Telepon dari Milly baru saja berakhir dan Maxer tertegun dengan wajah syok. Kematian Aditi memang sudah mereka ketahui akan datang, cepat atau lambat. Namun saat benar-benar terjadi, tetap saja berita itu membuat siapa saja terpukul.
Aditi memang tidak begitu lama ia kenal, tapi mereka sempat menghabiskan masa menyenangkan bersama. Seorang wanita klasik, cerdas dan selalu punya cara yang keren dalam menyampaikan kalimat juga ungkapan mengenai berbagai hal.
Filosofinya mengenai hidup memang tidak pernah membosankan untuk didengarkan.
Sayang sekali, manusia berkualitas seperti Aditi harus absen dari dunia begitu cepat.
Maxer seperti tersentak pada kenyataan jika hidup ini tidaklah lama. Semua akan lewat dan berlalu tanpa kita bisa menahan atau menghentikan.
Setiap tahun mungkin kualitas hidup akan meningkat, atau bahkan menukik tajam. Namun laju kehidupan tidak pernah berhenti begitu saja. Satu persatu ujian hidup yang kita lalui, entah berhasil
Mengalami tiga kematian dengan tiga fase berbeda dalam hidup, Milly seperti mendapat tempaan sempurna yang membentuknya menjadi pribadi kokoh.Ujian hidup yang memahat batin Milly seperti sebuah masterpiece yang tidak melupakan detail terkecil pada tiap lekuknya, menghasilkan sebuah karya Tuhan yang tampil pada sosoknya yang selama ini dianggap sebagai sampah masyarakat.Wanita hina yang tidak memiliki martabat dan jauh dari kata layak untuk diampuni, justru mengalami transformasi hidup yang sangat mengugah.Jatuh bangun dengan setengah merayap. Hampir mengakhiri hidup karena harapannya sirna dalam sekejap. Milly kini bisa berdiri dengan kepala tegak dan tidak mengenal lagi arti bahaya.Semua tantangan hidup akan ia jalani dengan langkah maju dan bukan berlari menghindar.Sedikit iman yang ia peroleh, telah mendorong dan membekali Milly untuk terus mengayuh sampan hidupnya ke depan.Menjalani episode baru bersama Maxer, Milly m
Rekaman CCTV yang barusan Virgo lihat kembali tersebut tidak ada yang ganjil. Dengan kesal dan keki sendiri, Virgo kembali mematikan layar televisi lalu meninggalkan raungan kantor dengan langkah panjang dan cepat. “Minerva!” teriak Virgo lantang. Sementara menuruni anak tangga, Minerva melesat dan sudah menunggu di ujung. “Siapa yang berjaga di bawah tadi malam?” tanya Virgo. “Trey, kenapa?” Virgo menatap Minerva dan mengeraskan rahangnya. “Minta pada Trey untuk berhenti main-main! Aku mencium firasat buruk mengenai Jetro yang sedang mencoba menyusun rencana matang untuk kabur, jadi jangan konyol!” Minerva segera mengiyakan dengan serius dan tanpa meninggalkan keanggunan dari sikap khasnya, perempuan itu melenggang pergi. *** Kondisi Jetro dalam sel isolasi memang tidak seburuk yang terlihat. Secara jelas Jetro memang tidak menunjukkan sikap yang berbahaya. Tapi sejak tadi malam, Virgo berkali-kali terbangun ka
“Siapa yang memberimu ini, Jetro? Aku tidak bisa menebak atau bermain teka teki denganmu. Situasinya tidak mendukung dan tolong jangan berbalik memusuhiku.” Virgo menatap Jetro yang kini terlihat seperti orang asing dan tidak mengenalnya sama sekali. Pandai sekali musuh mereka yang menargetkan untuk merenggut Blood Diamond dari Jetro Six. Sahabatnya akan menghancurkan diri dan juga manusia yang ada di sekelilingnya sendiri. Virgo pernah berhadapan dalam situasi seperti ini, namun tidak separah dan berlarut-larut seperti sekarang. Kini mereka menemui jalan buntu yang entah kenapa begitu sulit untuk mereka urai dan pecahkan. Apakah ketajaman mereka dalam menjadi yang terbaik telah hilang dan menjadi tumpul? “Virgo Quincy. Seorang pahlawan siluman rubah yang tangguh, cerdik, dan tangkas mulai menyerah?” Virgo tersenyum kecut atas ledekan yang terlontar dari Jetro. Di balik pintu besi yang telah dilapisi perak, Jetro tidak akan sanggup men
Sejauh ini, semua masih sulit Milly cerna. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, tapi malas untuk mengulik lebih jauh lagi.Baginya mendekati Prana saja sudah menjadi beban tersendiri."Aku tidak menilai dia seburuk kamu, tapi bukan berarti aku menaruh minat sama dia!" gerutu Milly.Maxer menjejerkan kakinya di sebelah kaki Milly yang terangkat dan menempel di tembok.Keduanya berbaring di lantai sementara mencoba mengulas kembali pertemuan dengan Virgo sore tadi."Apa sih menariknya hidup yang biasa aja, Mill? Hidup yang sekarang sedang kamu jalani adalah pengalaman luar biasa yang tidak semua orang dapet kesempatan untuk ngejalanin.""Yeah. Hidup di luar jangkauan normal manusia. Nggak masuk logika dan nalar. Gila! Lama-lama kita bisa ikutan sinting, Max. Dunia ini ternyata penuh dengan makhluk aneh!""Manusia sendiri species yang paling licik dan bisa menyerupai karakter berbagai ras yang lekat sama kata
Maxer dan Milly sudah mengajak segenap karyawan untuk bekerjasama dan mereka mengiyakan tanpa keberatan atau pun bertanya.Walau kecil kemungkinan untuk Prana menanyakan hal tersebut, tapi tetap saja, semua antisipasi harus mereka siapkan.Prana tiba dan Maxer bergegas menyambutnya dengan bahasa tubuh yang sedikit gugup. Sejauh ini sempurna.Pria itu mempercayai setiap kata yang Maxer ucapkan."Terakhir memang Milly cerita kalo kematian Aditi bukan hal yang dia harepin buat terjadi. Tapi saya pikir bukan itu persoalannya. Dokter pasti tahu alasan di balik itu semua," tutur Maxer seraya menyimpan rasa muak karena harus berpura-pura baik."Kamu tahu teman Milly yang mungkin ...,""Milly tidak punya teman, Dok. Kita berdua tahu, dia bukan jenis wanita yang mudah berteman dan mungkin cibiran yang akan terlontar kalo tahu masa lalunya!" sambar Maxer. "Masalahnya, aku harus terus menjalankanbusaha yang baru kami rintis, Dok. Saya nggak mungkin nin
Milly Berliana adalah wanita berusia dua puluh lima tahun yang harus menjalani profesi sebagai seorang wanita penghibur di sebuah hotel bintang lima yang dikelola oleh pria bengis dan kejam, Renzo Mendosa.Milly harus menanggung hidup ayah dan adiknya. Ayahnya mengalami kecelakaan delapan tahun yang lalu dan menderita lumpuh dari pinggang hingga ke bawah. Setelah itu menyusul komplikasi pada ginjal juga jantungnya. Sementara itu, adik satu-satunya juga harus terus bersekolah.Milly merelakan diri untuk keluar dari sekolah sewaktu berada di kelas dua SMA dan mulai menjalani profesi sebagai pemuas nafsu lelaki. Tidak ada pilihan lain karena biaya hidup sangat besar dan menjadi penjaga toko tidak akan mencukupi biaya tersebut.Pertemuannya dengan Jetro, pria misterius yang memilih Milly malam itu, mengubah hidup wanita tersebut selamanya.Jetro adalah pria angkuh dan arogan yang memiliki kepribadian sulit ditebak. Milly menjadi terbelenggu oleh hutang budi p
Dengan mata menerawang, Milly duduk di tepi pembaringan dan menatap lurus ke depan.Dalam hati nuraninya terus berkecamuk akan hal yang bertentangan.‘Apakah keputusan gila ini tepat?’ Pertanyaan itu terus terlontar dalam hatinya yang ragu.Hidupnya adalah kekacauan yang baru saja dibenahi. Setelah menempati kenyamanan terbebas dari ikatan Prana dan Jetro, kenapa Milly kini justru memilih untuk kembali menjerumuskan diri?‘Sial! Ini semua demi Jetro! Pria brengsek yang aku sendiri nggak bisa bilang nggak!’ keluh Milly dengan mata terpejam dan hati mulai cemas.Mendadak ia tidak siap menjalani semua kepalsuan ini. Apakah dirinya bisa menampilkan sikap munafik setiap saat?Dari awal ini sudah salah. Virgo meminta sesuatu yang Milly sendiri sebetulnya tidak ingin terlibat dengan urusan itu. Tapi kenapa dirinya begitu ceroboh dan terlalu cepat mengatakan iya?Ponselnya berbunyi dan Milly melihat dua pesan masuk. Sa
Piring terakhir yang Milly rapikan masuk ke dalam rak dan ia menutup dengan pelan. Setelah sarapan, Prana pamit untuk pergi dan berjanji akan pulang sebelum makan malam.Milly ditinggal sendiri dan hanya bersama tiga pegawai rumahnya yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Made, wanita yang membersihkan rumah dan merapikan kamar mereka. Gede, pria yang membersihkan kolam dan juga mengatur taman untuk tetap terpotong rapi, dan Komang, pemuda yang mengurus beberapa hal teknis seperti kondisi bangunan dan juga wifi.Semua terlibat dalam pekerjaan, meninggalkan Milly sendiri tanpa kegiatan. Merasa bosan, Milly akhirnya masuk ke sebuah ruangan yang terlihat sangat penuh dengan rak buku.Ada pilihan beberapa buku novel, tapi kebanyakan adalah buku mengenai ilmu kedokteran yang tidak menarik minatnya sama sekali.Dengan kecewa, Milly menarik salah satu novel tua karangan Ahmad Tohari, judulnya Ronggeng Dukuh Paruk. Setelah mendapat posisi nyaman di sofa, Milly mulai
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran