Beberapa menit kemudian, hujan menyapu gudang di mana jaksa wilayah Chuck Beefman sedang berjalan di sebelah seorang berbadan besar, seorang penjaga gudang, sambil memeriksa isi muatan untuk dikirimkan dengan menggunakan senter.
Mereka berhenti ketika Chuck menemukan sesuatu.
“Inilah yang kumaksud.” Kata Chuck.
“Ada masalah dengan itu?” tanya si penjaga pelabuhan.
“Harusnya ini tidak di sini. Ada 250 kontainer yang mencapai Singapura, tapi identifikasi atas barang di dalamnya tidak seragam. Aku berpikir ada yang tidak beres.”
Si penjaga gudang melihat ke arah Chuck.
“Kita semua tahu apa yang terjadi. Kau dan aku tidak seharusnya ingin mengetahui apa pun yang dilakukan Mr. Al Ghozy.”
“Banyak hal bekerja dengan cara berbeda sekarang. Buka barang ini.” Kata Chuck.
Dengan enggan si penjaga pelabuhan menuruti keinginan Chuck. Chuck naik ke truk kontainer dan menemukan sejum
Pukul sembilan malam, kota New York diselimuti kabut tebal. Para pengemudi taksi di jalanan kota telah menyerah dan memilih untuk pulang. Sebagian ada yang bertahan dan berharap kabut segera hilang.Tapi di sebuah gang, sebuah gerobak penjual makanan masih terbuka dan melayani penjualnya. Gerobak itu menjual kebab.Hamzah mengambil kebab dari gerobak itu, mengunyah, dan menelannya sambil berlalu. Ia meninggalkan si penjual kebab di belakangnya, di tengah-tengah hujan. Hamzah berlari sambil berusaha seminimal mungkin tersandung benda-benda di sela-sela gang kota.Kabut benar-benar menghalangi pandangannya.Tiba-tiba sesuatu melingkupi dirinya, dan tahu-tahu Hamzah tidak lagi berdiri di gang tempatnya tadi.Ia kini tergantung di atas.Lalu disadarinya bahwa kini ia sedang berhadapan dengan sebuah wajah.Wajah si penjual kebab.Tapi Hamzah baru menyadari bahwa si penjual kebab ternyata tidak memilliki wajah.Lalu Hamzah men
Seperti orang lain di New York City, Rais mengetahui tempat yang disebut dengan “Abu Ghuraib”. Tapi seperti halnya orang-orang yang hidup di kalangan atas, ia tidak pernah mengunjungi lingkungan itu, sebuah pulau yang dipisahkan dengan sungai dan memiliki jalan-jalan yang menghubungkan antara satu rumah dengan rumah yang lain. Akses jalan tersebut adalah satu-satunya jalan yang menghubungkan rumah ke rumah. Rais Hoetomo tidak punya urusan untuk mengunjungi lingkungan tersebut.Tapi malam ini ia adalah Caliph.Hari itu adalah sebuah malam yang diguyur oleh hujan deras dan membasahi seluruh area, tanpa berhenti. Rais memasuki area perumahan,memanjat pagar besi, dan melewati penjagaan orang-orang di sana. Rumah-rumah yang diisi oleh keluarga, terdiri atas kepala orang tua dan anak-anak, menempati ruang-ruang kecil. Pipa-pipa, cat buram, suasana gelap, dan pintu-pintu rapuh terlihat di sana. Caliph menemukan sebuah tangga yang bisa dipanjatnya, dan mulai naik.
Rais membuka matanya.Ia sedang berada di atas ranjangnya, di kamarnya, dan Malikha sedang duduk di tepi ranjang.“Bagaimana aku bisa di sini?” tanya Rais.“Sudah dua hari. Dan hari ini ada rapat umum pemegang saham perusahaanmu. Kau tidak ingat?” tanya Malikha.Rais duduk, mengambil segelas besar air putih di samping mejanya, dan segera menghabiskannya.“Itu adalah sebuah senjata halusinogen yang dapat membuat false memory. Aku pernah menemui hal itu. Jika saja aku menghirupnya lebih banyak...”“Kau benar-benar mengambil mainan yang berbahaya.” Kata sebuah suara yang terdengar familiar.Rais menoleh ke arah suara, dan melihat Aisha Mahmood sedang duduk di tepi jendela, dengan senyumnya yang manis.“Aku memanggilnya saat kondisimu semakin memburuk.” Kata Malikha.“Aku menganalisis darahmu dan ada yang berbeda.” Kata Aisha.“Lalu bagaiman
Saat Hawles sedang berada di mobilnya, ia menelepon asistennya dan memberi perintah.“Janice, aku harus menghadiri rapat umum pemegang saham. Sepertinya harus kusiapkan laporan. Kau bisa coba susun? Ia mungkin menyukai sesuatu yang normatif, tapi juga terdengar cukup menjanjikan.”Hawles turun di divisi applied sciences dan menemukan Aisha Mahmood sedang berkonsentrasi di depan komputernya. Aisha nampak tidak mendengar kedatangan Hawles sehingga ia tidak nampak mempedulikannya.“Sibuk?” tanya Hawles.“Ah, sebuah kehormatan Anda bisa datang ke tempatku ini.” Sambut Aisha.“Apakah Hoetomo Junior sering kemari?”“Sesekali.”“Sebaiknya kau melupakan dia. Ia bukan levelmu untuk mendapatkan posisi, dan sepertinya ia tidak tertarik kepadamu.”“Kau jauh-jauh datang kemari hanya untuk mengatakan itu?”Hawles duduk di meja seberang Aisha.&l
Malam sudah cukup larut ketika Jenna Molina mengendarai mobilnya menuju Abu Ghuraib. Ia mengemudi dengan pelan karena menghindari lubang-lubang jalanan yang membuat New York seperti kota habis perang. Lampu jalanan memang ada, tapi hanya sebagai syarat. Ketika ada di antara lampu-lampu itu yang mati, tidak ada yang memperbaikinya. Untung saja ada cahaya bulan yang membantu penerangannya.Jenna berhenti di sebuah bangunan kuno yang nampak suram. Bangunan ini bisa disebut terkenal, namun tidak ada orang yang ingin berada di sana. Sebuah bangunan besar dengan jendela-jendela yang selalu tertutup dan tangga-tangga yang berderit. Jenna tahu bahwa ia sedang menuju tempat mimpi buruk berada. Tapi ia tetap berhenti di sana dan memasuki bangunan tujuan tugasnya ini.Ia berbicara dengan seorang penjaga di pintu gerbang. Tidak lama kemudian seorang berpakaian putih-putih membawanya ke bagian gedung dengan tulisan “pasien”.Jenna mendapati Dr. Niles berada di uj
Caliph melakukan prosedurnya untuk memeriksa apakah gas yang digunakan Niles berpengaruh atas dirinya. Tidak ada yang nampak salah. Aisha telah membuat penangkal dari racun halusinogen itu. Caliph telah menggunakannya dan terbukti bahwa penangkal racun itu berhasil. Ia juga memastikan bahwa Niles tidak tahu akan hal ini. Yang dipikirkannya adalah apa yang dikatakan orang itu.Apakah Niles tahu tentang Ibnu Awwad?Apakah Niles ada hubungannya dengan Al Qaeda?Caliph melepaskan Niles dan membiarkannya tergeletak di lantai. Ia lalu berjalan ke arah Jenna yang terbaring di meja dengan masih kehilangan kesadaran.Dari sabuknya, Caliph mengambil senter kecil dan memeriksa seluruh ruangan. Ia menemukan ada sebuah lubang besar di lantai dan sejumlah karung kosong di sekitar lubang tersebut. Diarahkannya senter ke lubang tersebut dan ia menemukan sebuah lorong.Lorong rahasia.Caliph juga menemukan ratusan karung yang masih berisi ada di set
Di luar, sekumpulan polisi sedang mengepung penjara. Mereka menyinari dinding gedung dengan penerangan besarnya. Sementara polisi lain sedang mengarahkan pistol, dan sebagian lagi berjaga-jaga.Hamzah mendatangi seorang polisi berpangkat kapten.“Apa yang kita tunggu?”“Bantuan.”“Bantuan?”“Caliph ada di sana, dan kita butuh Garda Nasional. Mereka sedang dalam perjalanan. Tapi jika kau ingin pergi, silakan.”“Yah...jika memang Garda Nasional akan datang...”Andrea Izmaylov turun dari mobilnya dan mendatangi kumpulan polisi di sekitar penjara.“Aku mendengar beritanya dari radio. Apa yang sedang terjadi?” tanyanya kepada Hamzah.“Ada sebuah situasi di dalam gedung penjara. Orang-orang mengatakan bahwa Caliph ada di sana.”Andrea melewati Hamzah dan masuk melalui pintu gerbang besar penja
Awan menutupi cahaya bulan dan bergerak searah angin. Beberapa hewan malam juga nampak menutupi cahaya bulan. Itulah yang dilihat oleh Hamzah, makhluk-makhluk malam sedang berkeliaran. Ia dan sejumlah polisi melihat hal tersebut, lalu mengabaikannya.Memangnya apa yang mereka harapkan?Tempat semenyeramkan ini tidak heran jika ada hal seperti itu. Mungkin ratusan atau ribuan lagi akan datang, lalu benar-benar menutupi cahaya bulan. Mereka terbang mengelilingi bangunan dan entah bersarang di mana.“Itu mungkin perbuatannya.” Kata Hamzah kepada seorang kapten. “Tidak mungkin kebetulan, ratusan kelelawar datang seperti itu. Sebenarnya dia itu apa sih?”Di dalam gedung, sejumlah tembakan peluru menghantam dinding dan merepotkan tim GARDA NASIONAL di sana. Mereka yang sedang menaiki tangga berteriak saat tembakan-tembakan tersebut itu nyaris melukai wajahnya.Caliph berdiri di atas bangunan, melihat ke arah kota. Bayangan dirinya