Kemungkinan yang terbaik untuk mereka menuntaskan semua penyelidikan adalah dengan membagi dalam beberapa tim. Demi mengetahui seberapa jauh pengaruh Belial hingga detik ini, Elba sepakati dengan Nina untuk memecah menjadi lima grup.
Maxer akan memimpin setengah dari grupnya menelisik wilayah Inggris secara keseluruhan. Sementara setengahnya lagi akan dipimpin oleh Bergen Monterey.
“Aku? Bisakah aku mendapatkan setengah pasukan dari Morret. Kaum gipsi cukup sulit untuk diatur, tolong jangan tersinggung,” protes Bergen sembari melontarkan permohonan maaf pada Maxer, yang mulai tampak geram dengan semua permintaan maaf manusia yang ada bersamanya saat ini.
“Morret akan membagi dua pasukannya untuk ke dataran Irlandia dan Perancis, Bergen,” tukas Elba dengan sabar.
Bergen tidak bisa membantah dan hanya menggerutu pelan.
Roth dan Coque akan memimpin pasukan di Norwegia bersama Asmund.
“Akhirnya, aku bisa bertugas bersamamu, Roth!” pekik Coque de
Keduanya masih memandang wanita aneh dengan sayap mirip kelewar tersebut. Setelah sadar akan penampilannya yang cukup mengganggu sebagian orang, ia memutar tubuh dan dalam sekejap ia berwujud menjadi manusia biasa dengan tubuh telanjang.“Tunggu,” pintanya sambil menutupi tubuhnya dengan tangan dan berlari ke balik pohon yang memiliki buah aneh.Setelah menunggu dengan sabar dan bertumpuk pertanyaan, wanita itu muncul dengan celana jeans dan kaos juga jaket! Tidak ada lagi penampilan janggal, kini ia mirip wanita biasa di pertengahan tiga puluhan.“Perkenalkan namaku Antira, dan aku adalah manusia setengah kelelawar yang sudah berusia, hmm … sekitar empat ratus tahun jika tidak salah ingat. Itu sudah lama sekali dan aku suka lupa.” Wanita itu menjabat tangan Roth dan Coque masing-masing dengan goncangan kuat.“Hai, Antira. Aku Roth dan dia Coque,” sahut Roth dengan senyum kikuk.“Aku akan menjelaskan
Douglas mengajak mereka untuk kembali ke apartemen yang ada di seberang kantornya. Tempat tinggal pria tambun tersebut sangat mewah dan modern. Dari pintu otomatis hingga lampu sensor gerak yang menyala jika ada pergerakan makhluk hidup.“Semua ini kau dapatkan dari Belial?” tanya Roth. Douglas mengangguk.Sepertinya pria itu mudah gugup dan walaupun cerdas, terlalu cepat mengambil keputusan.“Berapa lama Belial menjanjikan semua kemewahan ini?” tanya Coque sembari melihat semua fasilitas apartemennya yang futuristic tersebut.“Selama dua puluh tahun,” jawab Douglas sembari menuangkan whisky terbaiknya untuk mereka.“Kau tidak akan hidup selama itu untuk menikmati semuanya, Doug!” cibir Antira masih kecewa karena batal membunuh pria yang menjadi target mereka.“Aku tidak tahu jika dia adalah iblis incaran yang sedang mengancam dunia,” keluh Douglas dengan lemah.“Sudah
Kelima manusia yang berhasil dikumpulkan oleh ketiganya duduk dengan wajah bingung dan cemas. Douglas menjelaskan dengan pelan-pelan dan terperinci. Tiga orang yang Antira bawa mengalami kondisi tubuh lebam dan wajah bengap.“Mereka berusaha menolak dan melarikan diri, Roth!” Antira membela diri sembari membuang muka.Tiga korbannya hampir membuka mulut, tapi Antira melebarkna matanya setengah mengancam. Dengan terpaksa dan lesu, mereka bungkam kembali.“Jadi penawaran yang Belial semua sama. Pernahkah kalian berpikir untuk meneliti sebelum kalian menerima begitu saja penawaran orang asing yang cukup ganjil?” tanya Coque tidak memahami rapuhnya pertahanan mereka.“Kami tahu siapa dia. Tadinya aku pikir pasti ini adalah salah satu cara bagi orang kaya di dunia mencapai kekayaan dan sukses dalam waktu singkat. Aku berada dalam kondisi terjerat hutang sementara anakku menderita kanker dan butuh biaya besar,” ungkap Philip
“Ini sangat mengerikan, Roth! Kamu yakin kami harus terjun ke bawah sana dan masih tetap bisa hidup?” tanya Polin dengan ngeri.“Kau tidak harus terjun Polin. Pastikan tidak ada yang menyusul kami sementara aku dan Roth ke bawah sana,” sahut Nina bersiap dan melepas sepatunya.“Apa maksudmu hanya kau dan Roth? Aku ikut!” bantah Coque tidak mau terima jika harus tinggal.“Coq, di bawah sana bukanlah tempat wisata dan mungkin, kita tidak akan kembali dengan selamat!” tangkis Roth.“Persetan dengan mati! Aku akan ikut! Kalian akan butuh keberuntunganku untuk bisa melewati dunia sialan itu!” Coque masih begitu gigih ingin menyertai perjalanan mereka.“Kau memang benar-benar gila!” desis Polin padanya.Nina menghela napas dan menoleh pada Roth.“Aku akan sangat menyesal telah mengiyakan kau ikut, Coq!” ucap Roth jengkel. Coque tertawa lebar dan mulai melepa
Sampan mulai meluncur dengan pelan menelusuri sungai dengan helaan pendek. Nina dan Coque mulai tampak gelisah karena mendadak semua hal yang terpendam dan menjadi penyesalan mereka, muncul satu persatu.“Apakah kalian melihat di bawah sana?” tanya Nina ingin memastikan bukan hanya dirinya yang mengalami hal tersebut.“Ya. Aku melihat bayangan Sofia yang sedang terbunuh berulang kali,” sahut Coque dengan wajah gemetar.“Kalian berdua tidak sedang mengkhayal atau berhalusinasi. Ini adalah sungai ratapan di mana semua hal yang menjadi penyesalan kalian akan muncul,” ungkap Roth dengan wajah termenung.Dirinya juga melihat Larosa, wanita yang pernah ia cintai kemudian Tache, putri Ray, yang menarik simpatinya dan belum sempat ia ungkapkan. Roth menahan diri untuk tidak berteriak atas beban yang ingin ia keluarkan untuk mengurangi beban di hatinya.Nina juga mengalami hal yang sama. Hanya saja kali ini, ia justru mel
Melewati dua sungai sebelumnya memang tidak mudah tapi ketiganya bisa melewati dengan selamat. Nina masih terlihat menyimpan sisa dari bayangan Oliver yang tidak bisa lekang dari benaknya.Tidak pernah ia sadari selama ini jika Oliver menjadi penyesalan terdalamnya.Ia terlalu cepat melupakan hingga sakit itu mengendap tanpa penyelesaian. Nina tidak pernah mengeluarkan untuk melepas beban itu. Pelariannya selama satu tahun untuk berduka atas kepergian Oliver ia habiskan dengan bertempur di Palestina dan Israel. Ia tidak memiliki seseorang untuk berbagi dan semua ia tunjukkan dalam bentuk pelampiasan atas kekecewaan yang mendalam.“Aku peringatkan jika dua sungai berikutnya terhubung dan memiliki keterkaitan yang sangat melekat.”Nina dan Coque menoleh pada Roth. Sampan berikutnya mendekat dan kali ini seorang pemuda pucat tanpa aliran darah dengan tubuh kurus kering menjadi pendayung yang akan membawa mereka melewati sungai Flegethon dan Lethe
Langkah Roth begitu cepat, terus menapaki halaman istana Hades yang sangat luas, di mana jalur jalan tersebut kedua sisinya berupa semak rapi yang terpotong kotak seperti jalur maze. Setelah berjalan sejauh lima puluh meter, kini ada tiga cabang yang membentang di hadapan mereka.Mereka berhadapan dengan tiga sosok yang duduk di kursi tinggi, hampir dua kali lipat tingginya saat mereka berdiri. Minos,Rhadamanthis, danAiakos adalah tiga hakim yang menunggu di setiap cabang untuk mengadili jiwa siapa pun yang akan menuju istana Hades.Minos adalah hakim untuk menilai ketulusan hati.Rhadamanthis menilai ambisi yang terpendam.Sedangkan Aiakos penilai untuk perbuatan di masa lalu.Roth berdiri dengan tubuh tegak lalu membungkuk dalam-dalam untuk memberi salam.Ketiganya menatap lima makhluk yang kini menunggu untuk diberikan akses memasuki istana Hades. Selain penampilan mereka yang mirip dengan hakim pada abad pertengahan, tampang
Nina meraih sebuah tongkat yang ada di jalan setapak di mana kini mereka lalui. Ini mirip dengan jalanan di bumi, hanya saja tanpa sinar matahari dan langit selalu suram. Opix memberi isyarat supaya mereka bergegas untuk mengejar langkahnya.Untuk ukuran makhluk yang hanya setinggi enam puluh senti meter saja, Opix sangat gesit dan mengalahkan langkah ketiganya. Coque bisa mengikuti dengan cukup baik karena semangat yang jelas terlihat dalam diri pria tersebut, membuatnya seperti sebuah robot dengan baterai baru.Roth dan Nina meningkatkan kewaspadaannya selama perjalanan mengikuti Opix. Relung demi relung mereka masuki dan tidak juga tanda-tanda keberadaan Belial yang mereka temukan. Justru beberapa sosok yang mereka kenal sebagai perusak dunia pada jaman dulu, kini mendekam di salah satu relung tersebut.Nina mengenali sosok yang dulu bernama Hitler, sedang berjongkok dengan baju compang camping dan tubuh kotor. Kaki dan tangannya sibuk mengais sesuatu di dind
Menjalani kehidupan kampus dan menjadi manusia terdidik membuat kualitas diri Abigail terbentuk dengan sangat baik.Satu tahun berlalu, remaja yang telah beralih menjadi wanita dewasa muda itu tampak berkembang menjadi pribadi yang memiliki mental kuat, kokoh dan juga tidak cengeng.Delapan belas tahun sudah usianya sekarang. Abigail terlihat secantik kakaknya, Nina.Kulitnya yang halus seperti warna peach di musim semi dengan rambut kemerahan dan mata biru, membuatnya kadang menjadi pusat perhatian.Pada tahun kedua, Abigail mendapat pendampingan dari senior dan tanpa diduga, Conradlah yang terpilih menjadi pendampingnya.Claire yang tergila-gila pada Conrad dengan tulus dan tidak kehilangan antusiasnya mendukung penuh Abigail untuk mendekati.“Kau sinting, Claire!” omel Abigail dengan gelengan kepala tidak berhenti.Rambutnya yang panjang telah ia potong sebahu dan Abigail makin terlihat menawan, tegap dan
Luke melempar bola basket tersebut dan dengan tepat masuk ke dalam keranjang. Tepuk tangan penonton memenuhi di lapangan outdoor kampus. Luke sudah menjadi idola baru sejak awal semester. Baru dua lalu, Luke dinobatkan sebagai pria paling seksi dan itu ditolak mentah-mentah oleh Abigail dan Claire.“Kau pernah menciumku, Abe! Akui saja!” cetus Luke dengan mimik kesal.“Ya! Sebagai latihan dan untuk memenangkan taruhan dengan Claire!” kedua teman wanitanya tos dan terkekeh.Luke mengomel dan jengkel karena dua sahabatnya adalah manusia yang tidak mengakui ketampanannya.“Oh, lihatlah dia! Conrad Siltra! Sangat dewasa, menarik dan cerdas. Kualitas unggul dari seorang pria!” puji Claire dengan ekspresi terpesona tingkat tinggi.Luke dan Abigail menunjukkan mimik tidak setuju.“Angkuh, sombong dan kaku! Itu yang tepat!” bantah Abigail.Kali ini Luke sepakat.“Kalian tidak tahu p
Elba menenteng dua koper milik Abigail ke dalam bagasi mobil dan juga kardus yang berisi semua keperluan yang dibutuhkan selama tinggal di asrama universitas nanti.Hari ini mereka mengantar Abigail ke Montana University untuk mulai kehidupan baru sebagai mahasiswi fakultas kedokteran.Panther duduk di belakang kemudi dan mereka un berangkat.“Tidak seharusnya kalian mengantarku semua!” gerutu Abigail malu.Coque tidak mengacuhkan karena sibuk memeriksa catatan yang ada dalam jurnalnya. Semua yang Abigail butuhkan Coque periksa kembali dengan teliti dan cermat.“Kita harus mampir di supermarket sebentar karena belum ada krim repellent untuk anti nyamuk!” seru Coque menutup jurnalnya dan memasukkan ke dalam saku kemeja.“Buat apa repellent anti nyamuk?” tanya Roth heran.“Di asrama nanti mustahil mereka menjaga kebersihan seperti kita, Roth! Abigail bisa terkena demam berdarah!&rd
Claire dan Luke tidak lagi bertanya atau meragukan keseluruhan kisah hidup Abigail yang sebenarnya mereka sudah dengar desas desisnya sejak kecil dulu sebagai keturunan dari makhluk kegelapan.Tapi semenjak tragedi Belial menimpa seluruh dunia, keduanya tidak menyangka bahwa sahabat mereka yang selama ini dikenal adalah tokoh utama yang berperan bersama iblisnya dalam musibah tersebut.Sebagai remaja yang ternyata menganut paham terbuka dan modern, Claire dan Luke hanya mendukung Abigail sepenuhnya hingga tidak lagi mengalami trauma terhadap apa yang pernah ia lihat di medan perang.Bukan itu saja, seluruh pengalaman pahit Abigail juga perlu diterima dengan nalar dan logika yang cerdas supaya mental tidak terpukul. Disitulah peran kedua remaja dalam hidup Abigail.Sementara itu, Elba telah memeriksa dengan teliti bersama Roth untuk kekuatan adik dari Nina tersebut secara maksimal.Berbagai macam tes dilakukan untuk mengetahui apakah k
Ungkapan paling tepat untuk situasi dunia saat ini adalah mati suri.Hampir sebagian besar perekonomian lumpuh dan kehilangan kemampuan untuk meraih level stabil. Bangkit dari keterpurukan adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan.Semua orang merasa berkepentingan untuk dibantu dan melupakan esensi dari berjuang bersama. Ketakutan yang masih mengukung dan meninggalkan trauma dalam hidup mereka, membuat masing-masing pribadi memilih untuk mempersiapkan diri jika ada kejadian berikutnya.Kecurigaan satu sama lain dan buruk sangka selalu terjadi.Setelah pasca serangan Belial yang sempat mengugah para penyintas untuk saling bahu membahu, tiba-tiba saja bisa berubah. Para manusia saling menarik diri dan jika itu dilihat secara menyeluruh, pemerintah pun seakan bersikap yang sama.Pemimpin negara kehilangan kemampuan mereka untuk mengarahkan rakyat yang semakin memilih cara sendiri untuk bertahan hidup.Hilangnya kepercayaan mereka pada para
Karmuzu mengatakan belum waktunya dan akan tiba saat yang tepat untuk mereka melanjutkan perjalanan ke gunung Sinai. Di sisi lain, Lucifer tidak pernah mampu menemukan di mana Nina Averin berada. Tidak peduli seberapa kuat Raja Iblis itu mencari dengan menyebarkan pasukannya, hasilnya tetap nihil. Rasa heran mulai menguasai diri Lucifer. Siapakah Nina sebenarnya?Abigail tiba pada situasi menjadi remaja yang penuh gejolak dan pemberontakan. Mengancam akan kabur jika tidak dipenuhi permintaannya. Mereka akhirnya mengikuti tuntutan Abigail untuk kembali ke Roger Pass, Montana.Walaupun Nina menentang, Oliver bersikukuh memutuskan untuk memenuhi permintaan Abigail dan kelimanya terbang kembali ke Amerika Serikat.Suatu malam, Oliver bermimpi aneh. Ketika ia menceritakan tentang mimpinya, semua terhenyak. Seseorang yang sangat misterius, mirip dengan sosok malaikat, memberitahu jika Lucifer sesungguhnya memiliki dua putri. Putri sulungnya adalah kunci untuk mengalah
Besar di panti asuhan, Nina Averin terdidik menjadi sosok manusia yang sangat ahli menyamar dan mempertahankan diri. Mengalami masa kecil menggenaskan, Nina bahkan diperkosa saat masih berusia sepuluh tahun.Nina menjadi mesin pembunuh yang telah menjalani tugas ratusan kali. Gadis itu sejak kecil dituntut untuk mematikan emosi juga perasaannya. Hingga pada saat berusia 23 tahun dia memutuskan untuk melarikan diri.Alasan utama Nina melarikan diri karena lelah menjalani kehidupan sebagai pembantai dan kebebasannya terkungkung. Berbeda dengan semua teman yang menjalani profesi dengannya, Nina sudah menunjukkan bakat pemberontak sejak kecil.Bertemu dengan sosok Ben yang sebetulnya adalah Alter Fidelis yang menyamar, Nina mendapat bekal juga tertolong saat terjepit. Namun hari berikutnya, Nina kembali mati-matian menghadapi sindikat yang berusaha membunuhnya. Nina terluka parah.Pada titik terendahnya, Nina memutuskan untuk mengakhiri hidup, namun ia keburu
Bau anyir yang bercampur busuk jenazah menguar di sepanjang lembah Norwegia. Entah bagaimana mereka akan membereskan semua kekacauan ini.Semua masih terlalu berduka dan terpukul akan kepergian Nina.Abigail yang dalam perawatan Sky dan Pixen, belum sepenuhnya pulih. Secara fisik remaja itu baik-baik saja, tapi memori yang terekam dalam benaknya sulit untuk kembali.Bagi Abigail, semua baik-baik saja. Tidak ada yang salah.Berkali-kali pula, dia menanyakan mengenai di mana kakaknya dan semua belum bisa menjawab dengan fakta yang sesungguhnya. Mereka mengalihkan dengan topik yang lain dan Roth mulai tidak nyaman menyembunyikan terus menerus.“Aku seperti menelan racun pahit,” cetus Roth dengan mata lekat menatap Abigail yang sedang menjalani fisioterapi dengan Sky.Fisiknya masih terkadang lemah dan Abigail butuh menghilangkan semua racun yang selama ini bersarang di tubuhnya.Beberapa kali remaja itu muntah cairan hitam me
Lembah Norwegia menjadi saksi tentang sebuah pengorbanan yang tulus dan bukti nyata dari kasih seorang kakak pada adiknya.Abigail yang terkapar di samping Belial, perlahan kembali ke wujud manusia dan luka yang ada di tubuh remaja itu, sembuh dengan sendirinya. Elba melepas jubah dan berjalan mendekat, lalu menutupi tubuh Abigail yang telanjang.Roth mengambil alih dan memberi isyarat pada Elba untuk mendekati Nina, kekasihnya.Pria itu terlihat gemetar, menyentuh tubuh yang masih menelungkup dan tombak masih tertancap di perutnya. Saat membalikkan badan Nina dan mencabut tombak surgawi, Elba tergugu. Mata Nina masih terbuka dan menatap tanpa cahaya.Jarinya menutup dengan ucapan yang mengalun begitu pilu. Tidak pernah terbayang akan mengalami hal yang terjadi saat ini. Siapa yang dapat menyangka, jika Nina benar-benar membutikan ucapannya dulu? Siapa yang bisa menduga, cinta yang Nina miliki begitu besar?Pelukan itu tidak mampu menyingkirkan luk