Share

Luruh

Penulis: Rosalia Agatha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 22:30:41

"Mau ke mana, Mbak?" Sekretaris Barry mencoba menghalangi Kania yang menerobos masuk. 

"Saya mau ketemu Pak CEO, ini penting!"  Kania berusaha nekat. Prasetya sudah gagal meyakinkan Barry, kini ia harus turun tangan sendiri. 

"Aduh, maaf, Mbak, enggak bisa!" sekretaris Barry yang berbadan tinggi langsung melebarkan lengan, berusaha menghalangi Kania di depan pintu. 

"Ini penting, saya harus ketemu Pak CEO sekarang, tolong!"

"Mbak, enggak bisa, di dalam sedang ada tamu." 

"Sebentar saja, tolong!" Kania semakin mengiba. 

"Mbak Kania, enggak bisa, Mbak!" Sekretaris Barry sudah nyaris hilang kesabaran. 

Kania berhasil meloloskan diri dari upaya sekretaris Barry. Ia melontarkan diri ke pintu kaca yang tertutup vertikal blind. Pintu itu terdorong ke depan, hingga Kania nyaris terjerembab. 

"Barry, aku perlu bicara!"

Suara Kania
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Lost Control (18+)

    "Buat apa kamu tetap di sini? Pergilah!""Sudah kubilang, aku enggak akan pergi.""Dasar keras kepala." Kania tertawa getir. "Sekarang aku bisa memaki kamu sepuasnya! Aku bukan karyawan kalian lagi, kan?""Kamu dan kerabat-kerabat kamu. Kalian semua brengsek!" Kania mendekati Marlo, memukul dada lelaki itu dengan genggamannya.Marlo bergeming, membiarkan Kania meluapkan emosi. Ia sadar kondisi Kania sedang tidak baik untuk ditinggalkan sendiri. Ia rela dicaci dan dimaki."Silahkan pukul dan caci maki, kalau itu bisa buat kamu lebih tenang."Mata Kania menatap tajam lelaki bermata elang itu. Ketika tangan kanan Kania melayang hendak kembali memukul dadanya, lelaki itu merengkuh Kania dalam pelukan.Kania luruh dalam pelukan Marlo, emosi mencair menjadi tangis. Marlo semakin erat memeluk wanita itu, ingin berbagi sembilu yang menyayat hati sang wanita."Kamu boleh ngga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Cinta

    "Mama!" Suara Nadin melengking. "Mama sudah pulang, ya?"Nadin berlari ke dalam, nyaris menabrak Kania yang berjalan dari arah dapur."Astaga, Sayang, Hati-hati, enggak usah lari di dalam rumah, nanti jatuh.""Mama sudah pulang? Nadin seneng Mama pulang cepat!" suara Nadin terdengar riang."Iya, Mama juga senang. Kamu ganti baju, nanti kita makan siang sama-sama, ya! Mama sudah masak ayam goreng kesukaanmu," kata Kania.Gadis kecil itu berseru girang dengan cukup heboh."Emm, Sayang, Mama mau kenalin kamu dulu ke teman Mama, boleh? Temen Mama mau ikut makan siang sama kita." Kania melirik ke arah dalam.Nadin melihat seorang laki-laki baru keluar dari ruang makan, berbadan tinggi dengan baju kemeja lengan panjang yang sudah digulung sampai sebatas siku."Om Baik!" Seru Nadin menubruk lelaki itu.Mata Kania membulat sempurna. "Jadi ini Om Baik y

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Janji

    "Mar, itu kan mobil elu. Bos elu masih di sini brarti!" Divia menunjuk mobil yang terparkir di depan rumah Kania.Damar mengangguk, ia melihat mobilnya masih di depan rumah Kania. "Kita turun, yuk! Semoga Kania baik-baik saja."Damar dan Divia berjalan beriringan menuju rumah Kania."Permisi!" seru Divia dari luar, ia mengetuk pintu beberapa kali.Tak lama berselang pintu dibuka, Kania muncul dari balik pintu."Kania .... ""Eh, elu, Vi, Damar juga. Ayo, masuklah," Kania memimpin mereka masuk menuju ruang tengah.Divia merasa curiga, tidak ada tanda-tanda Kania merasa sedih berlebihan seperti kondisinya tadi siang. Divia dan Damar saling pandang ketika mereka mendengar suara gelak tawa dari ruang tengah.Pemandangan di depan mata mereka sungguh tidak dapat dipercaya. Damar sampai menganga melihat Marlo sedang asyik bercanda tawa dengan Nadin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Sesal

    "Besok pagi aku berangkat pagi, tolong siapkan perlengkapanku pagi-pagi sekali, Berto."Marlo sedang menikmati teh cammomile dari cangkir keramik putih polos ketika Berto kembali masuk untuk membereskan baju kotor Tuan Mudanya."Baik, Tuan Muda." Berto sudah hampir melangkah ke luar kamar, ketika akhirnya ia berbalik menatap tuannya."Tuan Muda, saya sungguh senang sekali melihat Tuan Muda begitu terlihat bahagia, setelah sekian tahun."Marlo menyesap kembali tehnya. Lelaki berjubah kamar warna kelabu itu menyunggingkan senyum. "Ada seseorang yang sudah merubah hidupku," ucapnya lirih.Berto menegakkan tubuh. "Siapa pun orang itu, saya sungguh ingin berterima kasih dari lubuk hati yang paling dalam karena telah mengembalikan senyum Tuan Muda."Marlo kembali tersenyum memperlihatkan gigi geliginya yang putih rapi. "Ide bagus. Kapan-kapan saya akan bawa dia ke rumah. Kamu pasti akan suka, apalagi ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Pertemuan Tak Sengaja

    Barry memasuki rumah dengan muka kusut. Ia sengaja membanting pintu kamarnya hingga menutup, mengingat kembali netranya menangkap pemandangan keluarga Kania bersama Marlo. Rasa cemburu membara di dadanya. Posisi yang selama ini begitu ia inginkan. Kenapa ia baru sadar bahwa Marlo juga memberi perhatian khusus kepada Kania?"Sial!" serunya sambil memukul udara kosong.Pintu kamarnya membuka. Clarissa yang tampak segar dengan gaun siang warna biru langit masuk dengan langkah anggun."Kenapa kamu?"Barry bergeming, duduk menatap lantai marmer."Dari mana kamu semalaman? Mama enggak mau melihat kamu mabuk mabukan lagi, ya! Jangan jadi orang tolol dengan membawa masalahmu ke minuman keras!"Barry masih bergeming."Yah, awalnya memang berat. Lihat saja nanti, Lama-lama kamu juga terbiasa," ujar wanita dengan pemulas bibir warna marun itu."Tolong keluar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Menikahlah Denganku

    Barry terus melirik ke meja di ujung balkon. Terlihat seperti keluarga bahagia. Benarkah Kania bersama Marlo? Cepat sekali wanita itu membalikkan perasaan."Aku sudah pesenin steak favorit aku. Nanti kamu cobain, ya." Jesslyn tersenyum mengamati Barry yang terlihat tampan mengenakan setelan jas warna biru. "Pasti kamu suka.""Aku permisi sebentar, ke kamar kecil, boleh?" Barry menatap Jesslyn dengan senyum palsu.Wanita cantik itu mengangguk. "Okey, jangan lama-lama, ya."Barry segera beranjak. Ia buru-buru ingin ke toilet begitu melihat Kania beranjak dari tempat duduk. Dari gelagatnya wanita itu akan pergi ke toilet. Kesempatan bagus.***Kania baru saja buang air kecil. Ia merapikan diri di depan kaca wastafel. Seharusnya tadi Marlo bilang kepadanya akan mampir ke restoran, setidaknya ia bisa sedikit berdandan. Setelah dirasa cukup, gegas wanita itu keluar dari toilet.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Penyusup Tengah Malam

    Kania baru saja selesai beberes, mengunci semua pintu, lalu siap-siap tidur. Kakinya menyusup pelan ke selimut di samping Nadin yang sudah terlebih dahulu pulas. Saat matanya sudah hampir terpejam, Samar-samar ia mendengar suara ketukan pintu dari luar. Semula Kania mengira itu hanya halusinasinya. Namun, ketukan itu berlanjut, bahkan semakin keras.Kania segera bangun dari tempat tidur, ia melirik Nadin yang masih tertidur pulas, berharap gadis kecil itu tetap tertidur. Jam di dinding kamar menunjuk angka sebelas lebih."Siapa malam-malam ketok pintu?" tanyanya sambil menyeret langkah keluar kamar, tak lupa ia membawa ponsel pintar bersamanya, sekedar untuk berjaga-jaga."Apa jangan-jangan Marlo kembali?"Gegas Kania menuju pintu depan. Tak lupa ia menyalakan semua lampu.Tangan rampingnya menggeser gorden tepat di samping pintu. Ia berusaha mengintip sebelum membuka pintu.Aneh sekali, pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Pindah

    Barry kembali ke rumah dengan kesal dan marah, lagi-lagi usahanya gagal untuk mendekati Kania. Wanita yang dicintainya itu ternyata sudah terlalu membenci dirinya. Tak dapat dipungkiri, ini semua memang kesalahannya."Brengseeek!" Barry memaki dirinya sendiri.Marlo, pamannya yang angkuh itu kini selalu berada di dekat Kania. Bagaimana ia bisa mendekat kepada Kania. Barry sebenarnya cukup yakin, apabila Kania mendengar penjelasannya secara gamblang dan runut, wanita itu pasti bisa maklum. Kania yang baik dan perhatian adalah Kania yang dikenalnya dulu.Barry membuka kembali ponsel pintarnya, ada sebuah pesan suara dari Aahsita. Dikirim dua jam yang lalu. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama kata-kata yang meluncur dari microfon ponselnya.***"Sebaiknya aku bawa Nadin ke atas dulu, ke kamarnya, takut terbangun, kasihan," kata Marlo.Kania mengangguk setuju, lalu mengikuti Marlo yang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15

Bab terbaru

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Lumpuh

    Marlo melirik rekan seperjalanannya yang sudah terlelap. Baru beberapa menit yang lalu mereka berpamitan dengan Anjani, Damar, dan Divia, tetapi Kania sudah lelap. Tangan kanan lelaki itu masih memegang erat setir mobil yang melaju pelan menuju gerbang tol. Antrian mobil cukup panjang. Sudah biasa terjadi di akhir pekan. Puluhan bahkan ratusan mobil bernomor plat Ibu Kota akan memadati jalur lingkar luar dari arah pinggir menuju dalam kota, bersiap untuk beraktivitas kembali keesokan hari setelah menghabiskan akhir pekan di luar kota.Tangan kiri lelaki berjaket kelabu itu berhasil menyingkirkan sejumput rambut yang jatuh di tulang pipi Kania. Diam-diam ia memperhatikan wanita cantik yang tertidur di bangku sebelahnya. Dada Marlo sesak karena bahagia. Tak lama lagi mereka akan disatukan dalam pernikahan. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan yang namanya cinta. Dulu ia pikir jatuh cinta hanya dialami oleh orang yang lemah. Namun, kini ia sadar, cinta bisa sangat

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Setia

    Arifin Arsena memacu mobil jeepnya dengan kecepatan mendekati seratus kilometer per jam. Arus macet dari jalur pinggir kota menuju pusat, berlawanan arah dengan laju mobilnya, hingga dengan mudah ia memacu mobil kesayangannya membelah malam di hari Minggu. Lelaki paruh baya itu melirik arloji tuanya yang sudah menunjuk angka sepuluh. Perawakannya yang tegap, tinggi, dan gagah memang sangat pas duduk di kursi pengemudi mobil dengan roda besar itu.Mobil itu adalah mobil kesayangannya yang didapat pertama kali dari jerih payah bekerja sebagai tangan kanan jutawan terkenal, Erlangga Hadinegoro. Sudah lama sekali, sejak pertama kali ia bertemu dengan lelaki tangguh, pengusaha kawakan pendiri Hadinegoro corp itu. Kala itu, Arifin yang mantan personil seragam hijau sedang dalam kondisi terpuruk. Ia diberhentikan dari satuan tugasnya karena sebuah kasus pidana. Bukan kasus tanpa sebab, ia tidak menyesal dikeluarkan. Satu hal yang diyakininya adalah kesetiaan dan pengor

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Memory

    Divia mengamati Damar yang sedang sibuk membongkar kotak kayu di ruang makan. Kedua tangan lelaki itu menarik tuas kecil di bagian depan kotak kayu yang sepertinya sedikit macet. Tiga kali hentakan kuat, akhirnya kotak kayu itu terbuka."Kotak apa itu?" tanya Divia sambil menjulurkan kepalanya melongok ke bagian gelap kotak kayu.Belum ada jawaban dari Damar. Tangan lelaki itu meraba raba ke dalam kotak."Kamu mau nunjukin apa, sih? Penasaran loh, aku!" Divia melipat kedua lengannya di depan dada.Akhirnya Damar meraih sesuatu dari dalam kotak. Ia mengangkat selembar kertas berwarna pudar. Ia tersenyum, lalu menyodorkan kertas berisi gambar itu ke arah Divia."Lihat ini," ujarnya.Divia semakin mendekat, meraih lembaran itu, lalu mengamatinya dengan seksama."Foto? Foto siapa ini? Wanita cantik ini jelas Ibu kamu." Divia mengamati tiga so

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Restu

    Barry keluar dari kamar mandi dengan wajah terlihat lebih segar. Handuk kecil melilit bagian lehernya. Lima menit yang lalu, pelayan sudah membawakan jus apel lemon ke kamar.“Ini, minum jusmu!” Clarissa menyodorkan minuman dingin berwarna terang dengan gelas tinggi ke hadapan Barry. “Masih pusing?” tanya wanita itu melihat dahi Barry berkerut.Barry mengangguk lalu menerima segelas jus buah dari ibunya. Menenggaknya dalam beberapa teguk. “Makasih, Ma.”“Hm, sekarang duduk, Mama mau ngomong.”Lelaki muda itu menurut, meletakkan gelas tingginya yang kini kosong ke meja, lalu duduk di ranjang. Ia mengusapkan handuk kecil beberapa kali ke dahinya yang sedikit basah.

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Tentang Clarissa

    Clarissa bergeming di tempat duduknya, sebuah sofa tunggal dari bahan beledu cantik, warnanya senada dengan nuansa kamar tidur yang keemasan, terkesan mewah dan glamor. Mata wanita cantik itu menerawang jauh. Kacamata berbingkai emas yang ia kenakan tidak dapat menyembunyikan matanya yang nanar. Ia baru saja menerima telepon dari salah seorang kepercayaannya.“Nyonya, lelaki itu sudah buka mulut. Sepertinya lelaki tua yang mengancamnya itu adalah Arifin. Nyonya ingat? Lelaki kepercayaan mendiang Tuan Hadinegoro dulu,” ucap suara serak di ujung telepon.“Kurang ajar! Bukannya lelaki itu ada di dalam penjara? ““Betul, Nyonya, Arifin menginterogasinya di dalam penjara. Sepertinya ia punya koneksi orang dalam, hingga bisa melakukan ancaman kepada orang kita.”“Kamu habisi saja lelaki itu di dalam penjara! Sekarang! Saya tidak mau si Arifin itu sempat menemukan bukti lain!” tegas Clarissa, suaranya

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Anjani

    "Menurut kamu, Divia sudah tahu mengenai identitas Damar?" Kania melirik ke arah Marlo yang sedang menyetir di sebelahnya."Entahlah, mungkin sudah. Sepertinya hubungan mereka semakin akrab, aku mencium bau romantis di antara mereka."Sontak Kania tertawa terpingkal-pingkal, membuat Marlo melirik kekasihnya itu dengan tatapan tersinggung."Kok malah ketawa?"Kania buru-buru menahan tawanya sambil geleng-geleng kepala. "Sorry, Sayang, kamu bilang mencium bau romantis, mendengar kamu yang bilang seperti itu membuatku geli, Tuan Serius!"Akhirnya, Marlo mengulas senyum juga di bibirnya, memang benar yang diucapkan Kania. Dia orang yang serius, tak pernah kenal istilah cinta apalagi romantis. Namun, kebersamaan dengan Kania merubah semuanya. Indra perasanya menjadi semakin peka."Aku berkali-kali menggoda Divia soal hubungannya dengan Damar, tetapi dia selalu mengalihkan pembicaraan."

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Gejolak Hati Divia

    Divia baru saja selesai melakukan aktivitas rutin di akhir minggu. Pagi tadi ia sudah berangkat ke fitness center, melakukan yoga sekitar sejam lamanya. Kini setelah mandi dan sedikit bersolek di ruang ganti fitness center, ia menjejakkan kakinya ke lorong mal yang masih sepi. Pusat kebugaran favoritnya itu terletak di dalam mal. Jam di dinding masih menunjuk pukul 09.00 ketika ia keluar dari pusat kebugaran itu.Mode getar dari ponsel pintarnya berfungsi, sambil terus berjalan menyusuri lorong, Divia meraih benda pipih itu dari kantong tas fitness-nya. Bibir wanita itu melengkung ke atas saat melihat nama Damar muncul di layar."Halo, Mar?" sapanya."Vi, bisa ikut aku, nggak?" Lelaki di ujung telepon rupanya tidak suka basa-basi."Ha? Ikut ke mana? Aku baru aja selesai yoga di Gym, sebentar lagi nyampe kos-kosan." Divia masih mengayunkan langkah dengan pelan."Okelah, setengah jam l

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Tak Bisa Jauh

    "Mama!" Gadis kecil itu berteriak, berlari ke arah Kania. Sedetik kemudian Kania limbung karena tubuh kecil nan energik itu menghantam bagian bawah tubuhnya.Gadis kecil itu terkikik girang, membuat Kania langsung menangkap dan menggendongnya di lengan."Aduuuh, Sayang, kebiasaan!" Dengan gemas Kania menowel hidung mungil Nadin."Hei, Cantik, selamat yaa, pertunjukanmu berjalan lancar. Kamu luar biasa sekali!" Marlo memekik tertahan.Nadin tersenyum semringah, merentangkan tangan kepada lelaki di sebelah Kania itu. Marlo buru-buru meraihnya, memindahkan Nadin dari lengan Kania ke lengannya sendiri."Makasih, Om," ucap Nadin dengan riang. Gadis kecil itu memeluk bahu Marlo dengan kencang.Dengan ekspresi bangga, Marlo menatap Kania. Senyumnya lebar, matanya berbinar. Kania sangat suka melihat ekspresi Marlo seperti ini. Batinnya terus berteriak bahwa Marlo adalah tipe seora

  • The Crown Prince, Sang Putra Mahkota   Pertunjukan

    Kania mememui Prasetya di sebuah kafe di pusat kota."Sehat, Pak?" Wanita itu duduk di kursi di seberang lelaki berambut kelabu."Alhamdulilah," jawab lelaki itu mantap."Maaf, agak lama menunggu."*Saya juga baru sampai. Kamu gimana, Kan? Sehat?""Puji Tuhan, Pak."Seorang pelayan membawa baki berisi satu cangkir kopi pekat untuk Prasetya. Lelaki itu mengangguk menunjukkan Terima kasih, sebelum sang pelayan undur diri."Kania sudah pesan?""Sudah, tadi di konter depan, sebentar lagi mungkin datang.""Saya senang kalau kamu sehat, Kan. Saya lihat kamu juga malah lebih fresh sekarang."Kania tersenyum merona. Pak Prasetya belum mengetahui sejauh mana hubungan dirinya dengan Marlo."Pak, saya dengar Bapak mau resign dari kantor. Apa betul?"Lelaki itu menatap Kania dari balik kepulan uap panas ko

DMCA.com Protection Status