Malam harinya, Rais menyalakan televisi untuk melihat semua berita tentangnya. Malikha juga ada di sana menemaninya.
“Kau telah membuat New York, bahkan Amerika, cukup menaruh perhatian atas aksimu.” Kata Malikha.
“Mereka mendapatkan gairah dan apa yang mereka inginkan. Aku harus memberi mereka salut atas semua itu.”
“Apakah semua berjalan sesuai rencanamu?”
“Masih, tapi ini belum masuk ke dalam rencana utama.”
Rais mengenakan peralatan memanjat yang diberikan Aisha untuknya, dan bergantung lima puluh kaki di atas permukaan sumur. Ia menancapkan paku kepada dinding untuk pijakannya. Penerangan muncul dari lampu-lampu yang dipasangnya di tubuh dan kepala.
“Oke.” Kata Rais.
“Kita coba.” Lanjutnya.
Malikha menyalakan lampu laborarorium.
“Ternyata kau sudah menyelesaikannya.” Kata Malikha.
Rais turun, menyentuh tanah, dan
Beberapa menit setelah dibuka, tempat milik Al Ghozy sudah tidak memiliki lagi kapasitas untuk menampung pelanggannya. Udara di sana sudah dipenuhi asap dan aroma minuman keras tercium di mana-mana. Suara orang di dalam dapat terdengar dari luar sana. Tapi tidak ada orang di dalam yang peduli akan hal itu.Hakim Berndtner duduk di antara dua perempuan cantik yang melayaninya sambil meminum koktail. Al Ghozy nampak sangat bersahabat dan menyambut si penegak hukum tersebut di tempatnya.“Al Ghozy,” Kata Berndtner saat melihat orang itu pergi. “Kau mau ke mana?”“Ada yang harus kutangani. Pastikan saja kau nyaman di sini.”Berndtner yakin bahwa ia memang akan memiliki waktu yang indah di sini. Ia merapatkan tubuh gempalnya kepada dua orang perempuan di sampingnya sambil membisikkan sesuatu kepada mereka. Mereka bertiga pun bangkit dari tempat itu, dan pergi ke luar tempat Berndtner memarkir mobilnya. Supir Berndtner membuk
Detektif Hamzah masuk ke dalam ruangan Al Ghozy.“Aku membutuhkanmu besok saat pengiriman.” Kata Al Ghozy.“Ada masalah?”“Aku tidak ingin ada masalah dengan jaminan pengiriman. Ini adalah pesanan langsung dari Imam Besar.”“Tentu saja, kau tidak perlu khawatir. Semua akan berjalan sesuai pesanan.” Kata Hamzah. “ Hanya saja, kau harus mengurusi sesuatu di kantor kejaksaan.”“Begitu? Kenapa demikian?”“Kau harus membayar sebuah harga untuk pekerjaan itu.”“Apa maksudmu sebenarnya, Hamzah?”“Apa kau ingat gadis yang kuceritakan kemarin? Dia pejuang yang sangat ulet di kantor kejaksaan. Ia telah menyelidiki semua berkas yang mencurigakan. Sekarang ia sedang mencurigai aliran barang dari perusahaanku. Perlu cukup banyak hal untuk membungkamnya, bahkan untukmu.”“Jangan remehkan aku. Semua hal bisa kulakukan di ne
Waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Rais Hoetomo telah berada di kantornya dengan stelan yang cukup sederhana namun tidak mengurangi wibawanya. Ia menyapa setiap orang yang ditemuinya, lalu mengambil jalan ke gedung riset dan pengembangan.Aisha Mahmood tersenyum menyambutnya.“Sekarang ada apa?” tanya Aisha.“Alat untuk pelindung ketika terbang.” Kata Rais. “Yang bisa meminimalisir gesekan udara.”“Seperti tameng?”“Ya, seperti itu. kau punya?”Aisha nampak berpikir sejenak.“Ya, sepertinya ada.”Aisha mengajak Rais ke ruangan luasnya, membuka sebuah dus dan memperlihatkan sebuah benda yang lebih mirip jubah.“Itu yang kau maksud?”Rais menghampiri Aisha dan menerima baju karet yang ditunjukkan perempuan tersebut.“Ini nampak seperti karet biasa.” Kata Rais.“Ya, tapi coba jika dialiri arus lis
Pagi berikutnya terdapat sebuah berita yang lebih mirip gosip di surat kabar. Dalam berita tersebut dikatakan bahwa Rais Hoetomo telah menghilang kembali ke Amerika Utara. Ia akan pergi untuk berlibur dan menikmati pemandangan Alaska serta mengunjungi Kanada.Padahal tempat yang ia tuju adalah Himalaya. Rais pergi ke sana untuk menguji kekuatan supernya. Namun berita-berita yang beredar justru jauh dari kenyataan, bahkan mendekati pun tidak.Membaca berita itu, Rais menyadari bahwa apa pun bisa menjadi gosip saat ini. Lebih baik dirinya benar-benar bersembunyi dari publisitas, terutama ketika hendak menguji kekuatan supernya.Rais telah hidup dan belajar.Ia kembali dari Himalaya dua pekan kemudian. Kepada seorang pegawai layanan pelanggan, Rais mengatakan bahwa ia hanya membawa uang tunai karena disebabkan oleh suatu hal, kartu kreditnya tidak dapat digunakan. Ditanyakannya apakah tiga ribu dolar cukup untuk membawanya kembali ke New York.
Beberapa unit mobil telah berada di bandara udara. Lampu bandara telah menjadi kabur karena kabut yang muncul.Sejumlah orang sedang mengangkut barang-barang yang menjadi bagian pekerjaan mereka. Mereka telah berada di sana selama empat jam, mengikuti instruksi Mr. Al Ghozy, dan mereka dengan patuh mengikuti paksaan bosnya agar mengangkut barang dari sana menuju gudang.Malam menjadi semakin dingin, membuat orang-orang harus bergerak lebih cepat agar tidak kedinginan. Tiba-tiba sebuah cahaya dari mobil sedan yang datang ke sana, juga secara tiba-tiba, membuat mereka berhenti bekerja.Detektif Hamzah turun dari mobil dan naik ke tubuh salah satu truk di sana. Ia masuk ke bagian pengangkut dan meraih beberapa dus. Dibukanya dus yang diraihnya, lalu memeriksa isi di dalam dus-dus tersebtu.“Bagus.” Katanya.Hamzah turun dan menuju tempat sebuah SUV berada di ujung jalan. Wakil Al Ghozy sudah menunggunya di dalam.“Kelihatan ba
Jenna Mollina berjalan menuju subway sambil memperhatikan pemandangan kota yang ia lewati. Lukisan-lukisan grafiti berada di setiap tempat yang diilewatinya. Kota New York sudah ramai walaupun ia berangkat kerja di pagi buta. Orang-orang di sekitarnya sedang sibuk berbicara dengan telepon selulernya.Jenna membiarkan mereka dan terus berjalan melewati trotoar demi trotoar.Ia sangat kelelahan.Jenna telah menghabiskan hampir dua puluh jam di kantor dan tidak menghasilkan apa pun kecuali rasa frustrasi. Terkadang ia berpikir bahwa hanya Joe Si Penyeberang Jalan Tidak di Zebra Cross kriminal yang tidak kebal hukum di sini. Selebihnya, semua mafia memiliki pelindung masing-masing. Dan pelindung mereka ada di dalam badan lembaga penegak hukum. Ini yang membuat hidup Jenna seolah penuh dengan kekecewaan.Jenna tidak hanya frustrasi akan hal itu. Ia juga mengalami depresi yang cukup kronis. Bagaimana pun ia pernah berpikir bahwa hidupnya dan seorang milyuner ak
Andrea Izmaylov menghirup kopinya. Sebuah kopi murah dan telah menjadi dingin. Ia membuang gelas kertas kopinya setelah habis ke tong sampah, lalu mengencangkan jaketnya menuju rekan-rekan berseragamnya dalam menginvestigasi enam orang yang ditemukan pingsan di sekitar kontainer. Mereka semua terikat dalam sebuah tali.“Beri tahu aku.” Kata Izmaylov.“Kami mendapatkan sebuah telepon anonim.” Kata salah satu rekannya.“Temukan pengiriman di sebuah kontainer dekat pelabuhan empat kilometer dari jalanan, begitu pesannya.” Kata rekan yang lain.“Mereka ini maksudnya?” tanya Izmaylov sambil menunjuk enam orang yang terikat.“Ya, mungkin saja mereka adalah anak buah Al Ghozy.”“Tidak penting mereka anak buah siapa, kita belum pernah menangkapnya.” Jawab Izmaylov.“Aku juga tidak terlalu yakin.” Kata rekannya sambil melihat ke arah sekeliling.Mereka m
Jenna tidak ingin mengalami lagi petualangannya di stasiun kereta bawah tanah. Hari ini ia mengemudikan mobilnya membelah Gotham dan membelanjakan beberapa kali penghasilannya sehari untuk biaya parkir di garasi pribadi. Saat meninggalkan garasi, ia memastikan senjatanya berada di sana, walaupun dirinya sendiri masih cukup gugup.Tidak, jika kau takut, maka mereka menang, pikirnya.Ia menyimpan senjatanya dan terus berjalan.Di luar kantornya, ia membeli koran New York Times dari mesin penjual dan membaca tajuk utamanya. Jenna pun merinding.Beberapa saat kemudian, ia menaruh korannya di atas meja kerja bosnya dan sambil terus merasa merinding, diperlihatkannya foto Al Ghozy yang terikat sambil pingsan.“Ini tidak bisa disembunyikan lagi.” Kata Jenna.Chuck melihat ke arah koran.“Tapi ada hakim Berdntner.” Kata Chuck.“Aku menemukan Berndner sudah terlindungi.”“Dan orang mister