Beranda / Fantasi / The Horizon of Jiu / 18. Perbedaan Keyakinan

Share

18. Perbedaan Keyakinan

Penulis: Sei_30
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-24 17:03:30

“Mengapa ketua malah ada di sini dan bukan di Kuil Ci’en?” Feng Ju kembali melemparkan pertanyaan menyudutkan pada Qin Bohai. “Ketua tidak mungkin dalang dari kasus penculikan anak di Kota Shihezi, bukan?”

“Te-tentu saja bukan aku dalangnya!” serunya kemudian setelah tersadar dari keterkejutannya. “Aku secepatnya kemari, karena ingin tahu siapa dalangnya. Bukankah sebelumnya kau bilang sudah tahu lokasi pertemuan mereka selanjutnya?”

“Bagaimana Ketua tahu tempatnya, sementara saya belum melaporkannya pada Anda?”

Qin Bohai menelan ludah gugup, “Aku … aku mendengarnya! aku bertanya pada salah satu murid sekaligus bawahanmu!”

“Dan siapa yang Ketua maksud?”

“Apa itu penting sekarang?!” Pria paruh baya itu meninggikan suaranya, “kalau kita berkumpul di sini, itu artinya kita semua masuk ke dalam jebakan yang dibuatnya! informasi yang kau dapatkan itu palsu, kau telah ditipu!”

Setelah teriak-teriak layaknya orang kesetanan, Feng Ju hanya diam mendengarkan. Menyadari keanehan sikap dar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Horizon of Jiu   19. Teknik Legendaris

    Kemunculan Shenlong tiba-tiba mengejutkan Qin Bohai, Jiu dan Huanglong. Tanpa peringatan pemuda itu muncul di tengah-tengah pertarungan. Namun sepertinya hanya Feng Ju yang tetap tenang seakan mengetahui hal ini. Pria paruh baya itu menghunuskan pedang ke arah naga biru, berteriak marah. “Berani-beraninya menggangguku, dasar brengsek! siapa kau?!” Bukan Shenlong yang menjawab, melainkan Feng Ju. Pemuda itu balik membentaknya dengan hawa membunuh. “Jaga bicaramu di depan Tuan Shenlong! Beliau adalah salah satu dari sembilan naga yang diturunkan dewa. Beliau sang Naga Biru Shenlong yang agung!” “Hah! kau pikir bisa menipuku untuk membuatku takut?” Qin Bohai jelas meremehkan dan tidak percaya pada omongan Feng Ju. Shenlong tidak ambill pusing, pemuda itu menatap ke arah Feng Ju. “Aku akan bertanya sekali lagi padamu, Feng Ju.” “Ya, Tuan Shenlong.” Murid tingkat akhir Kuill Lingyin membungkuk hormat. Menunggu Shenlong kembali bicara. “Apa kau yakin dan siap memikul tanggung jawab s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • The Horizon of Jiu   20. Selamat Tinggal Kota Shihezi

    Dua minggu semenjak kasus anak hilang berhasil diselesaikan. Pujian demi pujian diberikan warga kepada Kepolisian Kota Shihezi dan Kuil Lingyin. “Berita besar, berita besar! akhir dari misteri anak hilang Kota Shihezi!” para penjual koran sibuk menawarkan kertas buram tebal penuh tulisan ke pejalan kaki. “Siapa sangka, keputusan Walikota Lin Heng membuat operasi gabungan berhasil!” seru seorang warga usai membaca koran. Salah satu temannya ikut berkomentar. “Benar, mengapa tidak dari dulu saja dia lakukan itu.” “Hah! Apa kau lupa? Sembilan sekte sibuk mencari gadis dalam ramalan!” “Mereka masih percaya ramalan tua itu?” salah satu pemuda ikut obrolan. Pria tua menaruh gelas kayu di atas meja dengan keras. Dia bersendawa sebentar sebelum bicara. “Akhirnya mereka sadar, mana masalah yang lebih penting. Jelas kasus anak hilang lebih mendesak daripada mencari perempuan tidak jelas!” Teman-teman minumnya mengangguk setuju. Anak-anak dikembalikan ke orang tua mereka dengan kond

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • The Horizon of Jiu   21. Latihan Bag. 1

    Jiu mengerjap-ngerjap, rasanya baru sebentar dia memejamkan mata. Tapi bias mentari sudah membuat separuh wajahnya panas. Suara kicau burung menjadi alarm alami membangunkannya. Dia beranjak duduk, muka bantalnya masih kentara sekali. Matanya yang minimalis tinggal segaris, saat menyipit melihat sekitar. Aroma arang dari sisa pembakaran api unggun semalam. Burung-burung gereja terbang rendah, lalu hinggap di salah satu ranting pohon. Dedaunan bergoyang pelan saat dibelai sepoi angin. Jiu tersenyum lebar, menyukai pemandangan asri di depannya. Manik coklatnya turun, menangkap sosok Shenlong duduk bersila tidak jauh darinya. Jiu memiringkan kepala, memperhatikan. Pemuda itu menarik napas panjang, menghembuskannya secara perlahan. Terus melakukannya sebelum tiba-tiba membuka mata dan membalas tatapan Jiu. Tidak siap sekaligus kaget, Jiu sontak memalingkan wajah ke kanan. Percikan air berhasil menarik perhatiannya. Huanglong berjongkok di depan sungai kecil. Dia sedang membasuh waja

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • The Horizon of Jiu   22. Serangan Bandit

    Tujuan perjalanan Jiu dan kawan-kawan adalah Kota Xiantao. Lebih tepatnya, Laut Lemin Gang, tempat tinggal Naga Long Wang. Mereka harus melewati lembah yang dikenal tandus, dan berbahaya. Terdapat tebing-tebing bebatuan tinggi di kedua sisi jalan. Debu dan badai pasir kadang menjadi rintangan bagi mereka yang ingin melintas. “Naga Long Wang itu seperti apa?” Jiu bertanya disela-sela perjalanan. Shenlong berpikir lama sebelum dia membuka mulut. Namun lebih dulu dijawab oleh Huanglong. “Seperti bentuk naga pada umumnya. Bedanya hanya di warna sisik saja, Long Wang memiliki sisik hitam kebiruan dan juga tanduk kirinya patah setengah.” “Aku tidak tanya wujudnya, tapi terima kasih. Bagaimana dengan sifatnya?” Jiu menghela napas pelan, apa pula yang diharapkan dari Huanglong? Benar saja, pemuda itu malah mengangkat bahu tidak peduli, atau malah tidak tahu. Atensi gadis itu pun beralih pada Shenlong. Berharap pemuda itu memberikan jawaban yang serius. “Setidaknya sikapnya lebih baik da

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-26
  • The Horizon of Jiu   23. Kota Di Atas Air

    “Mereka mau diapakan?” Tanya Huanglong usai mengikat semua bandit. Dahi Jiu terlipat, heran. “Tentu saja bawa mereka ke polisi. Mereka merugikan, merampok dan mungkin membunuh korbannya.” “Jadi kita bawa mereka sampai Kota Xiantao yang masih jauh?” Huanglong sekali lagi bertanya memastikan. Kali ini gadis itu terdiam. Malas juga harus membawa mereka ikut dalam perjalanan menuju kota. Jiu menatap Shenlong, memastikan sesuatu. “Omong-omong masih lama kita sampainya?” Shenlong mengangguk. “Mungkin satu hari lagi.” Jiu mendesah kecewa. Mengapa kota berikutnya jauh sekali, atau ini karena program latihannya yang membuat perjalanan mereka melambat. Setelah lama terdiam, akhirnya gadis itu menyerahkan keputusannya pada Shenlong. “Terserah kau saja, Shenlong. Aku ikut,” ucap Jiu dan naik ke atas kuda. Shenlong mengangguk paham. Dia lalu membuat kesepakatan dengan Ketua Lautan Merah. Memang sejak awal pemuda itu tidak berniat repot-repot mengantar bandit ke kantor polisi. Lebih baik

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • The Horizon of Jiu   24. Legenda Long Wang

    “Aku adalah Long Wang. Salah satu dari sembilan naga yang diturunkan dewa untuk membantu umat manusia.”Cahaya lampu menyorot ke tempat lain. Beberapa penduduk bersujud di bawah kaki sang naga. Pakaian mereka seperti zaman dulu. Ada tiga orang, dua laki-laki dan satu perempuan.“Kunaikan syukur padamu, Dewa … Kusembah sujud kepadamu, wahai Naga Agung.” Pujian demi pujian syukur dinyanyikan warga.Long Wang mengangkat kedua tangan. Dengan kekuatannya, dia membelah lautan. Para penduduk bersukacita, mereka berbondong-bondong memungut ikan-ikan laut. Berkat kehadiran sang Naga, perekonomian Xiantao membaik. Wilayah yang sebelumnya hanya sebuah desa dengan total jiwa tidak sampai tiga puluh orang. Kini tumbuh menjadi sebuah kota besar dan menjadi tempat wisata. Tahun demi tahun dilewati Long Wang bersama penduduk Kota Xiantao. Mereka hidup makmur dan damai. Banyak hal yang diajarkan sang Naga pada mereka, termasuk cara menangkap ikan, serta memelihara laut. Beberapa ratus tahun kemudian,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-27
  • The Horizon of Jiu   25. Cemilan Malam

    “Selamat menikmati Hong Dou Tang.” Shenlong menaruh semangkuk sup kacang merah di depannya. Ia mengaduk sup pelan, lalu meniup beberapa kali sebelum memberikannya pada Jiu. Gadis itu menerimanya, mulai menikmati cemilan khas china. Makanan penutup itu tidak terlalu manis dan hangat. Cocok sekali dimakan saat cuaca dinginnya malam. “Aku tidak habis pikir dengan Ying Er,” Jiu tiba-tiba mencibir pelan. Huanglong tertawa tanpa suara. “Aku juga tidak habis pikir denganmu. Itu hanya pertunjukan, mengapa dipikirkan sampai segitunya?” “Ih! Masa begitu saja tidak paham?” Manik coklatnya memandang tajam, “rasa sakitnya itu, lho! Cintanya Long Wang tulus, tanpa syarat. Eh, bisa-bisanya Ying Er selingkuh. Terus ditinggal nikah lagi! Bodoh banget, Ying Er!” Naga Kuning menggelengkan kepala. “Menurutku yang bodoh itu, Long Wang.” “Kok malah Long Wang?” Tanya Jiu tidak terima. Hualong menghabiskan sup kacang merah miliknya lebih dulu. Barulah ia menjelaskan pendapatnya mengenai pertunjukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • The Horizon of Jiu   26. Long Wang

    Setelah kepergian pria misterius. Shenlong dan Huanglong akhirnya datang. Mereka berdua turun dari langit, mungkin mencari dari tempat tinggi. Naga biru segera memeluk Jiu lalu mengecek keadaannya. “Kau baik-baik saja? Aku kaget setengah mati saat kau tiba-tiba menghilang.” Jiu menggaruk pipinya malu. “Maafkan aku, Shenlong. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas berlebih!” “Mereka ini siapa?” tanya Huanglong begitu melihat tiga orang terkapar di tanah. Shenlong sontak menoleh. Mata emasnya memperhatikan sekitar, mulai dari kantong koin lalu rambut palsu dan mereka yang terluka. Tidak butuh waktu lama bagi Shenlong untuk memahami situasi. Alhasil matanya berkilat berbahaya dan siap menghabisi tiga pria malang itu. “Berani-beraninya kalian mencuri dan melukai Jiu! Tidak bisa diampuni!” Jiu segera memeluk pinggang Shenlong, berusaha menahan. “Wah! tunggu, tunggu sebentar Shenlong! Kau tidak usah menghajar mereka. Aku sudah mengatasinya sendiri, jadi puji aku!” Manik emas itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20

Bab terbaru

  • The Horizon of Jiu   87. Akhir Dari Permulaan

    Sudah sejak pagi buta para warga sibuk bergotong royong. Mereka membersihkan puing-puing bangunan Kuil Kuda Putih. Beberapa rumah mengalami kerusakan akibat pertarungan. Para pedagang juga sibuk membersihkan sisa-sisa festival. Di tengah-tengah kesibukan bersuasana duka dan tegang. Seorang anak kecil menatap ke arah langit. Tidak ada yang menyadari bahwa matahari belum juga nampak. Meski langit sudah terang namun anehnya awan malah berkumpul dan berubah mendung. Tidak lama kemudian titik demi titik hujan membasahi permukaan tanah yang kering. “Hujan? Ini benar-benar hujan?!” Seorang pemuda berseru tidak percaya, menatap ke arah langit.“Demi Naga Panlong! HUJAN TELAH TURUN! HUJAN TELAH TURUN!”“Hore! Hujan! Hujan!”Seluruh warga yang ada di dalam rumah segera keluar ketika mendengar seruan dari luar. Hujan turun dengan deras pagi itu. Sebuah keajaiban setelah ratusan tahun tanah mereka tidak didatangi fenomena alami alam. Di tengah kebahagiaan para warga. Empat naga menatap dari kej

  • The Horizon of Jiu   86. Sampai Jumpa Lagi Kawan

    Ujung kaki berusaha menapak cepat demi kembali melompat. Shi Jiu memaksa tubuhnya, meraih, menyelamatkan yang seharusnya dilindungi olehnya. Semua terjadi begitu cepat, pedang menusuk hingga tembus ke sisi lain. Mao Niu terbatuk, memuntahkan darah segar. “MAO NIU!” Shi Jiu berteriak histeris. Mata emas sang naga pelindung Danau Gang membeku. Tidak mau mempercayai apa yang dia lihat. Dengan menggunakan sisa kekuatannya, ia melompat turun. Berlutut di sebelah Mao Niu bersama Shi Jiu.“Mao Niu bertahanlah… bertahanlah aku mohon!” Panlong menekan beberapa titik di daerah dada Mao Niu demi menghentikan pendarahan. “Pa-Pan…”“Tidak usah bicara, kau diam saja!”“Ti-tidak, a-aku harus bicara…,” Mao Niu menyentuh pelan punggung tangan Panlong. “Mu-mungkin ini terakhir kali kita bicara.” sambungnya lagi yang dibalas gelengan kuat dari Panlong. “Kau akan baik-baik saja! Sama seperti sebelumnya, akan aku berikan energi kehidupanku!”“Tidak, Pan. To-tolong jangan lakukan itu.” Mao Niu terbatuk

  • The Horizon of Jiu   85. Pertarungan Besar Bag. 5

    Lengang sejenak. Huanglong menatap Shenlong lamat-lamat. Jelas dia tahu manusia mana yang dimaksud. Sang kakak tidak akan membiarkan adiknya terluka, apalagi tewas. Keputusannya memiliki alasan kuat, Huanglong juga tidak ingin tahu. Apa yang akan terjadi pada dunia ini jika salah satu dari sembilan naga tewas. Suara bantingan keras terdengar menarik perhatian para naga. Ketua sekte sedang menahan Shi Kang menggantikan Huanglong. Feng Ju terbanting ke dinding, terbatuk keras mengeluarkan cairan merah. Feng Yi terlempar ke samping usai melindungi Xiang De. Qin Xiang dan Xiang De menyerang bergantian. Song Bojing dan Lai Shoushan sudah terkapar tidak jauh dari mereka. Keduanya telah kalah telak sejak beberapa menit yang lalu. Shi Kang sendiri dalam kondisi tidak baik. Efek dari Pil Keabadian hanya bertahan beberapa menit. Semakin cepat habis jika pemakai mengeluarkan kekuatannya tak terkendali. Itulah yang dilakukan Huanglong, membuat Shi Kang menghabiskan seluruh stok Pil Keabadian.

  • The Horizon of Jiu   84. Pertarungan Besar Bag. 4

    Shi Kang lompat menyerang Shi Jiu. Gadis itu dalam kondisi lelah setelah melawan Panlong. Terlebih tidak fokus, setengah tertidur semenjak Pusaka Sisik Ikan masuk ke dalam tubuhnya. Saat ini dia benar-benar tanpa penjagaan siapapun. Tidak hanya Feng Yi yang berusaha berlari mencegah Shi Kang. Tiga pemimpin sekte juga berlari ke arahnya. Berharap berhasil mencegah tragedi. Namun semua percuma, Shi Kang tetap lebih dulu tiba di depan Shi Jiu. Siap membunuh Shi Jiu yang belum juga sadar bersama Panlong dalam pelukannya. “Nona Shi Jiu!” Tepat ketika semua orang merasa putus asa. Gagal melindungi manusia paling penting di muka bumi. Mereka benar-benar melupakan satu hal. Kenyataan bahwa Shi Jiu tidak berkeliling seorang diri. Suara besar dari ledakan terdengar disusul kepulan debu dan pasir. Tepat di tengah-tengah Shi Kang dan Shi Jiu. Sosok pemuda dengan hanfu biru gelap serta berambut hitam bermata emas. Berhasil menangkap pedang Shi Kang dengan mudahnya menggunakan satu tangan.

  • The Horizon of Jiu   83. Pertarungan Besar Bag. 3

    “Kalian semua bukan lawanku!” Shi Kang menggerung marah. Seluruh tubuhnya bersinar dengan aura biru kehitaman. Kekuatan energi Ki mengalir deras di dalam tubuhnya. Membuat dia mampu melayang di udara setinggi satu meter. Qin Xiang bersama Feng Yi sejak tadi saling bahu-membahu demi melawan Shi Kang.“Pastikan dia tidak mengganggu pertempuran Nona Shi Jiu.” Qin Xiang berbisik di samping Feng Yi. Qin Xiang menghalau serangan dari Shi Kang. Pedangnya terayun kuat mementalkan serangan ke kanan. Dari balik punggungnya, Feng Yi muncul melakukan serangan balasan. Tiga kali tebasan lurus dan satu tebasan mendatar.Daya serang terlalu dangkal demi melukai Shi Kang. Pria tua itu membuat tameng transparan dengan pedangnya. Sebelum mengayunkan pedangnya dengan ringan. Mendorong mundur sang pemuda, kembali ke samping Ketua Sekte Kuil Ci’en.“Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi jika Shi Kang benar-benar bertarung dengan Naga Panlong. Aku tidak ingin keadaan bertambah buruk jika ada kemungkinan

  • The Horizon of Jiu   82. Pertarungan Besar Bag. 2

    “Jika tidak ada niat mengalahkanku, maka diam dan pergilah, Shi Jiu!”Ekor besar bersisik sekeras baja itu memukul Shi Jiu tepat di perut. Memantulkannya ke tanah. Debu dan pasir mengepul pekat. Detik berikutnya bayangan hitam melesat. Shi Jiu lompat menyerang ke arah Panlong. Seluruh tubuh Shi Jiu bersinar kuning keemasan. Ia menebaskan pedang berulang kali hingga menimbulkan efek ilusi. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Huanglong.“HUJAN METEOR!” Shi Jiu menyerukan nama jurusnya. Tebasan pedang berubah menjadi tetesan cahaya memanjang. Siap menghujam tanpa ampun lawannya. Panlong mendengus kasar saat menangkis serangan seperti mengibas lalat. Shi Jiu menggeram tertahan. “Hei, mengapa aku harus bertarung melawanmu lagi?! Kau sudah aku kalahkan. Cepat berikan pusakamu padaku!” Shi Jiu kembali menyerang, kali ini menggunakan teknik yang diajarkan Longwang. Dari pedangnya muncul riak air memanjang. Ini mengingatkan Shi Jiu pada salah satu acara anime kesukaannya. Seorang pembasm

  • The Horizon of Jiu   81. Pertarungan Besar Bag. 1

    Pertarungan dapat pecah kapan saja. Sebelum itu terjadi, Qin Xiang memberi sinyal kepada semua orang agar mengutamakan Shi Kang. Meski mereka ingin membantu Shi Jiu melawan Panlong. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain mendukung. “Nona Shi Jiu! Kami mengandalkanmu, kami akan berusaha membantu walau tidak banyak.” Feng Ju melesat ke samping Shi Jiu untuk memberi tahu rencana mereka. “Setelah berhasil meringkus Shi Kang. Kami semua akan membantumu menghadapi Panlong. Selama itu, bisakah Nona bertahan?”Belum sempat mendapatkan jawaban dari Shi Jiu. Suara ledakan terdengar disusul teriakan kesakitan. Shi Jiu dan Feng Ju sontak menoleh hanya demi melihat sebagian orang terlempar. Di depan Shi Kang berdiri dua orang pemuda. “Song Bojing, Lai Shoushan?!” Xiang De berseru melihat dua pemimpin sekte. “Bajingan gila. Setelah semua yang terjadi kalian masih berpihak pada Shi Kang?!”“Sudah kepalang tanggung juga, Tuan Xiang De.” Song Bojing menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Kami sud

  • The Horizon of Jiu   80. Generasi Lama dan Baru

    Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b

  • The Horizon of Jiu   79. Kemunculan Panlong

    Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan

DMCA.com Protection Status