Jenna Mollina adalah detektif yang bertugas menghajar para birokrat korup. Dari hari ke hari tugasnya selalu berada di Gedung-gedung birokrasi. Kini ia sedang duduk memperhatikan testimoni Dr. Muller Frakes yang sedang memberikan penjelasan tentang hal-hal medis terkait seorang tersangka. Frakes adalah seorang psikiater yang tidak banyak bertele-tele dalam memberikan penjelasan. Namun memang ada hal-hal yang menyita perhatian Jenna. Itulah yang membuat perempuan itu duduuk sambil menopang dagu.
“Saya meyakini bahwa Mr. Addin sangat berbahaya bagi dirinya maupun masyarakat sekitar.” Kata Frakes.
Psikiater itu melihat ke arah Raheem Addin yang sedang duduk di meja terdakwa bersama dengan pengacaranya.
“Saya tidak menganjurkan perawatan baginya.” Kata Frakes lagi.
“Namun perawatan mental akan lebih tepat.” Timpal Jenna.
“Tidak, Ms. Mollina. Ia kriminal murni.” Jawab Frakes menyudahi pembicaraan.
S
Beberapa waktu kemudian, Rais telah mengenakan pakaian serba hitam dan terbang di atas atap-atap rumah. Bahkan apartemen tempat Malikha tinggal pun tidak luput dari langkah kakinya.Ia melanjutkan perjalanannya hingga ke luar kota, bahkan pepohonan juga dilewatinya dengan zig-zag. Rais benar-benar melayang dengan mantap.Rais mendarat di tengah sebuah hutan dan menyusurinya. Ia memasuki hutan lebih dalam dan menuju ke arah kegelapan. Ia terus masuk hingga dasar angin dingin bertiup ke arah wajahnya. Lalu dinyalakannya senter yang ia bawa, dan diarahkan ke sejumlah arah.Lalu Rais teringat kejadian di masa lalu.9/11.Rais melihat sebuah lubang yang cukup besar. Ia lalu memasang senternya di kepala untuk alat penerangan.Itu adalah lubang yang dibuatnya beberapa hari silam.Saat ia menganggap lubang yang ada telah menjadi cukup besar, Rais memasukinya. Ia berada di dalam sebuah lorong yang cukup besar untuk dilewati.Rais menden
Malam ini adalah sebuah malam minggu. Tidak heran panti pijat milik Alam Al Ghozy begitu penuh dan ramai. Al Ghozy mendengarkan suara orang-orang tertawa yang bercampur dengan suara para pemijat menembus dinding kantornya.Sambil duduk bersandar di kursi kulitnya, ia menghadapi seorang pria kurus pucat di depannya. Di belakang Al Ghozy, pengawalnya berdiri dengan setia, persis seperti seekor anjing penjaga.“Keadaan ini cukup buruk, Al Ghozy.” Kata Jonathan Niles. “Sudah ada yang mencium semua ini.”“Hei, kawan, apakah kau takut? Kau ‘kan sudah tahu bagaimana ini akan bekerja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan.”“Aku akan dengan senang hati mempercayaimu, asalkan aku tahu siapa yang akan membayar kepercayaan itu.”“Dengar, bagiku uang tidak pernah menjadi masalah.”Niles bersandar ke kursi di belakangnya. Sekilas ia nampak gugup.Sebenarnya tidak, ia sama sekali tida
Kebanyakan orang-orang sibuk di New York sedang berjuang untuk mencapai kantornya, mengisi penuh gelas kertas mereka dengan kopi, dan menyusun strategi untuk menjalani hari mereka. Tapi Clinton Hawles bukan orang yang terlalu patuh kepada suatu ritmik seperti itu. ketika jam masih jauh dari pukul sembilan, rapat staf di Hoetomo, inc. telah berlanjut selama lebih dari satu jam.Seorang eksekutif muda berambut pirang dan bertubuh tegap, dengan pakaian serba mewah sedang berbicara kepada seluruh orang di ruangan itu, sambil terus menggerakkan tangannya.Namanya David Bow.“Kita melihat bahwa pertumbuhan dan profit kita cukup meningkat pesat.” Katanya.Seseorang yang lebih senior bernama Neil Scholes berbicara sambil berdiri.“Ada beberapa hal yang mungkin tidak akan disetujui Mr. Hoetomo.” Katanya.“Begitu? Bisa Anda jelaskan?” timpal Bowles.“Bisnis peralatan berat, itu kurang menguntungkan.&rdq
Pada pukul sembilan pagi, keesokan harinya, Malikha mendapati berita di New York Times bahwa Hoetomo, inc. telah kembali aktif di bidang pengembangan teknologi tinggi dan mengambil peran besar dalam bisnis tersebut.Siang harinya, sejumlah televisi dan koran Amerika Serikat telah membuat janji wawancara dengan para petinggi perusahaan untuk mendapatkan berita terkini tentang aksi korporasi yang akan dilakukan. Rais memperhatikan fenomena tersebut dari televisi sambil tersenyum.Bahkan koran-koran lokal di sejumlah kota memasukkan aksi korporasi Hoetomo dalam berita mereka, walaupun bukan berupa tajuk utama. Sejumlah radio juga memberitakan aksi tersebut dalam sesi jeda mereka. Meskipun sejumlah televisi tidak terlalu memberi porsi kepada berita ini, karena merupakan saingan dari Hoetomo, inc.Salah seorang reporter televisi bernama Jill Baker mengatakan kepada suaminya bahwa tidak terlalu penting mengambil berita tentang permainan yang diambil Rais saat ini.
Malam harinya, Rais menyalakan televisi untuk melihat semua berita tentangnya. Malikha juga ada di sana menemaninya.“Kau telah membuat New York, bahkan Amerika, cukup menaruh perhatian atas aksimu.” Kata Malikha.“Mereka mendapatkan gairah dan apa yang mereka inginkan. Aku harus memberi mereka salut atas semua itu.”“Apakah semua berjalan sesuai rencanamu?”“Masih, tapi ini belum masuk ke dalam rencana utama.”Rais mengenakan peralatan memanjat yang diberikan Aisha untuknya, dan bergantung lima puluh kaki di atas permukaan sumur. Ia menancapkan paku kepada dinding untuk pijakannya. Penerangan muncul dari lampu-lampu yang dipasangnya di tubuh dan kepala.“Oke.” Kata Rais.“Kita coba.” Lanjutnya.Malikha menyalakan lampu laborarorium.“Ternyata kau sudah menyelesaikannya.” Kata Malikha.Rais turun, menyentuh tanah, dan
Beberapa menit setelah dibuka, tempat milik Al Ghozy sudah tidak memiliki lagi kapasitas untuk menampung pelanggannya. Udara di sana sudah dipenuhi asap dan aroma minuman keras tercium di mana-mana. Suara orang di dalam dapat terdengar dari luar sana. Tapi tidak ada orang di dalam yang peduli akan hal itu.Hakim Berndtner duduk di antara dua perempuan cantik yang melayaninya sambil meminum koktail. Al Ghozy nampak sangat bersahabat dan menyambut si penegak hukum tersebut di tempatnya.“Al Ghozy,” Kata Berndtner saat melihat orang itu pergi. “Kau mau ke mana?”“Ada yang harus kutangani. Pastikan saja kau nyaman di sini.”Berndtner yakin bahwa ia memang akan memiliki waktu yang indah di sini. Ia merapatkan tubuh gempalnya kepada dua orang perempuan di sampingnya sambil membisikkan sesuatu kepada mereka. Mereka bertiga pun bangkit dari tempat itu, dan pergi ke luar tempat Berndtner memarkir mobilnya. Supir Berndtner membuk
Detektif Hamzah masuk ke dalam ruangan Al Ghozy.“Aku membutuhkanmu besok saat pengiriman.” Kata Al Ghozy.“Ada masalah?”“Aku tidak ingin ada masalah dengan jaminan pengiriman. Ini adalah pesanan langsung dari Imam Besar.”“Tentu saja, kau tidak perlu khawatir. Semua akan berjalan sesuai pesanan.” Kata Hamzah. “ Hanya saja, kau harus mengurusi sesuatu di kantor kejaksaan.”“Begitu? Kenapa demikian?”“Kau harus membayar sebuah harga untuk pekerjaan itu.”“Apa maksudmu sebenarnya, Hamzah?”“Apa kau ingat gadis yang kuceritakan kemarin? Dia pejuang yang sangat ulet di kantor kejaksaan. Ia telah menyelidiki semua berkas yang mencurigakan. Sekarang ia sedang mencurigai aliran barang dari perusahaanku. Perlu cukup banyak hal untuk membungkamnya, bahkan untukmu.”“Jangan remehkan aku. Semua hal bisa kulakukan di ne
Waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Rais Hoetomo telah berada di kantornya dengan stelan yang cukup sederhana namun tidak mengurangi wibawanya. Ia menyapa setiap orang yang ditemuinya, lalu mengambil jalan ke gedung riset dan pengembangan.Aisha Mahmood tersenyum menyambutnya.“Sekarang ada apa?” tanya Aisha.“Alat untuk pelindung ketika terbang.” Kata Rais. “Yang bisa meminimalisir gesekan udara.”“Seperti tameng?”“Ya, seperti itu. kau punya?”Aisha nampak berpikir sejenak.“Ya, sepertinya ada.”Aisha mengajak Rais ke ruangan luasnya, membuka sebuah dus dan memperlihatkan sebuah benda yang lebih mirip jubah.“Itu yang kau maksud?”Rais menghampiri Aisha dan menerima baju karet yang ditunjukkan perempuan tersebut.“Ini nampak seperti karet biasa.” Kata Rais.“Ya, tapi coba jika dialiri arus lis
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena