Beranda / Fantasi / The Horizon of Jiu / 22. Serangan Bandit

Share

22. Serangan Bandit

Penulis: Sei_30
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-26 19:31:37

Tujuan perjalanan Jiu dan kawan-kawan adalah Kota Xiantao. Lebih tepatnya, Laut Lemin Gang, tempat tinggal Naga Long Wang. Mereka harus melewati lembah yang dikenal tandus, dan berbahaya. Terdapat tebing-tebing bebatuan tinggi di kedua sisi jalan. Debu dan badai pasir kadang menjadi rintangan bagi mereka yang ingin melintas.

“Naga Long Wang itu seperti apa?” Jiu bertanya disela-sela perjalanan.

Shenlong berpikir lama sebelum dia membuka mulut. Namun lebih dulu dijawab oleh Huanglong. “Seperti bentuk naga pada umumnya. Bedanya hanya di warna sisik saja, Long Wang memiliki sisik hitam kebiruan dan juga tanduk kirinya patah setengah.”

“Aku tidak tanya wujudnya, tapi terima kasih. Bagaimana dengan sifatnya?” Jiu menghela napas pelan, apa pula yang diharapkan dari Huanglong?

Benar saja, pemuda itu malah mengangkat bahu tidak peduli, atau malah tidak tahu. Atensi gadis itu pun beralih pada Shenlong. Berharap pemuda itu memberikan jawaban yang serius.

“Setidaknya sikapnya lebih baik da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Horizon of Jiu   23. Kota Di Atas Air

    “Mereka mau diapakan?” Tanya Huanglong usai mengikat semua bandit. Dahi Jiu terlipat, heran. “Tentu saja bawa mereka ke polisi. Mereka merugikan, merampok dan mungkin membunuh korbannya.” “Jadi kita bawa mereka sampai Kota Xiantao yang masih jauh?” Huanglong sekali lagi bertanya memastikan. Kali ini gadis itu terdiam. Malas juga harus membawa mereka ikut dalam perjalanan menuju kota. Jiu menatap Shenlong, memastikan sesuatu. “Omong-omong masih lama kita sampainya?” Shenlong mengangguk. “Mungkin satu hari lagi.” Jiu mendesah kecewa. Mengapa kota berikutnya jauh sekali, atau ini karena program latihannya yang membuat perjalanan mereka melambat. Setelah lama terdiam, akhirnya gadis itu menyerahkan keputusannya pada Shenlong. “Terserah kau saja, Shenlong. Aku ikut,” ucap Jiu dan naik ke atas kuda. Shenlong mengangguk paham. Dia lalu membuat kesepakatan dengan Ketua Lautan Merah. Memang sejak awal pemuda itu tidak berniat repot-repot mengantar bandit ke kantor polisi. Lebih baik

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • The Horizon of Jiu   24. Legenda Long Wang

    “Aku adalah Long Wang. Salah satu dari sembilan naga yang diturunkan dewa untuk membantu umat manusia.”Cahaya lampu menyorot ke tempat lain. Beberapa penduduk bersujud di bawah kaki sang naga. Pakaian mereka seperti zaman dulu. Ada tiga orang, dua laki-laki dan satu perempuan.“Kunaikan syukur padamu, Dewa … Kusembah sujud kepadamu, wahai Naga Agung.” Pujian demi pujian syukur dinyanyikan warga.Long Wang mengangkat kedua tangan. Dengan kekuatannya, dia membelah lautan. Para penduduk bersukacita, mereka berbondong-bondong memungut ikan-ikan laut. Berkat kehadiran sang Naga, perekonomian Xiantao membaik. Wilayah yang sebelumnya hanya sebuah desa dengan total jiwa tidak sampai tiga puluh orang. Kini tumbuh menjadi sebuah kota besar dan menjadi tempat wisata. Tahun demi tahun dilewati Long Wang bersama penduduk Kota Xiantao. Mereka hidup makmur dan damai. Banyak hal yang diajarkan sang Naga pada mereka, termasuk cara menangkap ikan, serta memelihara laut. Beberapa ratus tahun kemudian,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • The Horizon of Jiu   25. Cemilan Malam

    “Selamat menikmati Hong Dou Tang.” Shenlong menaruh semangkuk sup kacang merah di depannya. Ia mengaduk sup pelan, lalu meniup beberapa kali sebelum memberikannya pada Jiu. Gadis itu menerimanya, mulai menikmati cemilan khas china. Makanan penutup itu tidak terlalu manis dan hangat. Cocok sekali dimakan saat cuaca dinginnya malam. “Aku tidak habis pikir dengan Ying Er,” Jiu tiba-tiba mencibir pelan. Huanglong tertawa tanpa suara. “Aku juga tidak habis pikir denganmu. Itu hanya pertunjukan, mengapa dipikirkan sampai segitunya?” “Ih! Masa begitu saja tidak paham?” Manik coklatnya memandang tajam, “rasa sakitnya itu, lho! Cintanya Long Wang tulus, tanpa syarat. Eh, bisa-bisanya Ying Er selingkuh. Terus ditinggal nikah lagi! Bodoh banget, Ying Er!” Naga Kuning menggelengkan kepala. “Menurutku yang bodoh itu, Long Wang.” “Kok malah Long Wang?” Tanya Jiu tidak terima. Hualong menghabiskan sup kacang merah miliknya lebih dulu. Barulah ia menjelaskan pendapatnya mengenai pertunjukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • The Horizon of Jiu   26. Long Wang

    Setelah kepergian pria misterius. Shenlong dan Huanglong akhirnya datang. Mereka berdua turun dari langit, mungkin mencari dari tempat tinggi. Naga biru segera memeluk Jiu lalu mengecek keadaannya. “Kau baik-baik saja? Aku kaget setengah mati saat kau tiba-tiba menghilang.” Jiu menggaruk pipinya malu. “Maafkan aku, Shenlong. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas berlebih!” “Mereka ini siapa?” tanya Huanglong begitu melihat tiga orang terkapar di tanah. Shenlong sontak menoleh. Mata emasnya memperhatikan sekitar, mulai dari kantong koin lalu rambut palsu dan mereka yang terluka. Tidak butuh waktu lama bagi Shenlong untuk memahami situasi. Alhasil matanya berkilat berbahaya dan siap menghabisi tiga pria malang itu. “Berani-beraninya kalian mencuri dan melukai Jiu! Tidak bisa diampuni!” Jiu segera memeluk pinggang Shenlong, berusaha menahan. “Wah! tunggu, tunggu sebentar Shenlong! Kau tidak usah menghajar mereka. Aku sudah mengatasinya sendiri, jadi puji aku!” Manik emas itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • The Horizon of Jiu   27. Seorang Gadis Bernama Ying Er

    Gemuruh ombak menyapu pesisir pantai putih. Menarik lalu menghempaskannya berulang kali sampai tiga sosok manusia terlihat. Jiu bangkit lebih dulu, batuk berulang kali, tubuhnya basah. Shenlong dan Huanglong menyusul ke luar dari laut. Mereka duduk di atas pasir, mencoba mengatur napas. “Dasar gila! Dia melempar kita begitu saja!” Huanglong meludah, ada butiran pasir di mulut. Shenlong dan Jiu tidak menyahut. Mereka masih diam, berusaha menenangkan debaran jantung. Manik emas pemuda itu melirik ke arah sang gadis. Jiu menggigit bibir bawah, mencengkram pasir di kedua tangan. Sayangnya Huanglong tidak memiliki kepekaan dan mulai mengoceh. “Ini semua tidak akan terjadi, kalau kau tidak memprovokasinya!” Huanglong menghardik kesal. “Mengapa pula kau bawa-bawa namaku? Aku tidak pernah menghina Ying Er. Justru kau yang melakukannya, untuk apa? Menarik dia keluar seperti tadi? Hanya untuk melempar kita kembali?!” “Memang kau punya ide lebih baik?!” Jiu balas membentak. Ia menyisir ram

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • The Horizon of Jiu   28. Jiwa Yang Lain

    Angin laut mulai berhembus kencang. Tapi Jiu masih enggan beranjak dari tepi pantai di bawah patung. Ia tidak menyadari. Saat bias mentari mengenai leher pantung Ying Er, sesuatu bersinar lembut di sana. Tidak hanya itu manik coklat Jiu berpendar pelan. Detik kemudian sosok pemuda muncul di belakangnya. “Cih, kau lagi.” Suara berat sedikit serak yang tidak asing. Jiu sontak beranjak dan menoleh ke belakang hanya untuk bertemu Long Wang. Melihat pemuda itu hendak pergi, Jiu berlari dan menahan lengannya. Manik emas menatap ke arahnya tajam seakan ingin membunuhnya. Jiu menelan ludah gugup, tapi dia tidak kunjung melepaskannya. “Aku perlu bicara denganmu,” kata Jiu. Dua pasang mata berbeda warna itu saling tatap. Long Wang seakan meniliknya lamat-lamat, mencari sesuatu di sana. Sampai akhirnya pemuda itu mengangguk paham dan Jiu melepaskannya. “Katakan... Mengapa aku perlu membuang waktuku untukmu?” Jiu menelan ludah gugup. “Aku bukan berasal dari dunia ini,” ungkapnya. Tatapan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • The Horizon of Jiu   29. Diantara Dua Gadis

    Pintu berdaun dua berwarna putih terbuka setengah. Seorang anak laki-laki sekitar sepuluh tahun dengan rambut coklat bermata hitam. Masuk sambil membawa nampan penuh makanan dan seteko teh. Bocah manis itu berjalan lurus, menuju arah lukisan besar seorang gadis muda cantik. Di bawah lukisan itu, seorang pemuda berambut dan baju hitam tengah tertidur lelap. Ia tidur sambil bersandar, nampak letih dan kesepian. Xiao Jian menaruh nampan di atas meja berkaki pendek, lalu berjalan menghampiri. Ia duduk berjongkok, menepuk pelan sang penguasa Laut Lemin Gang. Mencoba membangunkan tuannya. “Tuan, Tuan Long Wang… Bangunlah, Tuanku.” Guncangan pelan itu berhasil membangunkan Long Wang. Bulu matanya yang panjang bersama mata emas itu terbuka perlahan. Visual dari sang naga lautan begitu indah sekaligus misterius di waktu bersamaan. “Xiao Jian…” Long Wang mengerjap beberapa kali. Setelah sepenuhnya sadar, ia melihat sekitar dan tertawa tanpa suara. “Lagi-lagi aku tertidur di sini.” “T

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • The Horizon of Jiu   30. Long Wang dan Ying Er

    Long Wang tiba di Kota Xiantao saat matahari baru beranjak naik. Ia berkeliling kota tanpa khawatir ada yang mengenali. Mengingat sudah ratusan tahun lamanya pemuda itu tidak berkunjung. Berjalan di tengah keramaian, mendengar para pedagang menjajakan dagangannya. Melihat anak-anak berlari riang, sampai kumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak asyik mengobrol. Kota ini damai. Mereka berhasil menutupi krisis sumber daya alam yang telah dibuat Long Wang. Manik emas itu berkilat tidak suka, haruskah ia membuat musibah lebih buruk dari ini? “Sayangnya, dewa hanya menyuruhku membuat satu bencana.” Long Wang bergumam pelan. Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju ke salah satu penginapan. Bangunan berlantai dua yang cukup terkenal dikalangan ini. Disinilah tempat salah satu seorang gadis yang membuatnya dilema. Long Wang berdiri disalah satu kedai, berusaha membuat dirinya tidak mencolok. Tidak lama kemudian, pintu penginapan itu terbuka. Shi Jiu keluar dari sana sambil menguap lebar. Sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23

Bab terbaru

  • The Horizon of Jiu   87. Akhir Dari Permulaan

    Sudah sejak pagi buta para warga sibuk bergotong royong. Mereka membersihkan puing-puing bangunan Kuil Kuda Putih. Beberapa rumah mengalami kerusakan akibat pertarungan. Para pedagang juga sibuk membersihkan sisa-sisa festival. Di tengah-tengah kesibukan bersuasana duka dan tegang. Seorang anak kecil menatap ke arah langit. Tidak ada yang menyadari bahwa matahari belum juga nampak. Meski langit sudah terang namun anehnya awan malah berkumpul dan berubah mendung. Tidak lama kemudian titik demi titik hujan membasahi permukaan tanah yang kering. “Hujan? Ini benar-benar hujan?!” Seorang pemuda berseru tidak percaya, menatap ke arah langit.“Demi Naga Panlong! HUJAN TELAH TURUN! HUJAN TELAH TURUN!”“Hore! Hujan! Hujan!”Seluruh warga yang ada di dalam rumah segera keluar ketika mendengar seruan dari luar. Hujan turun dengan deras pagi itu. Sebuah keajaiban setelah ratusan tahun tanah mereka tidak didatangi fenomena alami alam. Di tengah kebahagiaan para warga. Empat naga menatap dari kej

  • The Horizon of Jiu   86. Sampai Jumpa Lagi Kawan

    Ujung kaki berusaha menapak cepat demi kembali melompat. Shi Jiu memaksa tubuhnya, meraih, menyelamatkan yang seharusnya dilindungi olehnya. Semua terjadi begitu cepat, pedang menusuk hingga tembus ke sisi lain. Mao Niu terbatuk, memuntahkan darah segar. “MAO NIU!” Shi Jiu berteriak histeris. Mata emas sang naga pelindung Danau Gang membeku. Tidak mau mempercayai apa yang dia lihat. Dengan menggunakan sisa kekuatannya, ia melompat turun. Berlutut di sebelah Mao Niu bersama Shi Jiu.“Mao Niu bertahanlah… bertahanlah aku mohon!” Panlong menekan beberapa titik di daerah dada Mao Niu demi menghentikan pendarahan. “Pa-Pan…”“Tidak usah bicara, kau diam saja!”“Ti-tidak, a-aku harus bicara…,” Mao Niu menyentuh pelan punggung tangan Panlong. “Mu-mungkin ini terakhir kali kita bicara.” sambungnya lagi yang dibalas gelengan kuat dari Panlong. “Kau akan baik-baik saja! Sama seperti sebelumnya, akan aku berikan energi kehidupanku!”“Tidak, Pan. To-tolong jangan lakukan itu.” Mao Niu terbatuk

  • The Horizon of Jiu   85. Pertarungan Besar Bag. 5

    Lengang sejenak. Huanglong menatap Shenlong lamat-lamat. Jelas dia tahu manusia mana yang dimaksud. Sang kakak tidak akan membiarkan adiknya terluka, apalagi tewas. Keputusannya memiliki alasan kuat, Huanglong juga tidak ingin tahu. Apa yang akan terjadi pada dunia ini jika salah satu dari sembilan naga tewas. Suara bantingan keras terdengar menarik perhatian para naga. Ketua sekte sedang menahan Shi Kang menggantikan Huanglong. Feng Ju terbanting ke dinding, terbatuk keras mengeluarkan cairan merah. Feng Yi terlempar ke samping usai melindungi Xiang De. Qin Xiang dan Xiang De menyerang bergantian. Song Bojing dan Lai Shoushan sudah terkapar tidak jauh dari mereka. Keduanya telah kalah telak sejak beberapa menit yang lalu. Shi Kang sendiri dalam kondisi tidak baik. Efek dari Pil Keabadian hanya bertahan beberapa menit. Semakin cepat habis jika pemakai mengeluarkan kekuatannya tak terkendali. Itulah yang dilakukan Huanglong, membuat Shi Kang menghabiskan seluruh stok Pil Keabadian.

  • The Horizon of Jiu   84. Pertarungan Besar Bag. 4

    Shi Kang lompat menyerang Shi Jiu. Gadis itu dalam kondisi lelah setelah melawan Panlong. Terlebih tidak fokus, setengah tertidur semenjak Pusaka Sisik Ikan masuk ke dalam tubuhnya. Saat ini dia benar-benar tanpa penjagaan siapapun. Tidak hanya Feng Yi yang berusaha berlari mencegah Shi Kang. Tiga pemimpin sekte juga berlari ke arahnya. Berharap berhasil mencegah tragedi. Namun semua percuma, Shi Kang tetap lebih dulu tiba di depan Shi Jiu. Siap membunuh Shi Jiu yang belum juga sadar bersama Panlong dalam pelukannya. “Nona Shi Jiu!” Tepat ketika semua orang merasa putus asa. Gagal melindungi manusia paling penting di muka bumi. Mereka benar-benar melupakan satu hal. Kenyataan bahwa Shi Jiu tidak berkeliling seorang diri. Suara besar dari ledakan terdengar disusul kepulan debu dan pasir. Tepat di tengah-tengah Shi Kang dan Shi Jiu. Sosok pemuda dengan hanfu biru gelap serta berambut hitam bermata emas. Berhasil menangkap pedang Shi Kang dengan mudahnya menggunakan satu tangan.

  • The Horizon of Jiu   83. Pertarungan Besar Bag. 3

    “Kalian semua bukan lawanku!” Shi Kang menggerung marah. Seluruh tubuhnya bersinar dengan aura biru kehitaman. Kekuatan energi Ki mengalir deras di dalam tubuhnya. Membuat dia mampu melayang di udara setinggi satu meter. Qin Xiang bersama Feng Yi sejak tadi saling bahu-membahu demi melawan Shi Kang.“Pastikan dia tidak mengganggu pertempuran Nona Shi Jiu.” Qin Xiang berbisik di samping Feng Yi. Qin Xiang menghalau serangan dari Shi Kang. Pedangnya terayun kuat mementalkan serangan ke kanan. Dari balik punggungnya, Feng Yi muncul melakukan serangan balasan. Tiga kali tebasan lurus dan satu tebasan mendatar.Daya serang terlalu dangkal demi melukai Shi Kang. Pria tua itu membuat tameng transparan dengan pedangnya. Sebelum mengayunkan pedangnya dengan ringan. Mendorong mundur sang pemuda, kembali ke samping Ketua Sekte Kuil Ci’en.“Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi jika Shi Kang benar-benar bertarung dengan Naga Panlong. Aku tidak ingin keadaan bertambah buruk jika ada kemungkinan

  • The Horizon of Jiu   82. Pertarungan Besar Bag. 2

    “Jika tidak ada niat mengalahkanku, maka diam dan pergilah, Shi Jiu!”Ekor besar bersisik sekeras baja itu memukul Shi Jiu tepat di perut. Memantulkannya ke tanah. Debu dan pasir mengepul pekat. Detik berikutnya bayangan hitam melesat. Shi Jiu lompat menyerang ke arah Panlong. Seluruh tubuh Shi Jiu bersinar kuning keemasan. Ia menebaskan pedang berulang kali hingga menimbulkan efek ilusi. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Huanglong.“HUJAN METEOR!” Shi Jiu menyerukan nama jurusnya. Tebasan pedang berubah menjadi tetesan cahaya memanjang. Siap menghujam tanpa ampun lawannya. Panlong mendengus kasar saat menangkis serangan seperti mengibas lalat. Shi Jiu menggeram tertahan. “Hei, mengapa aku harus bertarung melawanmu lagi?! Kau sudah aku kalahkan. Cepat berikan pusakamu padaku!” Shi Jiu kembali menyerang, kali ini menggunakan teknik yang diajarkan Longwang. Dari pedangnya muncul riak air memanjang. Ini mengingatkan Shi Jiu pada salah satu acara anime kesukaannya. Seorang pembasm

  • The Horizon of Jiu   81. Pertarungan Besar Bag. 1

    Pertarungan dapat pecah kapan saja. Sebelum itu terjadi, Qin Xiang memberi sinyal kepada semua orang agar mengutamakan Shi Kang. Meski mereka ingin membantu Shi Jiu melawan Panlong. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain mendukung. “Nona Shi Jiu! Kami mengandalkanmu, kami akan berusaha membantu walau tidak banyak.” Feng Ju melesat ke samping Shi Jiu untuk memberi tahu rencana mereka. “Setelah berhasil meringkus Shi Kang. Kami semua akan membantumu menghadapi Panlong. Selama itu, bisakah Nona bertahan?”Belum sempat mendapatkan jawaban dari Shi Jiu. Suara ledakan terdengar disusul teriakan kesakitan. Shi Jiu dan Feng Ju sontak menoleh hanya demi melihat sebagian orang terlempar. Di depan Shi Kang berdiri dua orang pemuda. “Song Bojing, Lai Shoushan?!” Xiang De berseru melihat dua pemimpin sekte. “Bajingan gila. Setelah semua yang terjadi kalian masih berpihak pada Shi Kang?!”“Sudah kepalang tanggung juga, Tuan Xiang De.” Song Bojing menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Kami sud

  • The Horizon of Jiu   80. Generasi Lama dan Baru

    Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b

  • The Horizon of Jiu   79. Kemunculan Panlong

    Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan

DMCA.com Protection Status