"Assalamualaikum everybody!"
Jay yang baru saja tiba langsung terbelalak melihat Jihan sudah ada di dalam kelas yang sama dengannya."Oh my God! Aku tak percaya ini adalah harinya. Kau tidak memberitahuku bahwa kau akan datang hari ini. Seharusnya aku berpenampilan lebih tampan dari ini." canda Jay.
"Kau akan cukup tampan jika kau segera duduk di kursimu dan kita akan memulai mata pelajaran hari ini." sahut Yusuf yang lalu disambut tawa kecil oleh para muridnya.
Jay pun mengajak Jihan untuk duduk bersamanya, namun Indah menarik tangan Jihan dan memintanya untuk duduk di sisinya. Segera setelah pelajaran dimulai, kelas pun mulai hening.
Semua berjalan lancar, hingga sebuah notifikasi muncul di salah satu ponsel seorang siswa. Siswa bernama Tio itu mendapatkan foto beserta l**k akun youtube Jihan dari seorang temannya di Jakarta.
"Apakah kau mengingat gadis ini? Kita pernah melihat penampilannya di Jakarta. Dan kudengar sekarang dia pindah sekolah ke sekolah yang sama denganmu. Kau sungguh sangat beruntung"
Diam-diam Tio membuka laman youtube milik Jihan dan menemukan berbagai konten yang membuat matanya mulai melebar. Terlebih ketika Ia melihat Jihan banyak menarikan berbagai tarian seksi dari artis Korea, termasuk HyunA yang sudah sejak lama menjadi penyanyi wanita yang paling Jihan idolakan.
"Dia adalah seorang penari erotis?"
Tio begitu terkejut dengan apa yang baru saja Ia lihat. Pemuda itu tidak tahu apa yang harus Ia lakukan. Namun akhirnya, Tio memilih untuk diam dan memilih untuk berpura-pura tidak tahu tentang hal itu.
Sementara itu Jihan sedang asik mengobrol dengan Indah di meja mereka. Seperti para gadis pada umumnya, obrolan yang awalnya berisi tentang diskusi mata pelajaran yang sedang berlangsung itu pun berakhir dengan obrolan random kesana-kemari. Indah merasa senang memiliki Jihan sebagai teman barunya.
Jihan adalah gadis yang baik dan cantik menurutnya.Semua hal yang terjadi hari ini berjalan dengan sangat lancar bagi Jihan. Mata pelajaran hari ini pun tak begitu membuat Jihan harus memaksa otaknya untuk berpikir keras. Dan Indah juga beberapa kali membantunya untuk memahami pelajaran agama hari ini.
Ketika pelajaran agama dimulai, di saat itulah jantung Jihan mulai berdegup kencang dan keringat tipis mulai mengalir di dahinya. Ia terbayang pada materi pelajaran yang mungkin akan membuatnya kesulitan. Namun ternyata takdir tak begitu membuatnya kesulitan.
"Kupikir, aku akan bisa lebih mudah beradaptasi di sini." gumamnya.
Jam istriahat tiba. Semua murid bergegas menuju kantin.
Begitupun dengan Indah yang seolah begitu terburu-buru untuk pergi ke tempat dimana banyak makanan tersedia itu. Gadis itu meminta Jihan untuk lebih cepat dalam merapihkan mejanya sehingga mereka berdua bisa segera pergi ke kantin.Saat Jihan dan Indah akan pergi, Jay pun bergabung dengan mereka.
Pemuda itu terus bercerita kesana-kemari yang terkadang Indah juga ikut menambahkan ceritanya.Hingga sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Jay dan Ia pun berpamitan untuk pergi sebentar."Kalian bisa pergi ke kantin lebih dulu, aku harus menemui temanku." katanya.
Akhirnya di kantin, Jihan hanya duduk berdua bersama Indah.
Mie instan lengkap dengan telur dan sawi adalah hidangan yang tersedia di meja makan saat itu."Kau tahu? Bahkan meskipun makanan ini berbahaya jika dikonsumsi berlebihan, masih saja ada yang melakukan hal itu hanya karena rasa suka terhadap mie yang tak sanggup ditolak." Indah membuka percakapan randomnya.
Jihan mengangguk sembari menyedot jus jeruk dari gelas yang dipegangnya.
"Kau benar, karena terkadang rasa suka yang berlebihan akan menyiksamu di kemudian hari.""Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
Kata Indah, memetik penggalan dari sebuah hadist.Tak berapa lama kemudian, beberapa siswi mulai berdatangan dan mulai bergunjing tentang seorang gadis yang mereka lihat di ponsel mereka.
"Lihatlah, bagaimana dia tidak merasa malu dengan berpenampilan seperti itu?"
"Semua pakaiannya minim, kurasa dia adalah seorang perempuan nakal."
Mendengar hal itu, Jihan mulai merasa tidak nyaman. Mengingat dirinya juga selalu berpakaian minim.
"Tapi kau tahu? Aku juga tidak mengerti dengan jalan pikiran para gadis yang berpakaian minim itu. Untuk apa mereka melakukannya?" sahut Indah.
Dini, salah satu dari gadis yang baru datang itu menjawab "Untuk apa lagi? Sudah pasti untuk menarik perhatian para pria."
"Mereka benar-benar perempuan nakal." kata Indah.
Jihan merasa kesal dengan semua percakapan itu, namun dirinya terpaksa harus menahan diri karena tidak ingin kehilangan teman di hari pertamanya bersekolah.
"Bagaimana menurutmu? Kau tidak mengatakan apapun sejak tadi." kata Dini.
Sebenarnya Dini sudah memperhatikan Jihan sejak awal kedatangannya.
Gadis itu merasa kurang menyukai keberadaan Jihan di kelasnya, karena semua orang terus membicarakan dirinya."Emm yah... aku setuju dengan kalian." jawab Jihan, ragu.
"Yup, katakan pendapatmu." kata Indah.
Jihan mulai mengaduk-aduk jus jeruknya menggunakan sedotan yang Ia pegang, seolah itu adalah perantaranya dalam mencari alasan atau merangkai kata-kata yang mungkin akan disukai oleh teman-teman barunya itu.
"Ya, kurasa mereka adalah gadis yang buruk. Mereka menghamburkan uang mereka untuk sesuatu yang percuma. Mereka begitu bangga memamerkan tubuhnya pada semua orang."
Jawaban Jihan itu membuat semua gadis di sekitarnya setuju dengan pendapatnya.
"Kau benar! Terkadang bahkan mereka menggunakan uang orang tua mereka untuk membeli pakaian seksi itu. Tidak memikirkan apa yang akan dipertanggungjawabkan oleh orang tuanya atas apa yang dilakukan anaknya." sahut Indah.
"Lagi pula tubuh mereka tidak terlalu bagus untuk dipamerkan. Mereka sungguh tidak tahu malu. Aku yakin, beberapa dari mereka bahkan menghasilkan uang dengan berpakaian seperti itu hahaha"
Kata-kata Dini kali ini benar-benar membuat Jihan marah, namun lagi-lagi Ia harus menahan amarahnya karena Ia membutuhkan teman untuk saat ini.
Gadis itu hanya meremas-remas sedotan yang sejak tadi dipegangnya untuk menyalurkan amarahnya hingga sedotan itu menjadi tak berbentuk.Amarahnya itu Ia tahan sampai waktunya pulang sekolah.
Jihan menelpon Clara dan menceritakan semua yang terjadi hari ini.Gadis itu terus mengomel di sepanjang perjalanan pulang.Semua unek-unek Ia keluarkan saat ini."Aku sangat tidak menyukai mereka." katanya.
"Ya, aku tahu. Tapi apa yang bisa kau lakukan? Tetaplah diam dan semuanya akan berjalan lancar." sahut Clara.
"Kau benar, semuanya akan lebih mudah bagi gadis cantik dan baik hati" ucap Jihan sembari memutar bola matanya, merasa bosan dengan pola pikir yang mungkin sudah bertahan selama ratusan tahun itu.
"Bersabarlah, kau hanya harus melakukannya selama satu tahun. Setelah itu, kau bisa terbebas dari para gadis gila itu." Clara meyakinkan.
- To Be Continued -
"Kita akan pulang lebih awal hari ini." kata Jihan setelah mendengar percakapan antara Yusuf dan salah seorang guru lainnya."Kau benar, jika rapat guru diadakan, di sanalah letak kebahagiaan para murid yang bisa pulang lebih awal." kekeh Indah."Dan setelah ini, kau akan langsung pulang?"Jihan mengangguk "Yah, sepertinya begitu. Tidak ada hal lain yang akan kulakukan hari ini."Dini datang untuk bergabung bersama mereka."Hai, apa yang sedang kalian bicarakan?"Tanpa menjawab pertanyaan Dini, Indah langsung mengemukakan pendapatnya setelah terlintas sebuah ide di benaknya."Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan hari ini? Ayo kita pergi bermain."Saran Indah saat itu langsung disetujui oleh Jihan dan mereka pun menunjuk sebuah mall di Cilegon untuk menjadi tempat tujuan mereka hari itu."Tapi bukankah itu terlalu jauh?" tanya Dini.
"Jika mereka benar-benar temanmu, mereka akan menerimamu apa adanya. Tidak ada syarat dalam sebuah pertemanan"- Abdul Qadir Jaelani ( Jay ) -•☆☆☆•Dini berjalan seorang diri memasuki perpustakaan sekolah dengan membawa beberapa buku yang hendak Ia kembalikan dan meminjam buku lainnya.Ketika hendak mengambil buku dari salah satu rak, lagi-lagi Ia mendapati Indah sedang bersama dengan Jihan.Dini menghampiri mereka, namun Jihan segera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu."Aku harus keluar sebentar." katanya sembari menunjukkan ponselnya, memberikan isyarat bahwa Ia harus menerima panggilan telepon dari seseorang."Dia langsung pergi setelah aku duduk di sini."Indah menghela nafas atas
Beberapa hari berjalan dengan mulus hingga hari ini. Entah kemana perginya para gadis, hanya ada beberapa murid pria di sana. Jihan meletakkan tas dan mulai memainkan ponselnya.Di sudut kelas, diam-diam Tio sedang menonton penampilan The Gold Dancers tempo hari. Itu adalah penampilan terakhir mereka bersama Jihan sebelum kepindahannya ke Banten."Ini berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini bukan tarian erotis, tapi pakaiannya terlalu pendek." gumamnya dalam hati.Semakin mendengarkannya Tio ikut larut dalam lirik lagu yang didengarnya. Hingga tanpa Ia sadari, Dini mengintip ponsel Tio dari luar kelas melalui jendela yang terletak di sebelah Tio.Mata gadis itu terbelalak melihat Jihan mengenakan pakaian yang sangat minim. Itu adalah pakaian yang mirip seperti milik Rosé, sang penyanyi asli dari lagu 'On The Ground' yang
Terkadang mereka bukan ingin menasehati, melainkan hanya ingin menunjukkan bahwa merekalah yang terbaik.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Di sekolah ini, lapangan basket terdapat di dalam ruangan tertutup.Sehingga Jihan bisa bebas melakukan apapun di dalamnya setelah Ia menutup pintu masuk ruangan tersebut.Jihan memutuskan untuk berganti pakaian di ruang ganti.Kini, Ia kembali ke tengah lapangan dengan mengenakan kaus berwarna putih dengan kerah berbentuk V line, dipadukan dengan hot pants jeans berwarna biru muda sebagai bawahannya.Gadis itu memulai vidio siaran langsung di akun sosial medianya.Segera setelah Jihan menyalakan fitur tersebut, puluhan pengikutnya langsung berdatangan untuk menonton siaran langsung dari idola mereka."Hai semuan
Ardhy baru saja tersadar ketika Jay membawakan segelas susu hangat untuknya.Mendapati dirinya sedang terbaring di ranjang UKS, Ardhy langsung mengingat semua yang telah terjadi padanya. Seperti biasa, penyakitnya kambuh dan Jay yang menolongnya."Terima kasih atas susunya, kau bisa membawakanku pizza lain kali." ejek Ardhy selagi menerima segelas susu dari Jay yang sekarang ekspresi wajahnya mulai terlihat kesal."Lain kali akan kubuang kau ke laut lepas."Ardhy terkekeh mendengarnya, Ia begitu senang membuat Jay kesal.Terdengar suara riuh dari luar ruangan, beberapa siswa datang membopong Dini yang tak sadarkan diri ke dalam ruang UKS."Apa yang terjadi?" tanya Jay pada salah satu dari mereka."Kau tidak tahu? Sungguh tidak beruntung,""Terjadi perkelahian sengit di ruang olahraga antar siswi Jakarta itu dengan Dini. Itu adalah peperangan yang lege
Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk
Selalu ada jalan untuk melarikan diri.Namun aku tak akan menempuhnya.Aku tidak cukup berani, namun kabur bukanlah pilihan. - Jihan Azzahra - •☆☆☆• Mentari pagi baru terlihat memancarkan sinarnya dengan malu-malu kala Jihan terjaga dari tidurnya. Samar Ia mendengar riang tawa anak-anak penghuni panti asuhan tersebut.Tak mempedulikan apapun, Jihan segera bangkit dan berlari menghampiri anak-anak yang telah Ia anggap sebagai adik kandungnya itu. "Kak Jihan" ucap mereka sembari berlari dan langsung memeluk Jihan dengan erat. "Kakak kemana saja? Kami begitu merindukanmu." kata seorang gadis kecil bernama Bulan. Jihan tersenyum, tanpa kata Ia hanya terus memeluk para malaikat kecil di hadapannya it
"Jangan merendahkan dirimu sendiri hanya demi seorang manusia hina.Karena bahkan Tuhan, Nabi, dan Agamamu telah memuliakan dirimu" - Muhammad Ardhy Wijaya - •☆☆☆• M.Ardhy Wijaya Name tag dengan nama yang tak asing bagi Jihan itu bertengger tepat di seragam sekolah pemuda tersebut. "Ardhy?!" "Hei, long time no see."Sahut pemuda itu lengkap dengan senyum manis di akhir kalimatnya. Kalimat sederhana yang cukup untuk membuat Jihan melompat kegir
Tak perlu selalu bersama untuk bisa melindungi.Bahkan meski aku tidak di sini, aku tetap akan bersamamu. - Ardhy Wijaya - •☆☆☆• Seketika Ardhy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setibanya Ia di kamarnya yang bernuansa warna putih dan hitam itu.Tangannya menggapai sebuah remote control dan ketika Ia menekan salah satu tombol di sana, tirai yang menutup atap kamar tersebut terbuka secara otomatis.Terlihatlah pemandangan langit malam yang begitu indah dari atap yang terbuat dari kaca tebal tersebut. Bulan sabit terlihat begitu tenang duduk di tempatnya ditemani sebuah bintang paling terang yang berada di sisinya. "Apa kalian mengejekku? Ya, benar dia tidak menepati janjinya, tapi buk
"Hai, aku rasa aku telah menyinggungmu dengan sikapku tadi. Aku bersalah, maafkan aku yah?"Jihan melatih dirinya di depan kamera ponsel untuk meminta maaf atas sikapnya yang kasar pada Dini.Gadis itu memiliki rasa gengsi yang terlalu tinggi untuk meminta maaf terlebih dahulu meski itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, jika Ia mau memperbaiki semuanya, Jihan tahu bahwa Ia harus menyingkirkan rasa gengsi itu terlebih dahulu."Kau baik-baik saja?" Indah menegur temannya yang sedang bicara sendiri di bangkunya itu.Jihan mengangguk mengiyakan. Namun ketika Ia melihat Dini berjalan memasuki kelas, tiba-tiba Ia merasa gugup dan segera mengemasi tasnya dan memindahkannya ke meja tempat Jay belajar."Aku rasa akan lebih nyaman jika aku kembali duduk di sini."Indah menatapnya, heran."Jay sudah kembali, ada hal yang ingin kutanyakan padanya hehe" kekehnya dengan gari
"Jangan merubah dirimu demi orang lain, lakukan itu demi dirimu sendiri. Maka kau tak akan merasa terbebani. Dirimu berhak untuk tidak merasa terkekang." - M. Ardhy Wijaya -•☆☆☆•Jihan terus mengomel di sela-sela langkah kakinya yang dihentakkan dengan keras kala menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop sekolah."Seolah mengejekku adalah passion mereka dan ketika memiliki kesempatan itu, mereka menggunakannya sebaik mungkin.""Lagipula apa salahku jika aku tidak bisa mengaji? Toh jika nanti aku sudah dewasa, mengaji bukanlah prioritas utama untuk diterima bekerja di dalam sebuah perusahaan."Ketika Jihan hendak membuka pintu, sebuah tangan kekar muncul dari belakang dan membukakan pintu itu hingga gadis itu cukup terkejut dengannya.
Setengah jam berlalu.Lagi-lagi Jihan terjebak di satu-satunya mata pelajaran yang selalu membuatnya merasa keringat dingin."Intinya adalah pelajaran agama Islam, tapi kenapa mereka membaginya ke dalam beberapa materi? Seolah sekolah ini begitu berniat untuk memojokkanku"Bukannya fokus pada mata pelajaran, gadis itu justru tengah fokus pada layar obrolannya dengan Clara.Meski dirinya juga sedang sibuk mempersiapkan materi kuliahnya, Clara tetap saja meladeni sahabatnya yang sedang meracau tak jelas di laman pesannya."Al-Qur'an Hadits, Fiqih, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab. Bisakah kau membayangkannya? Aku bahkan hanya bisa membaca Iqro'." lanjutnya.Sembari mengetikkan begitu banyak kata di keyboard komputernya guna menyelesaikan tugas kuliahnya, Clara mengirimkan pesan suara pada sahabatnya itu."My dear Ji, tentang semua itu ... aku tidak mengetahui apa
Tak ada waktu istirahat dalam mengejar mimpi.- Ardhy Wijaya -•☆☆☆•"Kuharap hari ini akan berlalu dengan mudah." ucap Jihan ketika Ia melangkahkan salah satu kakinya melewati pintu kelas saat itu.Hanya ada tiga orang siswa di sana termasuk dirinya. Tentu saja, itu karena Jihan datang terlalu awal hari ini dibanding biasanya.Menurut jadwal, kelas baru akan dimulai dalam 2 jam lagi.Gadis itu memeriksa sosial medianya sebentar lalu melihat daftar pesan yang Ia terima. Merasa tak ada yang begitu penting, Jihan memutuskan untuk menonton vidio-vidio di Youtube yang menampilkan pertunjukkan dari TVXQ.TVXQ adalah grup idola favorit Jihan.Dia begitu mengagum
Dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih bersih lengkap dengan kerudungnya yang panjang, gadis itu terlihat sangat cantik di antara indahnya pemandangan di sebuah tempat dengan hamparan bunga yang begitu cantik di atas sebuah bukit tak dikenal. Langkahnya begitu ringan seolah tak ada yang membebani pikiran dan jiwanya. Semilir angin yang sejuk menyambut setiap alunan langkahnya yang ringan. Angin lembut yang membelai wajah dan menerbangkan kerudung yang dipakainya itu seolah menandakan bahwa alam begitu memanjakannya saat itu. Sungguh itu adalah hal yang sangat kudambakan selama ini, sebuah kedamaian yang belum pernah kurasakan.Dari belakang, kuikuti setiap langkah yang diambilnya. Berharap ada secercah kedamaian miliknya yang akan menular padaku. Berharap sebuah kegundahan tak berujung ini a
"Jangan merendahkan dirimu sendiri hanya demi seorang manusia hina.Karena bahkan Tuhan, Nabi, dan Agamamu telah memuliakan dirimu" - Muhammad Ardhy Wijaya - •☆☆☆• M.Ardhy Wijaya Name tag dengan nama yang tak asing bagi Jihan itu bertengger tepat di seragam sekolah pemuda tersebut. "Ardhy?!" "Hei, long time no see."Sahut pemuda itu lengkap dengan senyum manis di akhir kalimatnya. Kalimat sederhana yang cukup untuk membuat Jihan melompat kegir
Selalu ada jalan untuk melarikan diri.Namun aku tak akan menempuhnya.Aku tidak cukup berani, namun kabur bukanlah pilihan. - Jihan Azzahra - •☆☆☆• Mentari pagi baru terlihat memancarkan sinarnya dengan malu-malu kala Jihan terjaga dari tidurnya. Samar Ia mendengar riang tawa anak-anak penghuni panti asuhan tersebut.Tak mempedulikan apapun, Jihan segera bangkit dan berlari menghampiri anak-anak yang telah Ia anggap sebagai adik kandungnya itu. "Kak Jihan" ucap mereka sembari berlari dan langsung memeluk Jihan dengan erat. "Kakak kemana saja? Kami begitu merindukanmu." kata seorang gadis kecil bernama Bulan. Jihan tersenyum, tanpa kata Ia hanya terus memeluk para malaikat kecil di hadapannya it
Menyedihkan bagiku saat aku harus melarikan diri dari kehidupan kepada minuman keras. Karena itu hanya akan menambah masalahku.- Jihan Azzahra -•☆☆☆•Fable Club Jakarta.Sebuah klub malam yang terletak di Jl. Jendral Sudirman itu menjadi tempat yang dimaksud oleh Raihan sebagai tempat 'ajaib' yang bisa membuat Jihan melupakan semua masalahnya.Sesampainya di sana, suara dentuman musik yang dimainkan oleh seorang DJ International memenuhi ruangan tersebut. Semua orang sedang asik menari menikmati musik dan beberapa yang lainnya duduk sembari menikmati alkohol favorit mereka.Raihan dan Jihan mengambil meja di sudut ruangan agar tak terlalu membaur dengan yang lainnya.Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua botol wisk