“Ini sangat mengerikan, Roth! Kamu yakin kami harus terjun ke bawah sana dan masih tetap bisa hidup?” tanya Polin dengan ngeri.
“Kau tidak harus terjun Polin. Pastikan tidak ada yang menyusul kami sementara aku dan Roth ke bawah sana,” sahut Nina bersiap dan melepas sepatunya.
“Apa maksudmu hanya kau dan Roth? Aku ikut!” bantah Coque tidak mau terima jika harus tinggal.
“Coq, di bawah sana bukanlah tempat wisata dan mungkin, kita tidak akan kembali dengan selamat!” tangkis Roth.
“Persetan dengan mati! Aku akan ikut! Kalian akan butuh keberuntunganku untuk bisa melewati dunia sialan itu!” Coque masih begitu gigih ingin menyertai perjalanan mereka.
“Kau memang benar-benar gila!” desis Polin padanya.
Nina menghela napas dan menoleh pada Roth.
“Aku akan sangat menyesal telah mengiyakan kau ikut, Coq!” ucap Roth jengkel. Coque tertawa lebar dan mulai melepa
Sampan mulai meluncur dengan pelan menelusuri sungai dengan helaan pendek. Nina dan Coque mulai tampak gelisah karena mendadak semua hal yang terpendam dan menjadi penyesalan mereka, muncul satu persatu.“Apakah kalian melihat di bawah sana?” tanya Nina ingin memastikan bukan hanya dirinya yang mengalami hal tersebut.“Ya. Aku melihat bayangan Sofia yang sedang terbunuh berulang kali,” sahut Coque dengan wajah gemetar.“Kalian berdua tidak sedang mengkhayal atau berhalusinasi. Ini adalah sungai ratapan di mana semua hal yang menjadi penyesalan kalian akan muncul,” ungkap Roth dengan wajah termenung.Dirinya juga melihat Larosa, wanita yang pernah ia cintai kemudian Tache, putri Ray, yang menarik simpatinya dan belum sempat ia ungkapkan. Roth menahan diri untuk tidak berteriak atas beban yang ingin ia keluarkan untuk mengurangi beban di hatinya.Nina juga mengalami hal yang sama. Hanya saja kali ini, ia justru mel
Melewati dua sungai sebelumnya memang tidak mudah tapi ketiganya bisa melewati dengan selamat. Nina masih terlihat menyimpan sisa dari bayangan Oliver yang tidak bisa lekang dari benaknya.Tidak pernah ia sadari selama ini jika Oliver menjadi penyesalan terdalamnya.Ia terlalu cepat melupakan hingga sakit itu mengendap tanpa penyelesaian. Nina tidak pernah mengeluarkan untuk melepas beban itu. Pelariannya selama satu tahun untuk berduka atas kepergian Oliver ia habiskan dengan bertempur di Palestina dan Israel. Ia tidak memiliki seseorang untuk berbagi dan semua ia tunjukkan dalam bentuk pelampiasan atas kekecewaan yang mendalam.“Aku peringatkan jika dua sungai berikutnya terhubung dan memiliki keterkaitan yang sangat melekat.”Nina dan Coque menoleh pada Roth. Sampan berikutnya mendekat dan kali ini seorang pemuda pucat tanpa aliran darah dengan tubuh kurus kering menjadi pendayung yang akan membawa mereka melewati sungai Flegethon dan Lethe
Langkah Roth begitu cepat, terus menapaki halaman istana Hades yang sangat luas, di mana jalur jalan tersebut kedua sisinya berupa semak rapi yang terpotong kotak seperti jalur maze. Setelah berjalan sejauh lima puluh meter, kini ada tiga cabang yang membentang di hadapan mereka.Mereka berhadapan dengan tiga sosok yang duduk di kursi tinggi, hampir dua kali lipat tingginya saat mereka berdiri. Minos,Rhadamanthis, danAiakos adalah tiga hakim yang menunggu di setiap cabang untuk mengadili jiwa siapa pun yang akan menuju istana Hades.Minos adalah hakim untuk menilai ketulusan hati.Rhadamanthis menilai ambisi yang terpendam.Sedangkan Aiakos penilai untuk perbuatan di masa lalu.Roth berdiri dengan tubuh tegak lalu membungkuk dalam-dalam untuk memberi salam.Ketiganya menatap lima makhluk yang kini menunggu untuk diberikan akses memasuki istana Hades. Selain penampilan mereka yang mirip dengan hakim pada abad pertengahan, tampang
Nina meraih sebuah tongkat yang ada di jalan setapak di mana kini mereka lalui. Ini mirip dengan jalanan di bumi, hanya saja tanpa sinar matahari dan langit selalu suram. Opix memberi isyarat supaya mereka bergegas untuk mengejar langkahnya.Untuk ukuran makhluk yang hanya setinggi enam puluh senti meter saja, Opix sangat gesit dan mengalahkan langkah ketiganya. Coque bisa mengikuti dengan cukup baik karena semangat yang jelas terlihat dalam diri pria tersebut, membuatnya seperti sebuah robot dengan baterai baru.Roth dan Nina meningkatkan kewaspadaannya selama perjalanan mengikuti Opix. Relung demi relung mereka masuki dan tidak juga tanda-tanda keberadaan Belial yang mereka temukan. Justru beberapa sosok yang mereka kenal sebagai perusak dunia pada jaman dulu, kini mendekam di salah satu relung tersebut.Nina mengenali sosok yang dulu bernama Hitler, sedang berjongkok dengan baju compang camping dan tubuh kotor. Kaki dan tangannya sibuk mengais sesuatu di dind
Ketiga ketiganya kembali, mereka menemukan Polin yang sedang terkapar dengan lupa yang cukup parah.“Belial tiba-tiba keluar dari lubang neraka sialan itu, kemudian menyerang dan aku tidak sempat menghindar,” erang Polin sembari memegang perutnya yang terluka.Nina meminta Polin berbaring lurus, sementara Roth menjaga kepalanya di pangkuan. Tidak ada satu pun yang menduga jika Belial akan keluar lalu menyerang Polin yang saat itu sedang berjaga di pinggir danau. Nina menyalurkan energi dengan maksimal, mencoba menyembuhkan luka yang terlihat menganga lebar tersebut.Polin sesekali mengerjapkan mata, napas yang tadinya pendek-pendek dan terdengar payah, kini mulai teratur. Coque mengangsurkan botol minum pada Polin. Begitu berangsur pulih, wanita itu bangun dibantu Roth. Dengan perlahan, meminum seteguk demi seteguk hingga akhirnya wajahnya yang pucat berubah menjadi lebih berwarna.Nina memastikan jika luka Polin telah membaik.“K
Lucifer termenung di alam semesta jagat raya yang batasnya tidak terukur dan kepekatan menjadi warna yang mendominan sejauh mata memandang. Ia membiarkan dirinya terapung dalam ketidak pastian sementara jiwanya terjebak dalam kecewa juga kebosanan yang membuatnya melemah.Permainan yang telah ia jalankan selama ribuan, bahkan jutaan tahun dengan Sang Pencipta, kini berada pada ujung kemuakan yang mendera batinnya. Ia mulai putus asa dan lelah.“Aku makhluk yang paling Engkau cintai! Kau hukum ketidak patuhanku dengan lingkaran membosankan! Kenapa tidak Kau musnahkan aku?!” raungnya dengan suara lantang dan menggetarkan.Dalam bentuk mulianya, Lucifer membiarkan dirinya menabrak meteor dan melewati planet demi planet. Semua yang ia cari tidak ada di sana.Inikah hukuman yang ditimpakan padanya? Terasa lebih menyakitkan dari pada hunjaman tombak dan goresan belati. Ia dibiarkan menempuh jalan sesat dan tidak ada yang menariknya untuk kembali.
Devil's Love StoryAda satu kenangan yang paling berkesan semenjak dirinya diciptakan. Lucifer tidak pernah menyangka, jika rasa cinta yang begitu ia benci dan hindari, ternyata hinggap di hatinya.Tatijana Averin.Gadis itu begitu suci dan polos. Seorang calon biarawati yang selalu melantunkan doa untuknya setiap malam.Bukan untuk memuja dan menjadi pengikutnya, melainkan untuk membawa Lucifer kembali pada jalan kemuliaannya.Tatijana merangkai harapan yang begitu tulus, memohon pada Sang Pencipta untuk mengambil Lucifer dalam pengampunanNya."Kenapa kau berdoa untuk makhluk yang paling dibenci oleh seluruh jagat raya?"Tatijana yang tidak menyangka akan kehadiran makhluk asing dalam wujud pria di menara doa tersebut."Tidak seharusnya ada seorang pria yang dijinkan untuk berada dalam lingkup biara ini," balas Tatijana dengan suara lembut dan terdengar sedikit gemetar.Lucifer tahu, wanita yang sangat menawan tersebut
The ImmortalsErangan yang disertai rintihan itu masih sesekali terdengar dari kamar. Rumah setengah tembok bata dan sebagian adalah gelondongan kayu tersebut menjadi tempat Merpola dan Herfate menyembuhkan Georen yang terluka cukup parah. Penyihir celtic yang menculik mereka dua bulan yang lalu, meninggalkan racun yang kini mengerogoti Georen hingga melemah.Di antara letiganya, Georen yang paling frontal menyerang balik hingga akhirnya mengalami luka paling fatal.Punggungnya meninggalkan bekas hitam mengerikan, dengan urat menonjol. Sihir celtic memang terkenal paling kejam dan sulit dihilangkan.Georen membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih dan sembuh.Sementara saat ini, tugas dan tanggung jawab mereka tetap menanti. Sebagai makhluk yang diciptakan untuk hidup lama, ketiganya terlahir sebagai empat batu penjuru dunia yang menjaga keseimbangan.Herfate adalah batu penjuru yang ketiga. Wanita yang bertugas menjaga iklim dan cuaca terseb