Matahari belum begitu menyengat saat Jihan keluar rumah untuk pergi menjelajahi kota kecil tempatnya sekarang tinggal.
Dengan mengenakan tank top putih dibalut dengan jaket kulit berwarna dark brown dan zip front mini skirt berwarna senada sebagai bawahannya, gadis itu melangkah mantap memasuki mobil berwarna hitam metalik miliknya."Jangan pergi begitu jauh, kau belum mengenal baik kota ini."
Sebuah pesan dari Anita terlihat di notification box pada layar depan ponsel Jihan."Siap bos! " Balas Jihan.
"Mari kita lihat seperti apa kota kecil ini." gumamnya.
Satu jam berlalu, matahari sudah beraksi dengan memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan dan udara yang terasa memanas.
"Hey kenapa kalian begitu menyebalkan?! " Pekik gadis cantik itu dari dalam mobilnya ketika Ia terjebak dalam kemacetan di dekat sebuah pasar tradisional.
Terlihat semrawut jalanan di area Pasar Rau tersebut. Di tengah kemacetan yang amat sangat, semua kendaraan seolah berlomba untuk berdesakan dan saling menyalip satu sama lainnya. Hingga tak sengaja seorang wanita paruh baya dengan daster berwarna pink dan jilbab panjang berwarna mocca yang ikut beraksi dalam ajang saling salip itu pun menggores mobil Jihan dengan motornya.
"Hey ma'am! Tidak bisakah kau berhati-hati??"
Jihan berteriak sembari membuka kaca jendela mobilnya dengan penuh emosi. Tapi ketika semua orang di sekitarnya memandangnya dengan tatapan tajam, nyalinya langsung menciut. Gadis itu kembali menutup kaca jendelanya sambil terus mengomel pelan."Sial. Kenapa aku harus terjebak di kota aneh ini?!"
Amarahnya meledak-ledak di dalam mobilnya.Seorang anak kecil yang sedang dibonceng ayahnya menatap aneh pada gadis remaja yang sedang memukul-mukul kemudi mobilnya dengan kesal itu. Jihan menyadari hal itu dan menghentikan aksinya, Ia tersenyum manis dan melambaikan tangan pada bocah kecil tersebut seolah tak terjadi apapun. Di luar dugaan, bocah itu justru mengejeknya dengan menjulurkan lidah dan mengarahkan jempol tangannya ke bawah sebagai tanda bahwa bocah itu sama sekali tak menyukai Jihan yang menurutnya sangat aneh itu.
Jihan yang terkejut melihat respon bocah kecil tersebut justru membalas ejekannya dengan menatap tajam pada si bocah dengan sedikit melotot padanya hingga bocah itu merasa takut dan mengalihkan pandangan ke arah sebaliknya. Jihan tersenyum tipis, merasa menang atas pertandingan sengit yang baru saja terjadi.
Setelah beberapa lama menjelajah kota dengan mobilnya, akhirnya Jihan berlabuh di sebuah mall. Tak lupa gadis itu melihat bagaimana kondisi mobilnya setelah kejadian di jalan tadi. Benar saja, mobilnya tergores hingga sepanjang 5 cm. Jihan menghela nafas dalam mencoba bersabar menghadapi kekonyolan yang terjadi di awal harinya itu.
"Aku tidak peduli bahkan jika hari ini aku mati karena kesal pada kota bodoh ini. Yang penting aku akan mati setelah berbelanja hahaha" ucapnya dengan ekspresi wajah aneh bak orang yang hilang akal.
Gadis itu benar-benar sudah muak dengan tempat tinggal barunya itu.Benar saja, tak perlu waktu lama bagi gadis itu untuk keluar masuk berbagai toko pakaian dan aksesoris.
Semakin lama, semakin banyak pula paper bags yang dibawanya. Tapi hal itu tak menjadi masalah baginya.Ia hanya berpikir untuk melampiaskan kemarahannya hari ini dengan melakukan apapun yang disukainya.Tak terasa lima jam sudah berlalu, rasa lapar mulai terasa di perutnya.
Jihan memutuskan pilihannya pada sebuah restoran yang menawarkan menu khas provinsi Banten, yaitu Sate Bandeng.Sembari menunggu makanannya datang, pandangan matanya mengarungi setiap sudut restoran tersebut hingga pandangannya tertuju pada sebuah papan yang tergantung di dinding salah satu sisi restoran.
Terdapat puluhan foto yang ditempelkan di papan tersebut. Terlihat foto beberapa artis ibukota yang pernah singgah ke restoran tersebut. Ada juga foto yang menampakkan berbagai pertunjukkan seni tradisional Banten seperti Pencak Silat, Rudad, dan tak lupa pertunjukkan Debus."Wah..."
Tanpa sadar gadis itu mulai hanyut dalam setiap foto yang ada di papan tersebut.Terlebih saat Ia melihat beberapa foto dengan judul "Makam Sultan Maulana Hassanudin, Banten."Seperti yang diketahui, Sultan Maulana Hassanudin merupakan seorang pendiri Kesultanan Banten yang juga adalah putera dari Sunan Gunung Jati, salah seorang penyebar agama Islam di Tanah Jawa yang tergabung dalam Walisongo.
Meski sudah hampir lima ratus tahun sejak wafatnya Sang Sultan, masyarakat Banten masih selalu mengenang dan mengagungkannya dengan secara rutin berziarah dan berdoa di makamnya.
Ziarah ke makam Sultan Hassanudin adalah agenda rutin sebagian besar masyarakat Banten.Oleh karenanya, setiap adanya hari besar atau bahkan hanya setiap kamis malam mereka selalu menyempatkan diri untuk berziarah dan mengaji di makam Sang Waliyullah.Jihan sendiri pernah beberapa kali berziarah ke makam Wali Allah ketika Ia masih kanak-kanak.
Dan salah satunya adalah berziarah ke makam Sunan Gunung Jati.Kini pun, Ia berencana untuk suatu hari nanti berziarah ke makam Sultan Hassanudin."G-Ace? Kau G-Ace, kan?"
Seorang pria muda bertubuh tinggi besar memecah lamunan Jihan.Pemuda itu mendekatinya dengan ekspresi wajah yang sumringah.
Jihan tersenyum dan memperkenalkan dirinya."Hai, kau mengenaliku?" Tanyanya, terkejut karena Ia tak menyangka akan ada yang mengenalinya di sini.
Pria itu mengangguk dengan bersemangat.
"Tentu saja, Aku adalah salah satu dari penggemarmu. Aku juga menonton penampilan terakhirmu di Jakarta kemarin melalui live streaming di akun Youtubemu."Mendengarnya, Jihan juga ikut bersemangat. Setidaknya ada seseorang yang mungkin bisa menjadi teman barunya di kota ini.
"Nong, makanannya siap." kata seorang wanita pelayan restoran ketika meletakkan piring-piring berisi makanan yang dipesan Jihan sebelumnya.
Jihan tersenyum ramah sembari menghampiri wanita tersebut.
"Iya, terima kasih."
"Nong? Apa keningku jenong?" tanyanya pada Jay, pria muda yang baru saja ditemuinya.
Jay terkekeh mendengar perkataan Jihan "Hey, 'Nong' adalah panggilan kecil untuk seorang gadis muda di Banten. Panggilan itu seperti panggilan sayang dari orang tua untuk anak mereka"
"I see, itu seperti kata 'Neng' di Jakarta."
Jihan mengangguk mengerti."By the way, setelah pindah ke sini, apa yang akan kau lakukan?" tanya Jay di sela-sela waktunya menyeruput jus jeruk pesanannya.
"Ya, hal-hal biasa. Seperti pergi ke sekolah, bermain dan lain-lain."
"Kau sudah menentukan dimana akan melanjutkan sekolahmu?" tanya Jay.
Jihan mengangguk "Ya, aku akan melanjutkan pendidikanku di SMA Nurul Iman."
Mendengarnya, spontan Jay menggebrak meja tempat makanan mereka diletakkan "Seriously? Hebat! Kita akan bersekolah di tempat yang sama."
Jihan terkejut sekaligus senang mendengar kabar baik itu.
"Benarkah? Bagus sekali. Ini adalah hal baru bagiku untuk bersekolah di sekolah yang berbasis agama, jadi mungkin akan sedikit sulit.""Tenang, aku akan membantumu dengan senang hati." jawab Jay sembari mengukir senyum tengil khas dirinya.
Beberapa menit berlalu dengan obrolan panjang antar mereka. Sebelum berpisah, tak lupa Jihan meminta Jay untuk berfoto bersama dan mengunggah foto tersebut ke media sosial miliknya lengkap dengan akun I*******m Jay juga tertera pada foto tersebut.
Seperti biasa, foto yang diunggah dengan deskripsi "Teman baru untuk pengalaman baru" itu pun mendapatkan banyak respon dari para pengikut Jihan.Bahkan berkatnya, Jay juga mendapatkan beberapa followers baru."Wah melihat ini, aku akan lebih sering mengunggah foto bersamamu, Jihan. Dengan begitu aku akan ikut terkenal." kata Jay dengan diselingi tawa kecilnya.
Kring kring
Sebuah panggilan masuk di ponsel Jay dengan nama "Ardhy" tertulis di layar depannya.
"Aku sudah di depan rumahmu dan bibi bilang kau tidak ada. Apa kau sudah lelah bernafas??" Terdengar suara pria di seberang sambungan telepon.
"Astaga, aku sedang dalam perjalanan. Bersabarlah sedikit lagi, dasar pria tua." sahut Jay.
Mendengarnya, Jihan mengernyitkan dahinya.
"Dia adalah temanku, bukan pria tua sesungguhnya." kata Jay.
"Cepatlah!" Ardhy kembali meninggikan nada bicaranya lalu memutus sambungan telepon.
"Dia tidak benar-benar marah. Maksudku, mungkin dia marah karena aku sudah terlambat 1 jam, tapi dia bukan seorang pemarah. Tadi adalah cara kami bergurau satu sama lain hehe" jelas Jay.
Jihan mengangguk mengerti.
Lalu mereka berpisah setelah saling bertukar nomor ponsel tentunya.Hal itu sangat dibutuhkan Jihan karena nantinya mereka akan bersekolah di tempat yang sama dan pastinya Jay adalah satu-satunya temannya untuk kurang lebih selama beberapa hari sebelum dirinya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya itu dan mendapatkan beberapa teman lainnya.- To Be Continued -
Waktu menunjukkan pukul 20.05 ketika Jihan baru saja selesai membersihkan dirinya setelah berkeliling kota seharian. Terlihat beberapa paper bags masih tergeletak tak beraturan di atas tempat tidurnya. Tok... tok... Anita memasuki kamar puterinya itu dengan lima buah paper bags berukuran sedang di tangannya. "Surprise!" Dengan bersemangat Jihan segera membuka paper bags yang diberikan Anita padanya.Namun ketika melihat isinya, Jihan justru merasa kurang senang. "Lihat, Ibu membawakanmu beberapa gamis yang sangat cantik dengan warna favoritmu." ucap Anita. "Gamis? Kau yakin, Bu?" Anita mengangguk "Tentu saja, apa yang salah?" "Tidak ada yang salah, tapi maafkan aku... untuk apa semua ini? Di sekolah aku akan memakai seragam dan tentu saja aku tidak akan mengenakan gamis di rumah. Aku tidak aka
"Assalamualaikum everybody!"Jay yang baru saja tiba langsung terbelalak melihat Jihan sudah ada di dalam kelas yang sama dengannya."Oh my God! Aku tak percaya ini adalah harinya. Kau tidak memberitahuku bahwa kau akan datang hari ini. Seharusnya aku berpenampilan lebih tampan dari ini." canda Jay."Kau akan cukup tampan jika kau segera duduk di kursimu dan kita akan memulai mata pelajaran hari ini." sahut Yusuf yang lalu disambut tawa kecil oleh para muridnya.Jay pun mengajak Jihan untuk duduk bersamanya, namun Indah menarik tangan Jihan dan memintanya untuk duduk di sisinya. Segera setelah pelajaran dimulai, kelas pun mulai hening.Semua berjalan lancar, hingga sebuah notifikasi muncul di salah satu ponsel seorang siswa. Siswa bernama Tio itu mendapatkan foto beserta link akun youtube Jihan dari seorang temannya di Jakarta."Apakah kau mengingat gadis ini? Kita pernah melihat penampi
"Kita akan pulang lebih awal hari ini." kata Jihan setelah mendengar percakapan antara Yusuf dan salah seorang guru lainnya."Kau benar, jika rapat guru diadakan, di sanalah letak kebahagiaan para murid yang bisa pulang lebih awal." kekeh Indah."Dan setelah ini, kau akan langsung pulang?"Jihan mengangguk "Yah, sepertinya begitu. Tidak ada hal lain yang akan kulakukan hari ini."Dini datang untuk bergabung bersama mereka."Hai, apa yang sedang kalian bicarakan?"Tanpa menjawab pertanyaan Dini, Indah langsung mengemukakan pendapatnya setelah terlintas sebuah ide di benaknya."Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan hari ini? Ayo kita pergi bermain."Saran Indah saat itu langsung disetujui oleh Jihan dan mereka pun menunjuk sebuah mall di Cilegon untuk menjadi tempat tujuan mereka hari itu."Tapi bukankah itu terlalu jauh?" tanya Dini.
"Jika mereka benar-benar temanmu, mereka akan menerimamu apa adanya. Tidak ada syarat dalam sebuah pertemanan"- Abdul Qadir Jaelani ( Jay ) -•☆☆☆•Dini berjalan seorang diri memasuki perpustakaan sekolah dengan membawa beberapa buku yang hendak Ia kembalikan dan meminjam buku lainnya.Ketika hendak mengambil buku dari salah satu rak, lagi-lagi Ia mendapati Indah sedang bersama dengan Jihan.Dini menghampiri mereka, namun Jihan segera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu."Aku harus keluar sebentar." katanya sembari menunjukkan ponselnya, memberikan isyarat bahwa Ia harus menerima panggilan telepon dari seseorang."Dia langsung pergi setelah aku duduk di sini."Indah menghela nafas atas
Beberapa hari berjalan dengan mulus hingga hari ini. Entah kemana perginya para gadis, hanya ada beberapa murid pria di sana. Jihan meletakkan tas dan mulai memainkan ponselnya.Di sudut kelas, diam-diam Tio sedang menonton penampilan The Gold Dancers tempo hari. Itu adalah penampilan terakhir mereka bersama Jihan sebelum kepindahannya ke Banten."Ini berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini bukan tarian erotis, tapi pakaiannya terlalu pendek." gumamnya dalam hati.Semakin mendengarkannya Tio ikut larut dalam lirik lagu yang didengarnya. Hingga tanpa Ia sadari, Dini mengintip ponsel Tio dari luar kelas melalui jendela yang terletak di sebelah Tio.Mata gadis itu terbelalak melihat Jihan mengenakan pakaian yang sangat minim. Itu adalah pakaian yang mirip seperti milik Rosé, sang penyanyi asli dari lagu 'On The Ground' yang
Terkadang mereka bukan ingin menasehati, melainkan hanya ingin menunjukkan bahwa merekalah yang terbaik.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Di sekolah ini, lapangan basket terdapat di dalam ruangan tertutup.Sehingga Jihan bisa bebas melakukan apapun di dalamnya setelah Ia menutup pintu masuk ruangan tersebut.Jihan memutuskan untuk berganti pakaian di ruang ganti.Kini, Ia kembali ke tengah lapangan dengan mengenakan kaus berwarna putih dengan kerah berbentuk V line, dipadukan dengan hot pants jeans berwarna biru muda sebagai bawahannya.Gadis itu memulai vidio siaran langsung di akun sosial medianya.Segera setelah Jihan menyalakan fitur tersebut, puluhan pengikutnya langsung berdatangan untuk menonton siaran langsung dari idola mereka."Hai semuan
Ardhy baru saja tersadar ketika Jay membawakan segelas susu hangat untuknya.Mendapati dirinya sedang terbaring di ranjang UKS, Ardhy langsung mengingat semua yang telah terjadi padanya. Seperti biasa, penyakitnya kambuh dan Jay yang menolongnya."Terima kasih atas susunya, kau bisa membawakanku pizza lain kali." ejek Ardhy selagi menerima segelas susu dari Jay yang sekarang ekspresi wajahnya mulai terlihat kesal."Lain kali akan kubuang kau ke laut lepas."Ardhy terkekeh mendengarnya, Ia begitu senang membuat Jay kesal.Terdengar suara riuh dari luar ruangan, beberapa siswa datang membopong Dini yang tak sadarkan diri ke dalam ruang UKS."Apa yang terjadi?" tanya Jay pada salah satu dari mereka."Kau tidak tahu? Sungguh tidak beruntung,""Terjadi perkelahian sengit di ruang olahraga antar siswi Jakarta itu dengan Dini. Itu adalah peperangan yang lege
Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk
Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu. - Ardhy Wijaya - •☆☆☆• Seketika Ardhy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setibanya Ia di kamarnya yang bernuansa warna putih dan hitam itu.Tangannya menggapai sebuah remote control dan ketika Ia menekan salah satu tombol di sana, tirai yang menutup atap kamar tersebut terbuka secara otomatis.Terlihatlah pemandangan langit malam yang begitu indah dari atap yang terbuat dari kaca tebal tersebut. Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya. "Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk
"Hai, aku rasa aku telah menyinggungmu dengan sikapku tadi. Aku bersalah, maafkan aku yah?"Jihan melatih dirinya di depan kamera ponsel untuk meminta maaf atas sikapnya yang kasar pada Dini.Gadis itu memiliki rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk meminta maaf terlebih dahulu meski itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, jika Ia mau memperbaiki semuanya, Jihan tahu bahwa Ia harus menyingkirkan rasa gengsi itu terlebih dahulu."Kau baik-baik saja?" Indah menegur temannya yang sedang bicara sendiri di bangkunya itu.Jihan mengangguk mengiyakan. Namun ketika Ia melihat Dini berjalan memasuki kelas, tiba-tiba Ia merasa gugup dan segera mengemasi tasnya dan memindahkannya ke meja tempat Jay belajar."Aku rasa akan lebih nyaman jika aku kembali duduk di sini."Indah menatapnya, heran."Jay sudah kembali, ada hal yang ingin kutanyakan padanya hehe" kekehnya dengan gari
"Jangan merubah dirimu demi orang lain, lakukan itu demi dirimu sendiri. Maka kau tak akan merasa terbebani. Dirimu berhak untuk tidak merasa terkekang." - M. Ardhy Wijaya -•☆☆☆•Jihan terus mengomel di sela-sela langkah kakinya yang dihentakkan dengan keras kala menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop sekolah."Seolah mengejekku adalah passion mereka dan ketika memiliki kesempatan itu, mereka menggunakannya sebaik mungkin.""Lagipula apa salahku jika aku tidak bisa mengaji? Toh jika nanti aku sudah dewasa, mengaji bukanlah prioritas utama untuk diterima bekerja di dalam sebuah perusahaan."Ketika Jihan hendak membuka pintu, sebuah tangan kekar muncul dari belakang dan membukakan pintu itu hingga gadis itu cukup terkejut dengannya.
Setengah jam berlalu.Lagi-lagi Jihan terjebak di satu-satunya mata pelajaran yang selalu membuatnya merasa keringat dingin."Intinya adalah pelajaran agama Islam, tapi kenapa mereka membaginya ke dalam beberapa materi? Seolah sekolah ini begitu berniat untuk memojokkanku"Bukannya fokus pada mata pelajaran, gadis itu justru tengah fokus pada layar obrolannya dengan Clara.Meski dirinya juga sedang sibuk mempersiapkan materi kuliahnya, Clara tetap saja meladeni sahabatnya yang sedang meracau tak jelas di laman pesannya."Al-Qur'an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab. Bisakah kau membayangkannya? Aku bahkan hanya bisa membaca Iqro'." lanjutnya.Sembari mengetikkan begitu banyak kata di keyboard komputernya guna menyelesaikan tugas kuliahnya, Clara mengirimkan pesan suara pada sahabatnya itu."My dear Ji, tentang semua itu ... aku tidak mengetahui apa
Tak ada waktu istirahat dalam mengejar mimpi.- Ardhy Wijaya -•☆☆☆•"Kuharap hari ini akan berlalu dengan mudah." ucap Jihan ketika Ia melangkahkan salah satu kakinya melewati pintu kelas saat itu.Hanya ada tiga orang siswa di sana termasuk dirinya. Tentu saja, itu karena Jihan datang terlalu awal hari ini dibanding biasanya.Menurut jadwal, kelas baru akan dimulai dalam 2 jam lagi.Gadis itu memeriksa sosial medianya sebentar lalu melihat daftar pesan yang Ia terima. Merasa tak ada yang begitu penting, Jihan memutuskan untuk menonton vidio-vidio di Youtube yang menampilkan pertunjukkan dari TVXQ.TVXQ adalah grup idola favorit Jihan.Dia begitu mengagum
Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih bersih lengkap dengan kerudungnya yang panjang, gadis itu terlihat sangat cantik di antara indahnya pemandangan di sebuah tempat dengan hamparan bunga yang begitu cantik di atas sebuah bukit tak dikenal. Langkahnya begitu ringan seolah tak ada yang membebani pikiran dan jiwanya. Semilir angin yang sejuk menyambut setiap alunan langkahnya yang ringan. Angin lembut yang membelai wajah dan menerbangkan kerudung yang dipakainya itu seolah menandakan bahwa alam begitu memanjakannya saat itu. Sungguh itu adalah hal yang sangat kudambakan selama ini, sebuah kedamaian yang belum pernah kurasakan.Dari belakang, kuikuti setiap langkah yang diambilnya. Berharap ada secercah kedamaian miliknya yang akan menular padaku. Berharap sebuah kegundahan tak berujung ini a
"Jangan merendahkan dirimu sendiri hanya demi seorang manusia hina.Karena bahkan Tuhan, Nabi, dan Agamamu telah memuliakan dirimu" - Muhammad Ardhy Wijaya - •☆☆☆• M.Ardhy Wijaya Name tag dengan nama yang tak asing bagi Jihan itu bertengger tepat di seragam sekolah pemuda tersebut. "Ardhy?!" "Hei, long time no see."Sahut pemuda itu lengkap dengan senyum manis di akhir kalimatnya. Kalimat sederhana yang cukup untuk membuat Jihan melompat kegir
Selalu ada jalan untuk melarikan diri.Namun aku tak akan menempuhnya.Aku tidak cukup berani, namun kabur bukanlah pilihan. - Jihan Azzahra - •☆☆☆• Mentari pagi baru terlihat memancarkan sinarnya dengan malu-malu kala Jihan terjaga dari tidurnya. Samar Ia mendengar riang tawa anak-anak penghuni panti asuhan tersebut.Tak mempedulikan apapun, Jihan segera bangkit dan berlari menghampiri anak-anak yang telah Ia anggap sebagai adik kandungnya itu. "Kak Jihan" ucap mereka sembari berlari dan langsung memeluk Jihan dengan erat. "Kakak kemana saja? Kami begitu merindukanmu." kata seorang gadis kecil bernama Bulan. Jihan tersenyum, tanpa kata Ia hanya terus memeluk para malaikat kecil di hadapannya it
Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk