyakan kau ikut, Coq!” ucap Roth jengkel. Coque tertawa lebar dan mulai melepa
Sampan mulai meluncur dengan pelan menelusuri sungai dengan helaan pendek. Nina dan Coque mulai tampak gelisah karena mendadak semua hal yang terpendam dan menjadi penyesalan mereka, muncul satu persatu.“Apakah kalian melihat di bawah sana?” tanya Nina ingin memastikan bukan hanya dirinya yang mengalami hal tersebut.“Ya. Aku melihat bayangan Sofia yang sedang terbunuh berulang kali,” sahut Coque dengan wajah gemetar.“Kalian berdua tidak sedang mengkhayal atau berhalusinasi. Ini adalah sungai ratapan di mana semua hal yang menjadi penyesalan kalian akan muncul,” ungkap Roth dengan wajah termenung.Dirinya juga melihat Larosa, wanita yang pernah ia cintai kemudian Tache, putri Ray, yang menarik simpatinya dan belum sempat ia ungkapkan. Roth menahan diri untuk tidak berteriak atas beban yang ingin ia keluarkan untuk mengurangi beban di hatinya.Nina juga mengalami hal yang sama. Hanya saja kali ini, ia justru mel