Piring terakhir yang Milly rapikan masuk ke dalam rak dan ia menutup dengan pelan. Setelah sarapan, Prana pamit untuk pergi dan berjanji akan pulang sebelum makan malam.
Milly ditinggal sendiri dan hanya bersama tiga pegawai rumahnya yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Made, wanita yang membersihkan rumah dan merapikan kamar mereka. Gede, pria yang membersihkan kolam dan juga mengatur taman untuk tetap terpotong rapi, dan Komang, pemuda yang mengurus beberapa hal teknis seperti kondisi bangunan dan juga wifi.
Semua terlibat dalam pekerjaan, meninggalkan Milly sendiri tanpa kegiatan. Merasa bosan, Milly akhirnya masuk ke sebuah ruangan yang terlihat sangat penuh dengan rak buku.
Ada pilihan beberapa buku novel, tapi kebanyakan adalah buku mengenai ilmu kedokteran yang tidak menarik minatnya sama sekali.
Dengan kecewa, Milly menarik salah satu novel tua karangan Ahmad Tohari, judulnya Ronggeng Dukuh Paruk. Setelah mendapat posisi nyaman di sofa, Milly mulai
Virgo mengamati semuanya dengan seksama dari kejauhan. Milly menjalankan perannya dengan baik sejauh ini. Hanya satu yang ia butuhkan, mengetahui andil Prana yang terlibat dalam konspirasi perebutan Blood Diamond dari jantung Jetro.Hingga saat ini, mereka belum bisa menemukan siapa yang menyimpan benda tersebut. Lancey tidak ditemukan jejaknya dan raib seperti tertelan oleh bumi. Pengakuan Lancey yang mengatakan jika mereka bersengkokol ingin menundukkan Jetro Six, tidak bisa begitu saja dipercaya. Melihat kondisi Milly yang baik-baik saja, Virgo memutuskan kembali ke pulau pribadi. Masih ada satu urusan lagi yang harus ia tangani, menghadapi Jetro yang makin kehilangan jati dirinya.Baru saja helikopter mendarat, Minerva menyambutnya dengan wajah tegang.“Dia kembali lagi! Aku tidak tahu dari mana hantu itu menyelusup, tapi berhasil mengirimkan ini!” Minerva mengulurkan sebuah kertas kumal pada Virgo.Tidak ada yang istimewa, hanya bar
Milly masih termenung sendiri di kamar. Malam sudah larut, tapi sulit memejamkan mata saat pikirannya belum juga tenang.Ini saatnya ia mengakhiri semua kepura-puraan yang ia ciptakan. Prana tidak pantas menerima semua yang rencanakan.‘Persetan dengan semua andil Prana!’ teriak Milly dalam hati.‘Jetro juga bukan pria baik yang layak dibela!’ protesnya lagi, mulai menilai.Mungkin inilah yang dimaksud oleh Maxer.Milly akan menemukan sendiri alasan atas semua tindakannya nanti. Tapi ketika semua sudah ada dalam benak dan pegetahuannya, Milly jadi bimbang dan menganggap tidak pantas menyakiti Prana.Sementara masih dipenuhi dengan pikiran yang rumit, Milly akan mengambil waktu dua, tiga hari lagi sebelum akhirnya memutuskan pergi.Berusaha menentramkan diri, Milly masih tidak bisa tidur lelap malam itu.***“Pagi!!” sapa Prana yang sibuk memotong buah.“Kamu nggak pergi ha
You don't have to say a wordYou don't even have to speakI can see pain in your eyesThe sorrow that you keep(Kau tak harus katakan sepatah kataKau pun tak harus berbicaraKudapat melihat luka di matamuKesengsaraan yang kau simpan)You think that no one noticesThe sadness that you hideBut I can see straight through your maskThose lonely nights you cried(Kau pikir tiada orang yang memperhatikanKesedihan yang kau sembunyikanTapi aku bisa melihat dengan jelas dari topengmuMalam-malam sunyi sepi yang kau tangisi)I know that painful way you smileWhen you're dying alone insideLaughing, joking all the whileI can see how hard you've tried(Kutahu kau seolah tersenyum untuk kepedihanSaat jiwamu sekarat sendirianTertawa, bercanda sementara
You Are My Everything |Kau Segalakuby MagnusYou are my everythingMy heart and soulI thought I had dug my graveBut you pulled me out of that holeWhen I am lost in the darkYou are my shinning lightYou chase away the darknessThat haunts my dreams at nightYou are my strengthThat carries me to another tomorrowYou are my hopeThat replaced my everlasting sorrowYou are my healerThat healed all my scarsYou are my angelSent from the brightest of starsWhen I thought there was nothing moreAnd my life was at an endYou came into my lifeAnd my heart you did mendYou are my joyThat filled my empty heartYou made my life wholeWhen it was torn apartWhen I found youI was free from all tormentYou are my angelThat was heaven sentYou mean
Maxer meninggalkan Milly tanpa kalimat perpisahan dan itu menyakitkan dirinya.Pria itu alasan Milly selalu bertahan dan menjalani hidup yang lebih baik.Mengupayakan yang terbaik bagi Maxer, termasuk mengiyakan permintaan Jetro yang memintanya untuk melindungi mereka.Inikah rasanya ditinggalkan oleh seseorang yang ia percayai?Esok hari, Gen datang dan menanyakan tentang Maxer.“Dia tidak akan kembali, Gen,” sahut Milly dengan datar.Wanita yang selama ini cukup dekat dengan Maxer tersebut terkesima.“Kalian bisa menutup bistro ini atau justru mau lanjut, terserah. Aku tidak punya pendapat yang lebih baik,” sambung Milly tanpa semangat.Banu yang sedari tadi hanya mendengar, segera menentang habis-habisan.“Pemasukan resto kita bagus sekali, kenapa harus tutup?”“Terserah kalian. Aku akan mengikuti keputusan kalian semua,” balas Milly dengan lirih mengulang kembali
Banu menyodorkan laporan keuangan bulanan pada Milly dan wanita itu hanya menatap lajur dan kolom dengan pandangan tidak mengerti.Dengan sabar dan hati-hati, Banu menjelaskan pada Milly.“Sejauh ini, ada yang belum paham?” tanya Banu.Milly menggigit bibirnya dan menoleh pada Banu.“Bersabarlah sedikit, Gus. Aku tidak bisa menangkap dengan cepat,” jawab Milly dengan sungkan.“Akan lebih baik lagi jika kamu langsung melihat apa saja yang menjadi tiap faktor penjualan dan pengeluaran, Mill. Supaya ada pemahaman, kenapa pemasukan tidak hanya dipotong dengan modal yang keluar.” Banu kembali menjelaskan dengan teliti dan terperinci.“Jadi, setiap proses mengolah makanan yang dibuang, kulit kentang contohnya, juga termasuk pengeluaran?” tanya Milly.Banu membenarkan.“Itu sebutannya wastage. Termasuk cost dalam makanan yang kita jual juga,” sahut Banu mulai antusias. &ldquo
Musik dengan irama yang menghentak terdengar cukup keras dari apartemen tersebut. Jetro menuang whiskey ke dalam gelas kristalnya dan meneguk dengan cepat disertai kecapan puas. Seorang perempuan yang hanya mengenakan g-string melangkah keluar dari kamar mandi dan mendekatkan tubuhnya dengan menggoda.Dua bulatan kenyal hasil dari meja operasi menempel di lutut Jetro dan Bella, nama perempuan itu, mulai merayu Jetro dengan kata-kata kotor dan mesum.Jetro membiarkan mulut perempuan itu menelusuri tubuhnya dan akhirnya mengulum kejantanannya dengan penuh nafsu. Bunyi kecipak mulut yang sedang maju mundur di tubuh bagian bawahnya membuat sensasi tersendiri.Hasrat Jetro untuk membuat permainan lebih panas pun bangkit.Jetro meraba tubuh wanita itu dan dengan kasar lalu mendorongnya ke sofa. Bella memekik kesenangan. Tangan Jetro merenggut satu-satu penutup tubuh Bella dan kini wanita itu telentang di sofa tanpa sehelai pakaian pun.Tanpa risih, ia me
Milly masih memikirkan kalimat Lika yang mengatakan mengenai Jetro telah bersama wanita lain. Ada sebersit rasa yang membuatnya tidak nyaman dan Milly tidak menyukai itu. Seharusnya dia sudah melupakan Jetro dan menjalani hidup dengan tenang tanpa bayangan pria tersebut. Namun begitu mendengar berita tersebut, hati Milly kembali terguncang dan dia tidak ingin itu terus terjadi dalam hidupnya. “Konyol! Ini tidak seharusnya aku rasain!” keluhnya dengan kalut. Dengan setengah mendongkol Milly mencari cara supaya melupakan Jetro untuk selamanya! “Mustahil! Seperti ini nggak mungkin. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Tidak ada jalan untuk Milly menepis bayangan Jetro bersama wanita lain. Pintu kamarnya diketuk dan Milly bergegas bangun dan membukanya. “Aku ada perlu keluar sebentar. Mau nitip?” Gen tampak bersiap pergi. Sejak Maxer tidak ada lagi, Milly meminta Gen untuk tinggal bersamanya. “Aku butuh tequila!” sahut Mi
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran