Dalam hati, Milly tidak berharap bisa mendapat kesempatan khusus untuk menyampaikan perpisahan dengan Aditi yang ia tahu sedang berjuang dalam kesakitan.
Hatinya sudah cukup ikhlas melepas sahabatnya dan merelakan untuk tidak membebani dengan permintaan yang menambah pikiran si pesakit sendiri.
Namun begitu tiba di rumah sakit dan Aldo menyambutnya dengan sikap yang merapuh, Milly pun baru tahu. Aditi menunggu dirinya.
Perawat mengantar mereka menuju ke ruang isolasi dan meminta Milly mengenakan pakaian standar rumah sakit ketika memasuki ruang karantina.
“Waktunya tidak boleh lebih dari setengah jam ya, Bu. Setelah itu, pasien harus istirahat,” pesan perawat mengingatkan sementara membantu Milly mengenakan semua atributnya.
Aldo menunggu dan hanya bisa menatap mereka dari balik jendela kaca.
Aditi terbaring dengan segala macam peralatan medis tersambung ke tubuhnya. Wanita yang ia kenal sebagai perempuan tangguh dan juga kuat, k
Telepon dari Milly baru saja berakhir dan Maxer tertegun dengan wajah syok. Kematian Aditi memang sudah mereka ketahui akan datang, cepat atau lambat. Namun saat benar-benar terjadi, tetap saja berita itu membuat siapa saja terpukul. Aditi memang tidak begitu lama ia kenal, tapi mereka sempat menghabiskan masa menyenangkan bersama. Seorang wanita klasik, cerdas dan selalu punya cara yang keren dalam menyampaikan kalimat juga ungkapan mengenai berbagai hal. Filosofinya mengenai hidup memang tidak pernah membosankan untuk didengarkan. Sayang sekali, manusia berkualitas seperti Aditi harus absen dari dunia begitu cepat. Maxer seperti tersentak pada kenyataan jika hidup ini tidaklah lama. Semua akan lewat dan berlalu tanpa kita bisa menahan atau menghentikan. Setiap tahun mungkin kualitas hidup akan meningkat, atau bahkan menukik tajam. Namun laju kehidupan tidak pernah berhenti begitu saja. Satu persatu ujian hidup yang kita lalui, entah berhasil
Mengalami tiga kematian dengan tiga fase berbeda dalam hidup, Milly seperti mendapat tempaan sempurna yang membentuknya menjadi pribadi kokoh.Ujian hidup yang memahat batin Milly seperti sebuah masterpiece yang tidak melupakan detail terkecil pada tiap lekuknya, menghasilkan sebuah karya Tuhan yang tampil pada sosoknya yang selama ini dianggap sebagai sampah masyarakat.Wanita hina yang tidak memiliki martabat dan jauh dari kata layak untuk diampuni, justru mengalami transformasi hidup yang sangat mengugah.Jatuh bangun dengan setengah merayap. Hampir mengakhiri hidup karena harapannya sirna dalam sekejap. Milly kini bisa berdiri dengan kepala tegak dan tidak mengenal lagi arti bahaya.Semua tantangan hidup akan ia jalani dengan langkah maju dan bukan berlari menghindar.Sedikit iman yang ia peroleh, telah mendorong dan membekali Milly untuk terus mengayuh sampan hidupnya ke depan.Menjalani episode baru bersama Maxer, Milly m
Rekaman CCTV yang barusan Virgo lihat kembali tersebut tidak ada yang ganjil. Dengan kesal dan keki sendiri, Virgo kembali mematikan layar televisi lalu meninggalkan raungan kantor dengan langkah panjang dan cepat. “Minerva!” teriak Virgo lantang. Sementara menuruni anak tangga, Minerva melesat dan sudah menunggu di ujung. “Siapa yang berjaga di bawah tadi malam?” tanya Virgo. “Trey, kenapa?” Virgo menatap Minerva dan mengeraskan rahangnya. “Minta pada Trey untuk berhenti main-main! Aku mencium firasat buruk mengenai Jetro yang sedang mencoba menyusun rencana matang untuk kabur, jadi jangan konyol!” Minerva segera mengiyakan dengan serius dan tanpa meninggalkan keanggunan dari sikap khasnya, perempuan itu melenggang pergi. *** Kondisi Jetro dalam sel isolasi memang tidak seburuk yang terlihat. Secara jelas Jetro memang tidak menunjukkan sikap yang berbahaya. Tapi sejak tadi malam, Virgo berkali-kali terbangun ka
“Siapa yang memberimu ini, Jetro? Aku tidak bisa menebak atau bermain teka teki denganmu. Situasinya tidak mendukung dan tolong jangan berbalik memusuhiku.” Virgo menatap Jetro yang kini terlihat seperti orang asing dan tidak mengenalnya sama sekali. Pandai sekali musuh mereka yang menargetkan untuk merenggut Blood Diamond dari Jetro Six. Sahabatnya akan menghancurkan diri dan juga manusia yang ada di sekelilingnya sendiri. Virgo pernah berhadapan dalam situasi seperti ini, namun tidak separah dan berlarut-larut seperti sekarang. Kini mereka menemui jalan buntu yang entah kenapa begitu sulit untuk mereka urai dan pecahkan. Apakah ketajaman mereka dalam menjadi yang terbaik telah hilang dan menjadi tumpul? “Virgo Quincy. Seorang pahlawan siluman rubah yang tangguh, cerdik, dan tangkas mulai menyerah?” Virgo tersenyum kecut atas ledekan yang terlontar dari Jetro. Di balik pintu besi yang telah dilapisi perak, Jetro tidak akan sanggup men
Sejauh ini, semua masih sulit Milly cerna. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, tapi malas untuk mengulik lebih jauh lagi.Baginya mendekati Prana saja sudah menjadi beban tersendiri."Aku tidak menilai dia seburuk kamu, tapi bukan berarti aku menaruh minat sama dia!" gerutu Milly.Maxer menjejerkan kakinya di sebelah kaki Milly yang terangkat dan menempel di tembok.Keduanya berbaring di lantai sementara mencoba mengulas kembali pertemuan dengan Virgo sore tadi."Apa sih menariknya hidup yang biasa aja, Mill? Hidup yang sekarang sedang kamu jalani adalah pengalaman luar biasa yang tidak semua orang dapet kesempatan untuk ngejalanin.""Yeah. Hidup di luar jangkauan normal manusia. Nggak masuk logika dan nalar. Gila! Lama-lama kita bisa ikutan sinting, Max. Dunia ini ternyata penuh dengan makhluk aneh!""Manusia sendiri species yang paling licik dan bisa menyerupai karakter berbagai ras yang lekat sama kata
Maxer dan Milly sudah mengajak segenap karyawan untuk bekerjasama dan mereka mengiyakan tanpa keberatan atau pun bertanya.Walau kecil kemungkinan untuk Prana menanyakan hal tersebut, tapi tetap saja, semua antisipasi harus mereka siapkan.Prana tiba dan Maxer bergegas menyambutnya dengan bahasa tubuh yang sedikit gugup. Sejauh ini sempurna.Pria itu mempercayai setiap kata yang Maxer ucapkan."Terakhir memang Milly cerita kalo kematian Aditi bukan hal yang dia harepin buat terjadi. Tapi saya pikir bukan itu persoalannya. Dokter pasti tahu alasan di balik itu semua," tutur Maxer seraya menyimpan rasa muak karena harus berpura-pura baik."Kamu tahu teman Milly yang mungkin ...,""Milly tidak punya teman, Dok. Kita berdua tahu, dia bukan jenis wanita yang mudah berteman dan mungkin cibiran yang akan terlontar kalo tahu masa lalunya!" sambar Maxer. "Masalahnya, aku harus terus menjalankanbusaha yang baru kami rintis, Dok. Saya nggak mungkin nin
Milly Berliana adalah wanita berusia dua puluh lima tahun yang harus menjalani profesi sebagai seorang wanita penghibur di sebuah hotel bintang lima yang dikelola oleh pria bengis dan kejam, Renzo Mendosa.Milly harus menanggung hidup ayah dan adiknya. Ayahnya mengalami kecelakaan delapan tahun yang lalu dan menderita lumpuh dari pinggang hingga ke bawah. Setelah itu menyusul komplikasi pada ginjal juga jantungnya. Sementara itu, adik satu-satunya juga harus terus bersekolah.Milly merelakan diri untuk keluar dari sekolah sewaktu berada di kelas dua SMA dan mulai menjalani profesi sebagai pemuas nafsu lelaki. Tidak ada pilihan lain karena biaya hidup sangat besar dan menjadi penjaga toko tidak akan mencukupi biaya tersebut.Pertemuannya dengan Jetro, pria misterius yang memilih Milly malam itu, mengubah hidup wanita tersebut selamanya.Jetro adalah pria angkuh dan arogan yang memiliki kepribadian sulit ditebak. Milly menjadi terbelenggu oleh hutang budi p
Dengan mata menerawang, Milly duduk di tepi pembaringan dan menatap lurus ke depan.Dalam hati nuraninya terus berkecamuk akan hal yang bertentangan.‘Apakah keputusan gila ini tepat?’ Pertanyaan itu terus terlontar dalam hatinya yang ragu.Hidupnya adalah kekacauan yang baru saja dibenahi. Setelah menempati kenyamanan terbebas dari ikatan Prana dan Jetro, kenapa Milly kini justru memilih untuk kembali menjerumuskan diri?‘Sial! Ini semua demi Jetro! Pria brengsek yang aku sendiri nggak bisa bilang nggak!’ keluh Milly dengan mata terpejam dan hati mulai cemas.Mendadak ia tidak siap menjalani semua kepalsuan ini. Apakah dirinya bisa menampilkan sikap munafik setiap saat?Dari awal ini sudah salah. Virgo meminta sesuatu yang Milly sendiri sebetulnya tidak ingin terlibat dengan urusan itu. Tapi kenapa dirinya begitu ceroboh dan terlalu cepat mengatakan iya?Ponselnya berbunyi dan Milly melihat dua pesan masuk. Sa