Andrea Izmaylov menghirup kopinya. Sebuah kopi murah dan telah menjadi dingin. Ia membuang gelas kertas kopinya setelah habis ke tong sampah, lalu mengencangkan jaketnya menuju rekan-rekan berseragamnya dalam menginvestigasi enam orang yang ditemukan pingsan di sekitar kontainer. Mereka semua terikat dalam sebuah tali.
“Beri tahu aku.” Kata Izmaylov.
“Kami mendapatkan sebuah telepon anonim.” Kata salah satu rekannya.
“Temukan pengiriman di sebuah kontainer dekat pelabuhan empat kilometer dari jalanan, begitu pesannya.” Kata rekan yang lain.
“Mereka ini maksudnya?” tanya Izmaylov sambil menunjuk enam orang yang terikat.
“Ya, mungkin saja mereka adalah anak buah Al Ghozy.”
“Tidak penting mereka anak buah siapa, kita belum pernah menangkapnya.” Jawab Izmaylov.
“Aku juga tidak terlalu yakin.” Kata rekannya sambil melihat ke arah sekeliling.
Mereka m
Jenna tidak ingin mengalami lagi petualangannya di stasiun kereta bawah tanah. Hari ini ia mengemudikan mobilnya membelah Gotham dan membelanjakan beberapa kali penghasilannya sehari untuk biaya parkir di garasi pribadi. Saat meninggalkan garasi, ia memastikan senjatanya berada di sana, walaupun dirinya sendiri masih cukup gugup.Tidak, jika kau takut, maka mereka menang, pikirnya.Ia menyimpan senjatanya dan terus berjalan.Di luar kantornya, ia membeli koran New York Times dari mesin penjual dan membaca tajuk utamanya. Jenna pun merinding.Beberapa saat kemudian, ia menaruh korannya di atas meja kerja bosnya dan sambil terus merasa merinding, diperlihatkannya foto Al Ghozy yang terikat sambil pingsan.“Ini tidak bisa disembunyikan lagi.” Kata Jenna.Chuck melihat ke arah koran.“Tapi ada hakim Berdntner.” Kata Chuck.“Aku menemukan Berndner sudah terlindungi.”“Dan orang mister
Malikha Russel membuka gorden di sebuah kamar dan membiarkan cahaya masuk. Rais sedang menyiapkan sarapan mereka.“Selamat pagi.” Sapa Rais.“Pagi, sibuk lagi semalam?” tanya Malikha.“Tapi bagi seorang bilyuner, kehidupan tanpa tidur sudah tidak aneh, ya?” lanjutnya.Malikha memperhatikan meja yang baru saja ditata Rais. Di atasnya ada sebuah gelas penuh jus, dan juga buah-buahan. Serta koran New York Times.Malikha membuka kertas koran dan menunjukkan foto Al Ghozy yang terikat.“Aksimu membuat warta kota terkesan.” Kata Malikha.Rais melihat ke arah foto.“Teatrikal dan menakutkan, ini adalah sebuah awal, Malikha.”Rais menghabiskan jusnya, lalu turun dari ranjang dan memulai push-up.Malikha melihat lebam-lebam di tubuh Rais.“Jika orang melihat cedera-cedera itu, kau harus menemukan alasan yang bagus. Ikut kelas memanjat misalnya.”
Baru pukul delapan pagi, dan Hawles sudah mengalami hari yang buruk. Pasar modal Tokyo telah membuat sejumlah investasi terpuruk. Ia membanting mesin pembuat kopi hingga orang-orang di luar ruangannya mendengar.Charlie Allen masuk ke ruangannya dan membuat segala sesuatu semakin buruk.“Ada masalah.” Kata Allen sambil meletakkan sebuah dokumen di meja Hawles.“Masalah apa?” tanya Hawles.Allen mengambil kursi dan berbicara mendekat ke arah Hawles.“Patroli pantai menemukan senjata berat yang diselundupkan di tempat penyaluran.”“Lalu?”“Penyaluran itu membawa senjata jenis baru.”“Memangnya apa yang akan digunakan dengan alat itu?”Allen menarik napas sejenak sebelum mulai menjelaskan.“Itu adalah alat untuk mengintervensi sinyal telepon seluler.”“Begitu?”“Dan seseorang merusakkannya.”
Rais Hoetomo mengarahkan BMW-nya menuju El Pacquiao, restoran mewah di puncak kota New York.Seorang pegawai menyambutnya di pintu masuk restoran.“Terima kasih, Alfred.” Kata Rais.“Kehormatan bagi saya, Dr. Hoetomo. Pertemuan bisnis lagi?” jawab si pegawai.“Ya, begitulah.”Pelayan mengantar Rais masuk ke restoran dan mengambil lift kaca untuk naik ke lantai paling atas. Sesampainya di sana, mereka memasuki sebuah ruangan yang terdiri atasa banyak peralatan makan dibuat dari kristal, juga meja-meja perak. Aroma masakan mewah dan mahal tercium dari sana.Jendela yang berbatasan dengan ruangan memberi pemandangan kepada jutaan lampu yang menerangi kota New York. Sebuah kolam terlihat berada di luar ruangan, dan juga sangat bersih dihiasi tanaman-tanaman. Beberapa percakapan di sana berbicara tentang Muslim dan Cina.Seorang pelayan yang mengenakan tuksedo mengantar Rais, Mikha, dan Malina menuju mej
Pada pukul sepuluh keesokan harinya, Dr. Niles datang ke sebuah ruangan, mengganti baju kerjanya dengan baju hazmat, dan memeriksa sebuah tubuh di mobil Lincoln Town yang diparkir di sebuah gang dekat penjara kota New York. Ia membuka kopernya dan melihat orang pemilik tubuh itu menatap ke arahnya tanpa kejelasan. Beberapa saat kemudian, beberapa orang datang dan menyambut Dr. Niles. Mereka mengantar Dr. Niles menuju sebuah ruangan di dalam penjara.“Dr. Niles, terima kasih sudah datang.” Kata seseorang menyambutnya.“Tidak masalah. Jadi orang itu memotong nadinya sendiri?”“Ya, mungkin efek dari kegilaan yang ia terima dari kejadian terakhir.”“Semoga tidak terlambat.” Kata Dr. Niles setengah menggumam.Seorang perempuan memandu Niles ke sebuah deretan kamar di dalam penjara.“Apakah saya perlu menemani Anda?” tanya perempuan itu.“Tidak.” Jawab Dr. Niles.
Cahaya bulan menerangi cakrawala dan angin dingin bertiup menyapu jalanan di belakang apartemen Andrea Izmaylov. Izmaylov sedang membersihkan jendela dan Svetlana membereskan bekas makan malam mereka.“Perang segera dimulai.” Kata sebuah suara.Izmaylov segera mengenali suara tersebut dan melihat ke atas, arah datangnya suara.Di sana ia melihat Caliph sedang melayang.“Para bajingan mulai marah karena kau ikut campur.” Kata Andrea sambil meletakkan kunci pagar.“Ini baru permulaan.” Kata Caliph. “Ada di antara orang-orangmu yang berada di bandara bersama Al Ghozy malam itu.”“Ia benar-benar mempekerjakan mereka.”“Ada jenis barang yang belum bisa kupastikan apa, namun mereka perdagangkan.”“Kenapa? Apa yang kau curigai?”“Kemungkinan besar orang-orangmu yang menjadi pengkhianat itu tahu.”“Mungkin, tapi mereka ti
Beberapa menit kemudian, hujan menyapu gudang di mana jaksa wilayah Chuck Beefman sedang berjalan di sebelah seorang berbadan besar, seorang penjaga gudang, sambil memeriksa isi muatan untuk dikirimkan dengan menggunakan senter.Mereka berhenti ketika Chuck menemukan sesuatu.“Inilah yang kumaksud.” Kata Chuck.“Ada masalah dengan itu?” tanya si penjaga pelabuhan.“Harusnya ini tidak di sini. Ada 250 kontainer yang mencapai Singapura, tapi identifikasi atas barang di dalamnya tidak seragam. Aku berpikir ada yang tidak beres.”Si penjaga gudang melihat ke arah Chuck.“Kita semua tahu apa yang terjadi. Kau dan aku tidak seharusnya ingin mengetahui apa pun yang dilakukan Mr. Al Ghozy.”“Banyak hal bekerja dengan cara berbeda sekarang. Buka barang ini.” Kata Chuck.Dengan enggan si penjaga pelabuhan menuruti keinginan Chuck. Chuck naik ke truk kontainer dan menemukan sejum
Pukul sembilan malam, kota New York diselimuti kabut tebal. Para pengemudi taksi di jalanan kota telah menyerah dan memilih untuk pulang. Sebagian ada yang bertahan dan berharap kabut segera hilang.Tapi di sebuah gang, sebuah gerobak penjual makanan masih terbuka dan melayani penjualnya. Gerobak itu menjual kebab.Hamzah mengambil kebab dari gerobak itu, mengunyah, dan menelannya sambil berlalu. Ia meninggalkan si penjual kebab di belakangnya, di tengah-tengah hujan. Hamzah berlari sambil berusaha seminimal mungkin tersandung benda-benda di sela-sela gang kota.Kabut benar-benar menghalangi pandangannya.Tiba-tiba sesuatu melingkupi dirinya, dan tahu-tahu Hamzah tidak lagi berdiri di gang tempatnya tadi.Ia kini tergantung di atas.Lalu disadarinya bahwa kini ia sedang berhadapan dengan sebuah wajah.Wajah si penjual kebab.Tapi Hamzah baru menyadari bahwa si penjual kebab ternyata tidak memilliki wajah.Lalu Hamzah men