Waktu menunjukkan pukul 20.05 ketika Jihan baru saja selesai membersihkan dirinya setelah berkeliling kota seharian. Terlihat beberapa paper bags masih tergeletak tak beraturan di atas tempat tidurnya.
Tok... tok...
Anita memasuki kamar puterinya itu dengan lima buah paper bags berukuran sedang di tangannya.
"Surprise!"
Dengan bersemangat Jihan segera membuka paper bags yang diberikan Anita padanya.
Namun ketika melihat isinya, Jihan justru merasa kurang senang."Lihat, Ibu membawakanmu beberapa gamis yang sangat cantik dengan warna favoritmu." ucap Anita.
"Gamis? Kau yakin, Bu?"
Anita mengangguk "Tentu saja, apa yang salah?"
"Tidak ada yang salah, tapi maafkan aku... untuk apa semua ini? Di sekolah aku akan memakai seragam dan tentu saja aku tidak akan mengenakan gamis di rumah. Aku tidak akan tahan memakai pakaian serba panjang seharian." jawab Jihan.
"Kau akan membutuhkannya suatu hari nanti, simpanlah itu di dalam lemarimu." sahut Anton yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu kamar anaknya.
"Ya, Ayahmu benar. Simpanlah dengan baik atau kau harus mengganti semua uang yang sudah kukeluarkan untuk semua ini."
Ancaman Anita itu sungguh ampuh untuk membuat Jihan segera meletakkan semua paper bags pemberiannya itu ke dalam lemari.
"Tidurlah, besok kau akan pergi ke sekolah."
Setelah kedua orang tuanya pergi, Jihan mencoba beberapa pakaian yang Ia beli hari ini.
Sebanyak apapun Ia mengganti pakaiannya, sebanyak itu pula Ia memuji kecantikannya sendiri di depan cermin.Lihatlah, kau begitu cantik menggunakan semua ini.
Wajahmu, tubuhmu, semuanya indah.Semua orang harus melihatnya.Kenapa harus ditutup dengan pakaian panjang itu?"Ji, apa kau sudah tidur?"
Terlihat sebuah pesan dari Clara muncul di notification box ponsel Jihan. Jihan segera menelpon sahabatnya itu."Hei, apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini?" tanya Clara.
"Tidak ada, aku hanya sedang bersiap untuk pergi ke sekolah besok."
"Wah besok adalah hari yang sangat bersejarah bagi seorang G-Ace."
"Tidak akan banyak berbeda, kurasa. Hanya saja akan sedikit lebih sulit beradaptasi di hari pertama."
"Kau benar."
"Tapi kau tahu? Seperti saat pertama kali aku bergabung di The Gold, aku bertemu denganmu dan dengan mudah kita menjadi akrab. Kali ini aku bertemu dengan seorang teman yang akan bersamaku di hari pertamaku besok. Namanya Jay."
"Pria yang bersamamu di foto hari ini? Dia pria yang cukup imut, menurutku." sahut Clara dengan sedikit terkekeh.
"Dia adalah pria yang baik, aku akan memperkenalkanmu dengannya suatu hari nanti."
Percakapan antara dua sahabat itu berlangsung cukup lama mengingat kepribadian mereka yang bisa saling mengisi.
Clara begitu suka mendengar kisah orang lain, sementara Jihan begitu suka bercerita tentang banyak hal.Dengan begitu saat mereka sedang berbincang, seolah waktu pun tak bisa menghentikannya.Keesokkan harinya, gadis itu mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah barunya. Ketika Ia keluar dari kamar untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya, Anton dan Anita seolah dibuat terpana dengan penampilan anak gadis mereka.
Jihan yang kali ini mengenakan seragam muslim berwarna putih lengkap dengan kerudung panjang yang menutupi rambut di kepalanya, terlihat begitu cantik pagi itu.
Sebuah pemandangan menyejukkan yang tak lagi pernah dilihat oleh Anita dan Anton selama kurang lebih 8 tahun ke belakang.Ya, terakhir kali Jihan mengenakan pakaian muslim adalah ketika Ia masih berada di sekolah dasar itu pun sekedar untuk kepentingan berziarah ke makam Walisongo."Kau sangat cantik mengenakan pakaian ini." ucap Anita.
"Aku memang cantik mengenakan apapun hehe" kekehnya.
"Baiklah, segeralah berangkat dan perlihatkan kecantikanmu dengan pakaian ini pada semua orang." sahut Anton pada anaknya yang kelewat percaya diri itu.
Selang kurang lebih setengah jam kemudian Jihan pun sampai di sebuah gedung bertingkat tiga berwarna hijau muda persis seperti yang pernah Ia lihat di brosur sebelumnya.
Terlihat begitu banyak murid yang lalu lalang keluar masuk gedung sekolah. Ada yang baru datang untuk masuk kelas, ada pula yang ingin keluar untuk membeli sesuatu.
Jihan mulai melangkahkan kakinya memasuki lingkungan baru yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya sekalipun.
Namun begitu, Jihan merasa yakin bahwa semua akan berjalan mudah karena Ia adalah G-Ace, seorang selebgram terkenal dan semua orang akan berebut untuk menjadi temannya. Ia yakin, tak perlu waktu lama dan semua orang akan menyadari keberadaannya dan keadaan akan segera membaik baginya.Gadis itu menyusuri lorong sekolah barunya untuk mencari keberadaan kelas tempatnya akan mulai belajar.
Hingga akhirnya Ia tiba di sebuah kelas dengan sebuah papan di sisi kanan atas bertuliskan 'Kelas XII IPS' yang membuat Jihan yakin bahwa ini adalah tempat yang Ia cari.Seperti kelas-kelas lainnya, kelas tersebut memiliki sepasang foto presiden dan wakilnya di depan kelas dan beberapa kaligrafi Islam di sisi lainnya. Terdapat sebuah lemari piala yang cukup besar di salah satu sisi dinding kelas tersebut yang memajang berbagai penghargaan yang diperoleh oleh para siswa dan siswi kelas itu selama beberapa tahun ke belakang. Selain itu ada pula sebuah lemari tempat banyak buku berjejer dengan rapih.
Pada pintu masuk terdapat tulisan "Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah" sebagai pengingat bagi siapapun yang melewati pintu tersebut agar selalu mengingat Allah dalam setiap hal yang dilakukannya.
Sudah cukup banyak murid yang mengisi kelas saat itu. Mereka sedang mengobrol satu sama lain.
Ada pula yang sedang sibuk membaca buku, bermain gitar, dan di antara mereka ada pula yang sedang tertidur."Hai..." sapa Jihan canggung pada semua orang di dalam kelas.
Beberapa dari mereka menyadari keberadaan Jihan dan membalas sapaannya dengan ramah.
"Assalamualaikum, apa kau siswi barunya?" ucap seorang gadis yang tiba-tiba berdiri di belakang Jihan.
Jihan mengangguk dengan bersemangat.
"Aku harap kita bisa menjadi teman." ucapnya sembari mengulurkan tangan pada gadis itu untuk saling berjabat.Gadis itu menyambut hangat jabat tangan dari Jihan."Aku Indah, siapa namamu?""Namaku Jihan."
"Wah... ayo kita lanjutkan acara perkenalan ini di dalam kelas" ucap Yusuf, seorang wali kelas yang baru saja tiba menyusul bunyi bel yang berbunyi beberapa saat lalu.
"Hai semuanya, namaku Jihan Azzahra. Aku murid pindahan dari Jakarta. Mulai sekarang, aku harap kita bisa berteman dengan baik."
Kalimat perkenalan yang ramah itu membuat semua orang tertarik padanya."Gadis itu cantik." ucap seorang siswa yang duduk di sudut ruangan.
"Kau benar. Dan... sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya?" sahut seorang siswa bernama Tio.
Sementara itu seorang siswi bertubuh jangkung bernama Dini melihat Jihan dengan tatapan yang kurang menyenangkan. Dini tidak menyukai keberadaan Jihan di dalam kelasnya terlebih karena Dini menganggap Jihan telah merebut perhatian teman dekatnya, Indah.
- To Be Continued -
"Assalamualaikum everybody!"Jay yang baru saja tiba langsung terbelalak melihat Jihan sudah ada di dalam kelas yang sama dengannya."Oh my God! Aku tak percaya ini adalah harinya. Kau tidak memberitahuku bahwa kau akan datang hari ini. Seharusnya aku berpenampilan lebih tampan dari ini." canda Jay."Kau akan cukup tampan jika kau segera duduk di kursimu dan kita akan memulai mata pelajaran hari ini." sahut Yusuf yang lalu disambut tawa kecil oleh para muridnya.Jay pun mengajak Jihan untuk duduk bersamanya, namun Indah menarik tangan Jihan dan memintanya untuk duduk di sisinya. Segera setelah pelajaran dimulai, kelas pun mulai hening.Semua berjalan lancar, hingga sebuah notifikasi muncul di salah satu ponsel seorang siswa. Siswa bernama Tio itu mendapatkan foto beserta link akun youtube Jihan dari seorang temannya di Jakarta."Apakah kau mengingat gadis ini? Kita pernah melihat penampi
"Kita akan pulang lebih awal hari ini." kata Jihan setelah mendengar percakapan antara Yusuf dan salah seorang guru lainnya."Kau benar, jika rapat guru diadakan, di sanalah letak kebahagiaan para murid yang bisa pulang lebih awal." kekeh Indah."Dan setelah ini, kau akan langsung pulang?"Jihan mengangguk "Yah, sepertinya begitu. Tidak ada hal lain yang akan kulakukan hari ini."Dini datang untuk bergabung bersama mereka."Hai, apa yang sedang kalian bicarakan?"Tanpa menjawab pertanyaan Dini, Indah langsung mengemukakan pendapatnya setelah terlintas sebuah ide di benaknya."Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan hari ini? Ayo kita pergi bermain."Saran Indah saat itu langsung disetujui oleh Jihan dan mereka pun menunjuk sebuah mall di Cilegon untuk menjadi tempat tujuan mereka hari itu."Tapi bukankah itu terlalu jauh?" tanya Dini.
"Jika mereka benar-benar temanmu, mereka akan menerimamu apa adanya. Tidak ada syarat dalam sebuah pertemanan"- Abdul Qadir Jaelani ( Jay ) -•☆☆☆•Dini berjalan seorang diri memasuki perpustakaan sekolah dengan membawa beberapa buku yang hendak Ia kembalikan dan meminjam buku lainnya.Ketika hendak mengambil buku dari salah satu rak, lagi-lagi Ia mendapati Indah sedang bersama dengan Jihan.Dini menghampiri mereka, namun Jihan segera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu."Aku harus keluar sebentar." katanya sembari menunjukkan ponselnya, memberikan isyarat bahwa Ia harus menerima panggilan telepon dari seseorang."Dia langsung pergi setelah aku duduk di sini."Indah menghela nafas atas
Beberapa hari berjalan dengan mulus hingga hari ini. Entah kemana perginya para gadis, hanya ada beberapa murid pria di sana. Jihan meletakkan tas dan mulai memainkan ponselnya.Di sudut kelas, diam-diam Tio sedang menonton penampilan The Gold Dancers tempo hari. Itu adalah penampilan terakhir mereka bersama Jihan sebelum kepindahannya ke Banten."Ini berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini bukan tarian erotis, tapi pakaiannya terlalu pendek." gumamnya dalam hati.Semakin mendengarkannya Tio ikut larut dalam lirik lagu yang didengarnya. Hingga tanpa Ia sadari, Dini mengintip ponsel Tio dari luar kelas melalui jendela yang terletak di sebelah Tio.Mata gadis itu terbelalak melihat Jihan mengenakan pakaian yang sangat minim. Itu adalah pakaian yang mirip seperti milik Rosé, sang penyanyi asli dari lagu 'On The Ground' yang
Terkadang mereka bukan ingin menasehati, melainkan hanya ingin menunjukkan bahwa merekalah yang terbaik.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Di sekolah ini, lapangan basket terdapat di dalam ruangan tertutup.Sehingga Jihan bisa bebas melakukan apapun di dalamnya setelah Ia menutup pintu masuk ruangan tersebut.Jihan memutuskan untuk berganti pakaian di ruang ganti.Kini, Ia kembali ke tengah lapangan dengan mengenakan kaus berwarna putih dengan kerah berbentuk V line, dipadukan dengan hot pants jeans berwarna biru muda sebagai bawahannya.Gadis itu memulai vidio siaran langsung di akun sosial medianya.Segera setelah Jihan menyalakan fitur tersebut, puluhan pengikutnya langsung berdatangan untuk menonton siaran langsung dari idola mereka."Hai semuan
Ardhy baru saja tersadar ketika Jay membawakan segelas susu hangat untuknya.Mendapati dirinya sedang terbaring di ranjang UKS, Ardhy langsung mengingat semua yang telah terjadi padanya. Seperti biasa, penyakitnya kambuh dan Jay yang menolongnya."Terima kasih atas susunya, kau bisa membawakanku pizza lain kali." ejek Ardhy selagi menerima segelas susu dari Jay yang sekarang ekspresi wajahnya mulai terlihat kesal."Lain kali akan kubuang kau ke laut lepas."Ardhy terkekeh mendengarnya, Ia begitu senang membuat Jay kesal.Terdengar suara riuh dari luar ruangan, beberapa siswa datang membopong Dini yang tak sadarkan diri ke dalam ruang UKS."Apa yang terjadi?" tanya Jay pada salah satu dari mereka."Kau tidak tahu? Sungguh tidak beruntung,""Terjadi perkelahian sengit di ruang olahraga antar siswi Jakarta itu dengan Dini. Itu adalah peperangan yang lege
Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk
Selalu ada jalan untuk melarikan diri.Namun aku tak akan menempuhnya.Aku tidak cukup berani, namun kabur bukanlah pilihan. - Jihan Azzahra - •☆☆☆• Mentari pagi baru terlihat memancarkan sinarnya dengan malu-malu kala Jihan terjaga dari tidurnya. Samar Ia mendengar riang tawa anak-anak penghuni panti asuhan tersebut.Tak mempedulikan apapun, Jihan segera bangkit dan berlari menghampiri anak-anak yang telah Ia anggap sebagai adik kandungnya itu. "Kak Jihan" ucap mereka sembari berlari dan langsung memeluk Jihan dengan erat. "Kakak kemana saja? Kami begitu merindukanmu." kata seorang gadis kecil bernama Bulan. Jihan tersenyum, tanpa kata Ia hanya terus memeluk para malaikat kecil di hadapannya it
Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu. - Ardhy Wijaya - •☆☆☆• Seketika Ardhy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setibanya Ia di kamarnya yang bernuansa warna putih dan hitam itu.Tangannya menggapai sebuah remote control dan ketika Ia menekan salah satu tombol di sana, tirai yang menutup atap kamar tersebut terbuka secara otomatis.Terlihatlah pemandangan langit malam yang begitu indah dari atap yang terbuat dari kaca tebal tersebut. Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya. "Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk
"Hai, aku rasa aku telah menyinggungmu dengan sikapku tadi. Aku bersalah, maafkan aku yah?"Jihan melatih dirinya di depan kamera ponsel untuk meminta maaf atas sikapnya yang kasar pada Dini.Gadis itu memiliki rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk meminta maaf terlebih dahulu meski itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, jika Ia mau memperbaiki semuanya, Jihan tahu bahwa Ia harus menyingkirkan rasa gengsi itu terlebih dahulu."Kau baik-baik saja?" Indah menegur temannya yang sedang bicara sendiri di bangkunya itu.Jihan mengangguk mengiyakan. Namun ketika Ia melihat Dini berjalan memasuki kelas, tiba-tiba Ia merasa gugup dan segera mengemasi tasnya dan memindahkannya ke meja tempat Jay belajar."Aku rasa akan lebih nyaman jika aku kembali duduk di sini."Indah menatapnya, heran."Jay sudah kembali, ada hal yang ingin kutanyakan padanya hehe" kekehnya dengan gari
"Jangan merubah dirimu demi orang lain, lakukan itu demi dirimu sendiri. Maka kau tak akan merasa terbebani. Dirimu berhak untuk tidak merasa terkekang." - M. Ardhy Wijaya -•☆☆☆•Jihan terus mengomel di sela-sela langkah kakinya yang dihentakkan dengan keras kala menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop sekolah."Seolah mengejekku adalah passion mereka dan ketika memiliki kesempatan itu, mereka menggunakannya sebaik mungkin.""Lagipula apa salahku jika aku tidak bisa mengaji? Toh jika nanti aku sudah dewasa, mengaji bukanlah prioritas utama untuk diterima bekerja di dalam sebuah perusahaan."Ketika Jihan hendak membuka pintu, sebuah tangan kekar muncul dari belakang dan membukakan pintu itu hingga gadis itu cukup terkejut dengannya.
Setengah jam berlalu.Lagi-lagi Jihan terjebak di satu-satunya mata pelajaran yang selalu membuatnya merasa keringat dingin."Intinya adalah pelajaran agama Islam, tapi kenapa mereka membaginya ke dalam beberapa materi? Seolah sekolah ini begitu berniat untuk memojokkanku"Bukannya fokus pada mata pelajaran, gadis itu justru tengah fokus pada layar obrolannya dengan Clara.Meski dirinya juga sedang sibuk mempersiapkan materi kuliahnya, Clara tetap saja meladeni sahabatnya yang sedang meracau tak jelas di laman pesannya."Al-Qur'an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab. Bisakah kau membayangkannya? Aku bahkan hanya bisa membaca Iqro'." lanjutnya.Sembari mengetikkan begitu banyak kata di keyboard komputernya guna menyelesaikan tugas kuliahnya, Clara mengirimkan pesan suara pada sahabatnya itu."My dear Ji, tentang semua itu ... aku tidak mengetahui apa
Tak ada waktu istirahat dalam mengejar mimpi.- Ardhy Wijaya -•☆☆☆•"Kuharap hari ini akan berlalu dengan mudah." ucap Jihan ketika Ia melangkahkan salah satu kakinya melewati pintu kelas saat itu.Hanya ada tiga orang siswa di sana termasuk dirinya. Tentu saja, itu karena Jihan datang terlalu awal hari ini dibanding biasanya.Menurut jadwal, kelas baru akan dimulai dalam 2 jam lagi.Gadis itu memeriksa sosial medianya sebentar lalu melihat daftar pesan yang Ia terima. Merasa tak ada yang begitu penting, Jihan memutuskan untuk menonton vidio-vidio di Youtube yang menampilkan pertunjukkan dari TVXQ.TVXQ adalah grup idola favorit Jihan.Dia begitu mengagum
Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih bersih lengkap dengan kerudungnya yang panjang, gadis itu terlihat sangat cantik di antara indahnya pemandangan di sebuah tempat dengan hamparan bunga yang begitu cantik di atas sebuah bukit tak dikenal. Langkahnya begitu ringan seolah tak ada yang membebani pikiran dan jiwanya. Semilir angin yang sejuk menyambut setiap alunan langkahnya yang ringan. Angin lembut yang membelai wajah dan menerbangkan kerudung yang dipakainya itu seolah menandakan bahwa alam begitu memanjakannya saat itu. Sungguh itu adalah hal yang sangat kudambakan selama ini, sebuah kedamaian yang belum pernah kurasakan.Dari belakang, kuikuti setiap langkah yang diambilnya. Berharap ada secercah kedamaian miliknya yang akan menular padaku. Berharap sebuah kegundahan tak berujung ini a
"Jangan merendahkan dirimu sendiri hanya demi seorang manusia hina.Karena bahkan Tuhan, Nabi, dan Agamamu telah memuliakan dirimu" - Muhammad Ardhy Wijaya - •☆☆☆• M.Ardhy Wijaya Name tag dengan nama yang tak asing bagi Jihan itu bertengger tepat di seragam sekolah pemuda tersebut. "Ardhy?!" "Hei, long time no see."Sahut pemuda itu lengkap dengan senyum manis di akhir kalimatnya. Kalimat sederhana yang cukup untuk membuat Jihan melompat kegir
Selalu ada jalan untuk melarikan diri.Namun aku tak akan menempuhnya.Aku tidak cukup berani, namun kabur bukanlah pilihan. - Jihan Azzahra - •☆☆☆• Mentari pagi baru terlihat memancarkan sinarnya dengan malu-malu kala Jihan terjaga dari tidurnya. Samar Ia mendengar riang tawa anak-anak penghuni panti asuhan tersebut.Tak mempedulikan apapun, Jihan segera bangkit dan berlari menghampiri anak-anak yang telah Ia anggap sebagai adik kandungnya itu. "Kak Jihan" ucap mereka sembari berlari dan langsung memeluk Jihan dengan erat. "Kakak kemana saja? Kami begitu merindukanmu." kata seorang gadis kecil bernama Bulan. Jihan tersenyum, tanpa kata Ia hanya terus memeluk para malaikat kecil di hadapannya it
Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk