“Sudah saatnya aku kembali,” ucap Shi Jiu. Tiga naga mengangguk, masing-masing memberikan dukungan, menyemangati. “Aku tahu, kau itu kuat. Meski begitu mohon tetap berhati-hati. Jangan terluka, mengerti?” Longwang yang pertama bicara.Kemudian dilanjutkan Huanglong, “Jangan mempermalukanku. Kau harus menang, Shi Jiu! Ingat, kau berhasil mengalahkanku, salah satu dari sembilan naga. Jadi tidak boleh kalah dari manusia biasa, mengerti?”Shi Jiu tertawa datar, ia belum bilang kalau identitas Pan juga naga. Shenlong terakhir memberi ucapan semangat. Ia mendekat satu langkah, menepuk pundak sang gadis. Segaris senyum bangga diberikan pada Shi Jiu. “Tunjukan kemampuan terbaikmu, Shi Jiu. Bungkam dia karena sudah meremehkanmu.”“Ya. Itu pasti.” Shi Jiu menjawab mantap. Gadis itu segera balik badan, berlari kembali menuju ruang tunggu. Tiga naga menatap punggung kecil sebelum hilang di balik dinding. Mereka tetap dia di sana meski Shi JIu sudah tidak kelihatan. Semua demi menunggu sosok
Ujung pedang menghadap permukaan tanah. Pemiliknya menatap lurus ke arah lawan. Tekanan kuat penuh intimidasi tidak membuatnya gentar. Tepat saat wasit berseru. Panlong menghilang dari pandangan. Sekelebat cahaya putih serupa uap muncul tiba-tiba. Gadis itu sontak menarik pedang. Bertahan. Dia melakukannya tepat waktu. Panlong sudah berada di depan dengan pedang menghunus. Tabrakan dari dua bilah pedang terjadi. Ugh! Berat sekali! Shi Jiu membatin.Tidak kuat menahan serangan. Tubuh gadis itu terpental bersama angin kuat. Penonton membuka mulut. Tiga naga berseru cemas. “Shi Jiu!”Jika dia keluar dari arena maka tamat sudah. Shi Jiu memaksakan tubuhnya berputar di tengah udara. Menjatuhkan diri sebelum terhempas lebih jauh. Celah itu digunakan Panlong untuk menyerang. Sosoknya sudah tiba-tiba muncul di belakang Shi Jiu. Gadis itu tidak sempat bereaksi. Ujung gagang pedang memukul telak punggung Shi Jiu. Menjatuhkannya. BUM! Asap mengepul kuat hilang tepat setelah Panlong kembali m
Pertarungan masih terus berlanjut. Tidak ada yang mau mengalah. Shi Jiu merangsek maju menggunakan aliran pedang Shenlong. Aliran pedang Panlong memiliki kemiripan dengan teknik berpedang Longwang. Elemen angin jelas lebih kuat melawan elemen air. Itulah alasan mengapa Shi Jiu memutuskan menggunakan jurus-jurus Shenlong.“Kami para naga telah lama memperhatikan alam. Dengan mengamati, mencoba meniru mereka, maka kami dapat menciptakan satu-dua jurus hanya milik kami seorang.” Begitulah kata Shenlong ketika mengajari Shi Jiu. Serangan lurus mengarah pada Shi Jiu. Gadis itu sontak melentingkan tubuhnya ke belakang. Menghindar. Detik berikutnya dia sudah melompat, mengeluarkan jurus dari Naga Pengendali Angin dan Hujan lainnya. “Angin Lembah Ketiga!” Shi Jiu berseru, pusaran angin terbentuk dari tebasan pedang. Menciptakan empat sabetan angin mengarah pada Panlong. Satu-dua serangan melukai tubuh Panlong. Tidak hanya lawannya yang terluka, Shi Jiu juga menerima telak. Baju bagian leng
Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan
Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b
Pertarungan dapat pecah kapan saja. Sebelum itu terjadi, Qin Xiang memberi sinyal kepada semua orang agar mengutamakan Shi Kang. Meski mereka ingin membantu Shi Jiu melawan Panlong. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain mendukung. “Nona Shi Jiu! Kami mengandalkanmu, kami akan berusaha membantu walau tidak banyak.” Feng Ju melesat ke samping Shi Jiu untuk memberi tahu rencana mereka. “Setelah berhasil meringkus Shi Kang. Kami semua akan membantumu menghadapi Panlong. Selama itu, bisakah Nona bertahan?”Belum sempat mendapatkan jawaban dari Shi Jiu. Suara ledakan terdengar disusul teriakan kesakitan. Shi Jiu dan Feng Ju sontak menoleh hanya demi melihat sebagian orang terlempar. Di depan Shi Kang berdiri dua orang pemuda. “Song Bojing, Lai Shoushan?!” Xiang De berseru melihat dua pemimpin sekte. “Bajingan gila. Setelah semua yang terjadi kalian masih berpihak pada Shi Kang?!”“Sudah kepalang tanggung juga, Tuan Xiang De.” Song Bojing menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Kami sud
“Jika tidak ada niat mengalahkanku, maka diam dan pergilah, Shi Jiu!”Ekor besar bersisik sekeras baja itu memukul Shi Jiu tepat di perut. Memantulkannya ke tanah. Debu dan pasir mengepul pekat. Detik berikutnya bayangan hitam melesat. Shi Jiu lompat menyerang ke arah Panlong. Seluruh tubuh Shi Jiu bersinar kuning keemasan. Ia menebaskan pedang berulang kali hingga menimbulkan efek ilusi. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Huanglong.“HUJAN METEOR!” Shi Jiu menyerukan nama jurusnya. Tebasan pedang berubah menjadi tetesan cahaya memanjang. Siap menghujam tanpa ampun lawannya. Panlong mendengus kasar saat menangkis serangan seperti mengibas lalat. Shi Jiu menggeram tertahan. “Hei, mengapa aku harus bertarung melawanmu lagi?! Kau sudah aku kalahkan. Cepat berikan pusakamu padaku!” Shi Jiu kembali menyerang, kali ini menggunakan teknik yang diajarkan Longwang. Dari pedangnya muncul riak air memanjang. Ini mengingatkan Shi Jiu pada salah satu acara anime kesukaannya. Seorang pembasm
“Kalian semua bukan lawanku!” Shi Kang menggerung marah. Seluruh tubuhnya bersinar dengan aura biru kehitaman. Kekuatan energi Ki mengalir deras di dalam tubuhnya. Membuat dia mampu melayang di udara setinggi satu meter. Qin Xiang bersama Feng Yi sejak tadi saling bahu-membahu demi melawan Shi Kang.“Pastikan dia tidak mengganggu pertempuran Nona Shi Jiu.” Qin Xiang berbisik di samping Feng Yi. Qin Xiang menghalau serangan dari Shi Kang. Pedangnya terayun kuat mementalkan serangan ke kanan. Dari balik punggungnya, Feng Yi muncul melakukan serangan balasan. Tiga kali tebasan lurus dan satu tebasan mendatar.Daya serang terlalu dangkal demi melukai Shi Kang. Pria tua itu membuat tameng transparan dengan pedangnya. Sebelum mengayunkan pedangnya dengan ringan. Mendorong mundur sang pemuda, kembali ke samping Ketua Sekte Kuil Ci’en.“Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi jika Shi Kang benar-benar bertarung dengan Naga Panlong. Aku tidak ingin keadaan bertambah buruk jika ada kemungkinan