Kembali ke hari sebelum pertandingan.“Cobalah memakai jurus Taijutsu Pedang di pertandingan berikutnya.”Tiga pasang mata sontak melihat ke arah Shenlong. Naga biru tengah menyesap teh hijau dengan tenang. Berbeda sekali dengan ucapan serupa bom itu. Tidak ada aba-aba lebih dulu lalu BUM! Mengejutkan semua orang di meja makan. Kening pengendali angin dan hujan itu mengerut. Menatap balik tiga orang di depannya.“Kenapa melihatku seperti itu?” tanyanya. Setelah sempat saling pandang sambil saling sikut. Huanglong akhirnya yang bicara. Berhubung di antara para naga. Memang naga kuning lebih tua dari naga laut. Pasrah dijadikan tumbal dua bocah di sampingnya. Lagi pula, mereka berdua memang sudah sering berdebat. Lebih tepatnya, Huanglong suka cari gara-gara karena bosan. “Bukannya aku tidak senang. Shi Jiu memakai salah satu jurus yang aku ajarkan. Tapi bukankah Taijutsu Pedang terlalu gerakan dasar untuk pertandingan nanti?” sebagai awal, Huanglong lebih dulu mencoba bersikap logis.
“Selamat pagi, Shi Jiu!” Pan menyapa ramah di ruang tunggu. Pemuda dengan rambut perak bermata emas itu menghampiri. Ia mengulurkan sebuah bakpao daging. “Kau sudah sarapan? Mau makan ini bersamaku, tidak? Ah! Kemarin aku melihatmu di dekat danau. Pertunjukan tahunan di kota ini bagus, bukan? Kau pasti tidak bisa tidur setelah melihat sembilan puluh rakit seperti naga itu.”Sebagian partisipan sudah melirik Pan, kesal. Ruang tunggu semula hening dan menegangkan sebelum kedatangannya. Shi Jiu menghela nafas meski sudah terbiasa. Ia menerima bakpao daging lalu mengucapkan terima kasih. Remaja tanggung itu tersenyum lebar, duduk di samping Shi Jiu. “Sepertinya kau tegang karena kita akan berhadapan di pertandingan final nanti.” Pan berhasil menebak Shi Jiu begitu mudah. Gadis itu tertawa datar, “kau juga sudah lihat, rupanya…”Tidak ada lagi percakapan setelahnya. Shi Jiu lebih memilih diam, sementara Pan memperhatikannya lekat-lekat. Sampai akhirnya ia kembali bicara, memecah kesuny
“HAAA!!”Tebasan pedang bergerak lurus. Giryu menyerang tanpa memberikan celah pada lawan. Ia adalah seorang pemuda berambut hitam pendek. Memakai baju dalaman hitam dengan luaran hijau lumut. Mata hitamnya bergerak liar membaca arah gerakan pedang lawan. Seorang remaja seusianya. Xian Er memiliki tubuh lebih kecil dari Giryu, mungkin itu sebabnya dia bergerak lincah. Giryu berdecak sebal tiap kali pedangnya hanya menebas angin. “Berhenti menghindar! Bajingan tengik. Kau ini pendekar atau seekor lalat?!” Giryu melompat sekali lagi, menghunuskan pedang. Kali ini terjadi pertemuan pedang. Suara nyaring disertai percikan dari gesekan benda tajam hilang-timbul. Xian Er sontak berjongkok demi menghindari tebasan mendatar dari Giryu. Sedetik kemudian ia sudah menendang dagu lawan. Giryu terhuyung ke belakang. “Hufh! Aku tidak boleh kalah di sini!” Xian Er kembali menyemangati diri. Dia adalah seorang pendekar pedang tanpa guru. Aliran pedangnya terbentuk dari bertahun-tahun pengamatan
“Sudah saatnya aku kembali,” ucap Shi Jiu. Tiga naga mengangguk, masing-masing memberikan dukungan, menyemangati. “Aku tahu, kau itu kuat. Meski begitu mohon tetap berhati-hati. Jangan terluka, mengerti?” Longwang yang pertama bicara.Kemudian dilanjutkan Huanglong, “Jangan mempermalukanku. Kau harus menang, Shi Jiu! Ingat, kau berhasil mengalahkanku, salah satu dari sembilan naga. Jadi tidak boleh kalah dari manusia biasa, mengerti?”Shi Jiu tertawa datar, ia belum bilang kalau identitas Pan juga naga. Shenlong terakhir memberi ucapan semangat. Ia mendekat satu langkah, menepuk pundak sang gadis. Segaris senyum bangga diberikan pada Shi Jiu. “Tunjukan kemampuan terbaikmu, Shi Jiu. Bungkam dia karena sudah meremehkanmu.”“Ya. Itu pasti.” Shi Jiu menjawab mantap. Gadis itu segera balik badan, berlari kembali menuju ruang tunggu. Tiga naga menatap punggung kecil sebelum hilang di balik dinding. Mereka tetap dia di sana meski Shi JIu sudah tidak kelihatan. Semua demi menunggu sosok
Ujung pedang menghadap permukaan tanah. Pemiliknya menatap lurus ke arah lawan. Tekanan kuat penuh intimidasi tidak membuatnya gentar. Tepat saat wasit berseru. Panlong menghilang dari pandangan. Sekelebat cahaya putih serupa uap muncul tiba-tiba. Gadis itu sontak menarik pedang. Bertahan. Dia melakukannya tepat waktu. Panlong sudah berada di depan dengan pedang menghunus. Tabrakan dari dua bilah pedang terjadi. Ugh! Berat sekali! Shi Jiu membatin.Tidak kuat menahan serangan. Tubuh gadis itu terpental bersama angin kuat. Penonton membuka mulut. Tiga naga berseru cemas. “Shi Jiu!”Jika dia keluar dari arena maka tamat sudah. Shi Jiu memaksakan tubuhnya berputar di tengah udara. Menjatuhkan diri sebelum terhempas lebih jauh. Celah itu digunakan Panlong untuk menyerang. Sosoknya sudah tiba-tiba muncul di belakang Shi Jiu. Gadis itu tidak sempat bereaksi. Ujung gagang pedang memukul telak punggung Shi Jiu. Menjatuhkannya. BUM! Asap mengepul kuat hilang tepat setelah Panlong kembali m
Pertarungan masih terus berlanjut. Tidak ada yang mau mengalah. Shi Jiu merangsek maju menggunakan aliran pedang Shenlong. Aliran pedang Panlong memiliki kemiripan dengan teknik berpedang Longwang. Elemen angin jelas lebih kuat melawan elemen air. Itulah alasan mengapa Shi Jiu memutuskan menggunakan jurus-jurus Shenlong.“Kami para naga telah lama memperhatikan alam. Dengan mengamati, mencoba meniru mereka, maka kami dapat menciptakan satu-dua jurus hanya milik kami seorang.” Begitulah kata Shenlong ketika mengajari Shi Jiu. Serangan lurus mengarah pada Shi Jiu. Gadis itu sontak melentingkan tubuhnya ke belakang. Menghindar. Detik berikutnya dia sudah melompat, mengeluarkan jurus dari Naga Pengendali Angin dan Hujan lainnya. “Angin Lembah Ketiga!” Shi Jiu berseru, pusaran angin terbentuk dari tebasan pedang. Menciptakan empat sabetan angin mengarah pada Panlong. Satu-dua serangan melukai tubuh Panlong. Tidak hanya lawannya yang terluka, Shi Jiu juga menerima telak. Baju bagian leng
Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan
Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b
Sudah sejak pagi buta para warga sibuk bergotong royong. Mereka membersihkan puing-puing bangunan Kuil Kuda Putih. Beberapa rumah mengalami kerusakan akibat pertarungan. Para pedagang juga sibuk membersihkan sisa-sisa festival. Di tengah-tengah kesibukan bersuasana duka dan tegang. Seorang anak kecil menatap ke arah langit. Tidak ada yang menyadari bahwa matahari belum juga nampak. Meski langit sudah terang namun anehnya awan malah berkumpul dan berubah mendung. Tidak lama kemudian titik demi titik hujan membasahi permukaan tanah yang kering. “Hujan? Ini benar-benar hujan?!” Seorang pemuda berseru tidak percaya, menatap ke arah langit.“Demi Naga Panlong! HUJAN TELAH TURUN! HUJAN TELAH TURUN!”“Hore! Hujan! Hujan!”Seluruh warga yang ada di dalam rumah segera keluar ketika mendengar seruan dari luar. Hujan turun dengan deras pagi itu. Sebuah keajaiban setelah ratusan tahun tanah mereka tidak didatangi fenomena alami alam. Di tengah kebahagiaan para warga. Empat naga menatap dari kej
Ujung kaki berusaha menapak cepat demi kembali melompat. Shi Jiu memaksa tubuhnya, meraih, menyelamatkan yang seharusnya dilindungi olehnya. Semua terjadi begitu cepat, pedang menusuk hingga tembus ke sisi lain. Mao Niu terbatuk, memuntahkan darah segar. “MAO NIU!” Shi Jiu berteriak histeris. Mata emas sang naga pelindung Danau Gang membeku. Tidak mau mempercayai apa yang dia lihat. Dengan menggunakan sisa kekuatannya, ia melompat turun. Berlutut di sebelah Mao Niu bersama Shi Jiu.“Mao Niu bertahanlah… bertahanlah aku mohon!” Panlong menekan beberapa titik di daerah dada Mao Niu demi menghentikan pendarahan. “Pa-Pan…”“Tidak usah bicara, kau diam saja!”“Ti-tidak, a-aku harus bicara…,” Mao Niu menyentuh pelan punggung tangan Panlong. “Mu-mungkin ini terakhir kali kita bicara.” sambungnya lagi yang dibalas gelengan kuat dari Panlong. “Kau akan baik-baik saja! Sama seperti sebelumnya, akan aku berikan energi kehidupanku!”“Tidak, Pan. To-tolong jangan lakukan itu.” Mao Niu terbatuk
Lengang sejenak. Huanglong menatap Shenlong lamat-lamat. Jelas dia tahu manusia mana yang dimaksud. Sang kakak tidak akan membiarkan adiknya terluka, apalagi tewas. Keputusannya memiliki alasan kuat, Huanglong juga tidak ingin tahu. Apa yang akan terjadi pada dunia ini jika salah satu dari sembilan naga tewas. Suara bantingan keras terdengar menarik perhatian para naga. Ketua sekte sedang menahan Shi Kang menggantikan Huanglong. Feng Ju terbanting ke dinding, terbatuk keras mengeluarkan cairan merah. Feng Yi terlempar ke samping usai melindungi Xiang De. Qin Xiang dan Xiang De menyerang bergantian. Song Bojing dan Lai Shoushan sudah terkapar tidak jauh dari mereka. Keduanya telah kalah telak sejak beberapa menit yang lalu. Shi Kang sendiri dalam kondisi tidak baik. Efek dari Pil Keabadian hanya bertahan beberapa menit. Semakin cepat habis jika pemakai mengeluarkan kekuatannya tak terkendali. Itulah yang dilakukan Huanglong, membuat Shi Kang menghabiskan seluruh stok Pil Keabadian.
Shi Kang lompat menyerang Shi Jiu. Gadis itu dalam kondisi lelah setelah melawan Panlong. Terlebih tidak fokus, setengah tertidur semenjak Pusaka Sisik Ikan masuk ke dalam tubuhnya. Saat ini dia benar-benar tanpa penjagaan siapapun. Tidak hanya Feng Yi yang berusaha berlari mencegah Shi Kang. Tiga pemimpin sekte juga berlari ke arahnya. Berharap berhasil mencegah tragedi. Namun semua percuma, Shi Kang tetap lebih dulu tiba di depan Shi Jiu. Siap membunuh Shi Jiu yang belum juga sadar bersama Panlong dalam pelukannya. “Nona Shi Jiu!” Tepat ketika semua orang merasa putus asa. Gagal melindungi manusia paling penting di muka bumi. Mereka benar-benar melupakan satu hal. Kenyataan bahwa Shi Jiu tidak berkeliling seorang diri. Suara besar dari ledakan terdengar disusul kepulan debu dan pasir. Tepat di tengah-tengah Shi Kang dan Shi Jiu. Sosok pemuda dengan hanfu biru gelap serta berambut hitam bermata emas. Berhasil menangkap pedang Shi Kang dengan mudahnya menggunakan satu tangan.
“Kalian semua bukan lawanku!” Shi Kang menggerung marah. Seluruh tubuhnya bersinar dengan aura biru kehitaman. Kekuatan energi Ki mengalir deras di dalam tubuhnya. Membuat dia mampu melayang di udara setinggi satu meter. Qin Xiang bersama Feng Yi sejak tadi saling bahu-membahu demi melawan Shi Kang.“Pastikan dia tidak mengganggu pertempuran Nona Shi Jiu.” Qin Xiang berbisik di samping Feng Yi. Qin Xiang menghalau serangan dari Shi Kang. Pedangnya terayun kuat mementalkan serangan ke kanan. Dari balik punggungnya, Feng Yi muncul melakukan serangan balasan. Tiga kali tebasan lurus dan satu tebasan mendatar.Daya serang terlalu dangkal demi melukai Shi Kang. Pria tua itu membuat tameng transparan dengan pedangnya. Sebelum mengayunkan pedangnya dengan ringan. Mendorong mundur sang pemuda, kembali ke samping Ketua Sekte Kuil Ci’en.“Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi jika Shi Kang benar-benar bertarung dengan Naga Panlong. Aku tidak ingin keadaan bertambah buruk jika ada kemungkinan
“Jika tidak ada niat mengalahkanku, maka diam dan pergilah, Shi Jiu!”Ekor besar bersisik sekeras baja itu memukul Shi Jiu tepat di perut. Memantulkannya ke tanah. Debu dan pasir mengepul pekat. Detik berikutnya bayangan hitam melesat. Shi Jiu lompat menyerang ke arah Panlong. Seluruh tubuh Shi Jiu bersinar kuning keemasan. Ia menebaskan pedang berulang kali hingga menimbulkan efek ilusi. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Huanglong.“HUJAN METEOR!” Shi Jiu menyerukan nama jurusnya. Tebasan pedang berubah menjadi tetesan cahaya memanjang. Siap menghujam tanpa ampun lawannya. Panlong mendengus kasar saat menangkis serangan seperti mengibas lalat. Shi Jiu menggeram tertahan. “Hei, mengapa aku harus bertarung melawanmu lagi?! Kau sudah aku kalahkan. Cepat berikan pusakamu padaku!” Shi Jiu kembali menyerang, kali ini menggunakan teknik yang diajarkan Longwang. Dari pedangnya muncul riak air memanjang. Ini mengingatkan Shi Jiu pada salah satu acara anime kesukaannya. Seorang pembasm
Pertarungan dapat pecah kapan saja. Sebelum itu terjadi, Qin Xiang memberi sinyal kepada semua orang agar mengutamakan Shi Kang. Meski mereka ingin membantu Shi Jiu melawan Panlong. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain mendukung. “Nona Shi Jiu! Kami mengandalkanmu, kami akan berusaha membantu walau tidak banyak.” Feng Ju melesat ke samping Shi Jiu untuk memberi tahu rencana mereka. “Setelah berhasil meringkus Shi Kang. Kami semua akan membantumu menghadapi Panlong. Selama itu, bisakah Nona bertahan?”Belum sempat mendapatkan jawaban dari Shi Jiu. Suara ledakan terdengar disusul teriakan kesakitan. Shi Jiu dan Feng Ju sontak menoleh hanya demi melihat sebagian orang terlempar. Di depan Shi Kang berdiri dua orang pemuda. “Song Bojing, Lai Shoushan?!” Xiang De berseru melihat dua pemimpin sekte. “Bajingan gila. Setelah semua yang terjadi kalian masih berpihak pada Shi Kang?!”“Sudah kepalang tanggung juga, Tuan Xiang De.” Song Bojing menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Kami sud
Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b
Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan