Yafas berdiri di dekat pintu masuk gedung kantor di mana Edelia bekerja. Ia memang sengaja datang untuk bertemu dengan Edelia. Beberapa hari ini, Yafas memang berusaha untuk menghubungi Edelia dan meminta waktu untuk berbincang dengannya. Namun, akhir-akhir ini ternyata Edelia sulit untuk dihubungi. Hal tersebut membuat Yafas mau tidak mau merasa jika Edelia menghindarinya. Yafas yakin, hal ini masih berkaitan dengan masalah Edelia yang tidak lagi meminta bantuannya untuk menjadi psikiater Makaila. Semakin curigalah Yafas bahwa memang ada hal lain yang mendasari keputusan Edelia tersebut. Alasan yang jelas bukanlah alasan yang bisa diterima oleh Yafas, hingga Edelia berusaha menyembunyikannya.
Yafas tersenyum tipis saat melihat E
Suara letusan senjata api yang memuntahkan peluru terdengar memekakan telinga bagi mereka yang tidak menggunakan pelindung telinga. Sosok yang menarik pelatuk senjata api tersebut tak lain adalah Makaila. Perempuan satu itu tampak terkejut dengan apa yang berhasil ia lakukan. Makaila berhasil membidik sasaran dengan sempurna. Makaila berseru senang dan mengangkat senjata apinya dengan riang. Saat itulah, Bara menyadari hal berbahaya yang tengah Makaila lakukan dan merebut senjata api Makaila dengan gerakan yang terlatih. “Jangan melakukan hal itu. Apa kau tidak sadar jika hal itu sangat berbahaya?” tanya Bara sembari menyarungkan senjata api tersebut.
Makaila menatap Edelia yang terlihat seperti memikirkan sesuatu yang sangat sulit. Makaila pun menggenggam kedua tangan mamanya yang kini duduk di tepi ranjangnya, setelah selesai membantunya bersiap. Pada akhirnya, Edelia tetap tidak bisa menang dari Bara. Jadi, Edelia tidak bisa menahan Bara untuk tak membawa Makaila ke pelelangan seperti apa yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Tentu saja, karena Edelia sudah tahu seperti apa orang-orang yang hadir di sana. Mungkin, Edelia memang tidak terlihat sebagai seseorang yang memiliki pengalaman berkaitan dengan kehiduan gelap para mafia, tetapi Edelia sudah hidup cukup lama dan memiliki pengalaman yang cukup.
Edelia turun dari begitu saja dari taksi, dan tak mempedulikan teriakan sopir taksi yang mengatakan jika Edelia meninggalkan kembaliannya. Ya, Edelia sama sekali tidak peduli dengan kembalian yang akan diberikan oleh sang sopir dan hanya fokus pada satu hal saja. Dengan lankah cepat dan wajah pucat pasi, Edelia melangkah tergesa menuju instalasi gawat darurat. Di sepanjang lorong menuju ruangan tersebut, Edelia bisa melihat puluhan pria berpakaian jas formal hitam, dan alat komunikasi yang tertempel di telinga mereka. Jelas sekali jika mereka adalah para pengawal terlatih yang hanya patuh perintah tuan mereka. Tanpa bertanya pun, Edelia sudah tahu atas dasar apa mereka bisa berada di rumah sakit seperti.
Bara menoleh secara spontan pada Fabian yang baru saja selesai melaporkan sesuatu yang jelas membuat Bara jengkel. “Apa? Bagaimana bisa itu terjadi?” tanya Bara dengan nada tidak senang yang sangat kental. Fabian menyadari hal itu, tetapi dirinya tidak terlihat takut dengan Bara yang tengah ia hadapi ini.Fabian tidak bisa memberikan pembelaan apa pun, karena pada kenyataannya memang ada masalah serius yang saat ini tengah terjadi. Fabian menghela napas panjang. “Sayangnya, saya sendiri tidak tau kenapa bisa terjadi kesalahan seperti ini, Bos,” jawab Fabian penuh penyesalan.
“Ada total dua puluh petisi yang saat ini tengah menunggu dukungan untuk menuntut perusahaan kita, terutama meminta pihak berwajib untuk menangkap Bos karena sudah melakukan banyak pelanggaran sebagai seorang warga negara dengan membuat banyak orang menderita karena ulah Bos,” ucap Fabian membacakan satu persatu masalah yang sudah datang dan membuat kekacauan di sana sini.Bara mengurut pelipisnya pelan. Selama ini, Bara memang sengaja tidak muncul dengan identitasnya sebagai seorang pemilik perusahaan kimia, sekaligus pemilik kasino serta club malam mewah yang tersebar di sepenjuru negeri. Bahkan, tidak ada data resmi Bara sebagai seora
“Sekali lagi kutegaskan. Aku, bukan Luna. Luna-mu sudah mati sejak lama. Mati karena semua keegoisanmu, Dominik.”Dominik yang mendengar seruan tersebut terlihat terluka, tetapi secepat mata berkedip Dominik menyimpan perasaannya itu dengan baik. Dominik pun menarik tangannya yang semula akan berusaha untuk kembali membawa Edelia ke dalam pelukannya. Kini, Dominik menatap Edelia dengan penuh kerinduan. Tatapan hangatnya, sebenarnya terasa lebih dari cukup untuk membuat para perempuan yang
“Annastasia, ayo buka matamu. Bukankah kamu ingin bertemu dengan Papa?” tanya Dominik dengan lembut dan menyeka tangan Makaila.Kebetulan, saat ini Makaila tengah membersihkan dirinya dan membuat Dominik memiliki waktu untuk menemui putrinya yang masih tak sadarkan diri secara pribadi. Semenjak Dominik membawa Makaila dan Luna ke kediamannya di Rusia, tidak pernah sekali pun Dominik memiliki keleluasaan untuk menemui Makaila. Hal itu terjadi karena Luna selalu saja menghalanginya. Bahkan, Luna sama sekali tidak segan untuk mengunci pintu kamar, dan hanya membukanya saat waktu makan serta waktu dokter memeriksa kondisi Makaila.
“Jadi, Mama membohongiku?” tanya Makaila tidak percaya pada ibunya.Luna menggigit bibirnya dan menggenggam kedua tangan Makaila dengan eratnya. Seakan-akan dirinya takut jika dirinya melonggarkan genggaman tangannya, Makaila akan pergi meninggalkannya sendirian. “Maafkan Mama. Mama hanya melakukan apa yang bisa Mama lakukan untuk menjauhkan dirimu dari semua bahaya yang pasti akan datang jika Mama tetap bertahan dengan status Mama di masa lalu,” ucap Luna berusaha untuk kembali meyakinkan putrinya. Semua yang Luna lakukan sejauh ini, sama sekali tidak memiliki niatan selain menjaga putrinya dari semua luka yang akan ia dapat
Halo semuanya, untuk kalian penggemar Makaila dan Bara, ada kabar baik buat kalian wkwk. Kalian yang mau peluk mereka dalam bentuk fisik, bisa banget ikutan PO cetak ulangnya yang akan berlangsung sejak tanggal 3 hingga tanggal 13 Januari 2021 ya.Harganya Rp. 100.000 (diluar ongkir)(Ps. judul yang naik cetak bukan hanya judul ini aja lho. Hampir semua cerita Mimi yang sudah mejeng di Goodnovel akan naik cetak)Untuk yang tertarik, atau mau tanya-tanya dulu bisa hubungi Mimi lewat DM di instagram difimi_Atau kalian bisa langsung hubungi salah satu nomor admin di bawah ini :1. 0853426571592. 081324971213(Ingat, hanya salah satu ya. Kalo bandel, nanti Mimi cium ampe kehabisan napas wkwk)Sekian, terima kasih atas perhatian kaliann
Lima belas tahun kemudianBara mencium Makaila dengan terburu-buru dan membuat Makaila memukul dada suaminya itu dengan kesal. Bara pun melepaskan ciumannya, tetapi sama sekali tidak terlihat menyesal. Ia malah tersenyum senang dan membuat wajahnya semakin tampan saja. Hal tersebut membuat Makaila benar-benar jengkel dengna tingkah suaminya itu. Makaila benar-benar ingin mencabuti satu per satu bulu kaki Bara agar suaminya itu jera dengan tingkahnya yang spontan. N
Makaila menatap ikan-ikan koi yang berenang di kolam yang berada di bawah kakinya. Saat ini, Makaila memang tengah merendam kedua kakinya di kolam ikan. Makaila memang sangat senang saat beberapa ikan menciumi kakinya. Itu terasa geli, tetapi menyenangkan. Namun, kali ini Makaila tidak bisa berendam lama-lama, ia harus bersiap untuk segera berangkat ke rumah sakit. Makaila tersenyum dan mengusap perutnya yang sudah benar-benar membuncit di usia kehamilannya yang kesembilan bulan. Sebentar lagi Makaila benar-b
“Bara, pelan-pelan!” seru Makaila tetapi dirinya terlihat enggan untuk melepaskan pelukannya pada leher sang suami. Bara memelankan gerakannya, tetapi dirinya tidak menghentikan apa yang saat ini tengah ia lakukan. Bara pun menghentak dengan kekuatan yang cukup membuat Makaila menjerit-jerit dan mendapatkan pelepasan yang hebat serta begitu memuaskannya. Makaila terengah-engah dan mengerang saat Bara juga mendapatkan pelepasannya. Bara mencium kening Makaila dan membaringkan dirinya di samping Makaila. Salah satu tangan Bara terulur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Makaila yang polos. “Tidurlah,” ucap Bara sembari me
“Nyonya, ada paket untuk Anda.”Makaila yang semula tengah sibuk mengunyah buah-buah segar yang sudah dipotong cantik, segera mendongak dan menatap seorang pelayan yang rupanya datang untuk melaporkan paket yang memang baru saja datang. Wajah Makaila tampak begitu bahagia dan mengulurkan kedua tangannya menerima paket yang diserahkan oleh pelayan tersebut. “Kalian benar-benar menyembunyikan masalah ini dari Bara, bukan?” tanya Makaila memastikan pada pelayan yang memang d
“Bara!” teriak Makaila melengking membuat Bara yang sebelumnya tengah berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerja, tersentak dan segera berlari menuju kamar utama yang terhubung dengan ruang kerja.Sebenarnya, ini adalah pengaturan baru setelah mengetahui Makaila hamil dan akan tinggal di kediaman Treffen. Sebelum benar-benar pulang dari Rusia, Bara sudah lebih dulu merenovasi kediamannya, agar aman dan tentu saja efisien karena dirinya harus tetap mengawai Makaila yang hari demi hari semakin membesar kandungannya dan bertambah manja saja. Seperti saat ini, Bara masuk ke dalam walk in closet karena mendengar teriakan sang istri yang melengking bukan main. Na
Luna enggan melepaskan pelukannya dari Makaila. Hal tersebut membuat Makaila yang mendapat pelukan erat tersebut hampir saja kehilangan napasnya. Untung saja, Bara dan Dominik yang berada di sana segera mengambil tindakan. Dominik kini merangkul pinggang sang istri dengan penuh kasih, sementara Bara dengan hati-hati mengusap lembut perut Makaila yang sudah membuncit di usia kehamilannya yang menginjak lima bulan. “Mama, Kaila kan hanya pulang ke Indonesia, Kaila tidak pergi ke mana-mana. Jika Mama dan Papa merindukan Kaila, kalian bisa berkunjung ke sana,” ucap Makaila dengan senyum gemilangnya.Ya, rencana pulang ke Indonesia yang sudah Makaila dan Bara sus
Makaila tampak menikmati makanan ringan lezat yang telah dibuat khusus oleh sang mama. Tentu saja, Makaila terlihat begitu senang. Ia bisa memuaskan keinginannya untuk mencicipi berbagai macam makanan yang ia inginkan, tanpa harus takut atau merasa tersiksa oleh rasa mual yang menyerangnya. Makaila benar-benar senang, hingga dirinya tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Makaila bahkan tidak peduli walaupun Bara tidak berada di sisinya. Padahal, sebelum-sebelumnya, Makaila sama sekali tidak mau lepas atau berjauhan dari sang suami. Makaila akan menangis bahkan saat Bara meninggalkannya untuk buang air. Namun, sekarang Makaila sama sekali tidak peduli.Makaila kembali mengunyah redvelvet yang terasa meleleh dan memenu
Bara tersentak terbangun saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bukti gairahnya yang menegang. Bara menatap Makaila yang juga tengah menatapnya dengan terkejut. “Ba-Bara, kenapa itu bangun tiba-tiba, saat Kaila sentuh kenapa semakin tegang saja? Bara tidak apa-apa?” tanya Makaila dengan polosnya membuat Bara merasa geram dengan kepolosan Makaila ini. Padahal, Makaila sudah hamil seperti ini, tetapi kenapa Makaila masih saja tidak mengerti?Bara merasa frustasi dengan kelakuan Makaila ini. Bara juga merasa begitu kesal, kenapa adiknya bisa terbangun gagahnya seperti ini. Agak kesal pula pada Makaila yang malah membuka celananya dan membuat adiknya mengh