Beberapa waktu kemudian, Rais telah mengenakan pakaian serba hitam dan terbang di atas atap-atap rumah. Bahkan apartemen tempat Malikha tinggal pun tidak luput dari langkah kakinya.
Ia melanjutkan perjalanannya hingga ke luar kota, bahkan pepohonan juga dilewatinya dengan zig-zag. Rais benar-benar melayang dengan mantap.
Rais mendarat di tengah sebuah hutan dan menyusurinya. Ia memasuki hutan lebih dalam dan menuju ke arah kegelapan. Ia terus masuk hingga dasar angin dingin bertiup ke arah wajahnya. Lalu dinyalakannya senter yang ia bawa, dan diarahkan ke sejumlah arah.
Lalu Rais teringat kejadian di masa lalu.
9/11.
Rais melihat sebuah lubang yang cukup besar. Ia lalu memasang senternya di kepala untuk alat penerangan.
Itu adalah lubang yang dibuatnya beberapa hari silam.
Saat ia menganggap lubang yang ada telah menjadi cukup besar, Rais memasukinya. Ia berada di dalam sebuah lorong yang cukup besar untuk dilewati.
Rais menden
Malam ini adalah sebuah malam minggu. Tidak heran panti pijat milik Alam Al Ghozy begitu penuh dan ramai. Al Ghozy mendengarkan suara orang-orang tertawa yang bercampur dengan suara para pemijat menembus dinding kantornya.Sambil duduk bersandar di kursi kulitnya, ia menghadapi seorang pria kurus pucat di depannya. Di belakang Al Ghozy, pengawalnya berdiri dengan setia, persis seperti seekor anjing penjaga.“Keadaan ini cukup buruk, Al Ghozy.” Kata Jonathan Niles. “Sudah ada yang mencium semua ini.”“Hei, kawan, apakah kau takut? Kau ‘kan sudah tahu bagaimana ini akan bekerja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan.”“Aku akan dengan senang hati mempercayaimu, asalkan aku tahu siapa yang akan membayar kepercayaan itu.”“Dengar, bagiku uang tidak pernah menjadi masalah.”Niles bersandar ke kursi di belakangnya. Sekilas ia nampak gugup.Sebenarnya tidak, ia sama sekali tida
Kebanyakan orang-orang sibuk di New York sedang berjuang untuk mencapai kantornya, mengisi penuh gelas kertas mereka dengan kopi, dan menyusun strategi untuk menjalani hari mereka. Tapi Clinton Hawles bukan orang yang terlalu patuh kepada suatu ritmik seperti itu. ketika jam masih jauh dari pukul sembilan, rapat staf di Hoetomo, inc. telah berlanjut selama lebih dari satu jam.Seorang eksekutif muda berambut pirang dan bertubuh tegap, dengan pakaian serba mewah sedang berbicara kepada seluruh orang di ruangan itu, sambil terus menggerakkan tangannya.Namanya David Bow.“Kita melihat bahwa pertumbuhan dan profit kita cukup meningkat pesat.” Katanya.Seseorang yang lebih senior bernama Neil Scholes berbicara sambil berdiri.“Ada beberapa hal yang mungkin tidak akan disetujui Mr. Hoetomo.” Katanya.“Begitu? Bisa Anda jelaskan?” timpal Bowles.“Bisnis peralatan berat, itu kurang menguntungkan.&rdq
Pada pukul sembilan pagi, keesokan harinya, Malikha mendapati berita di New York Times bahwa Hoetomo, inc. telah kembali aktif di bidang pengembangan teknologi tinggi dan mengambil peran besar dalam bisnis tersebut.Siang harinya, sejumlah televisi dan koran Amerika Serikat telah membuat janji wawancara dengan para petinggi perusahaan untuk mendapatkan berita terkini tentang aksi korporasi yang akan dilakukan. Rais memperhatikan fenomena tersebut dari televisi sambil tersenyum.Bahkan koran-koran lokal di sejumlah kota memasukkan aksi korporasi Hoetomo dalam berita mereka, walaupun bukan berupa tajuk utama. Sejumlah radio juga memberitakan aksi tersebut dalam sesi jeda mereka. Meskipun sejumlah televisi tidak terlalu memberi porsi kepada berita ini, karena merupakan saingan dari Hoetomo, inc.Salah seorang reporter televisi bernama Jill Baker mengatakan kepada suaminya bahwa tidak terlalu penting mengambil berita tentang permainan yang diambil Rais saat ini.
Malam harinya, Rais menyalakan televisi untuk melihat semua berita tentangnya. Malikha juga ada di sana menemaninya.“Kau telah membuat New York, bahkan Amerika, cukup menaruh perhatian atas aksimu.” Kata Malikha.“Mereka mendapatkan gairah dan apa yang mereka inginkan. Aku harus memberi mereka salut atas semua itu.”“Apakah semua berjalan sesuai rencanamu?”“Masih, tapi ini belum masuk ke dalam rencana utama.”Rais mengenakan peralatan memanjat yang diberikan Aisha untuknya, dan bergantung lima puluh kaki di atas permukaan sumur. Ia menancapkan paku kepada dinding untuk pijakannya. Penerangan muncul dari lampu-lampu yang dipasangnya di tubuh dan kepala.“Oke.” Kata Rais.“Kita coba.” Lanjutnya.Malikha menyalakan lampu laborarorium.“Ternyata kau sudah menyelesaikannya.” Kata Malikha.Rais turun, menyentuh tanah, dan
Beberapa menit setelah dibuka, tempat milik Al Ghozy sudah tidak memiliki lagi kapasitas untuk menampung pelanggannya. Udara di sana sudah dipenuhi asap dan aroma minuman keras tercium di mana-mana. Suara orang di dalam dapat terdengar dari luar sana. Tapi tidak ada orang di dalam yang peduli akan hal itu.Hakim Berndtner duduk di antara dua perempuan cantik yang melayaninya sambil meminum koktail. Al Ghozy nampak sangat bersahabat dan menyambut si penegak hukum tersebut di tempatnya.“Al Ghozy,” Kata Berndtner saat melihat orang itu pergi. “Kau mau ke mana?”“Ada yang harus kutangani. Pastikan saja kau nyaman di sini.”Berndtner yakin bahwa ia memang akan memiliki waktu yang indah di sini. Ia merapatkan tubuh gempalnya kepada dua orang perempuan di sampingnya sambil membisikkan sesuatu kepada mereka. Mereka bertiga pun bangkit dari tempat itu, dan pergi ke luar tempat Berndtner memarkir mobilnya. Supir Berndtner membuk
Detektif Hamzah masuk ke dalam ruangan Al Ghozy.“Aku membutuhkanmu besok saat pengiriman.” Kata Al Ghozy.“Ada masalah?”“Aku tidak ingin ada masalah dengan jaminan pengiriman. Ini adalah pesanan langsung dari Imam Besar.”“Tentu saja, kau tidak perlu khawatir. Semua akan berjalan sesuai pesanan.” Kata Hamzah. “ Hanya saja, kau harus mengurusi sesuatu di kantor kejaksaan.”“Begitu? Kenapa demikian?”“Kau harus membayar sebuah harga untuk pekerjaan itu.”“Apa maksudmu sebenarnya, Hamzah?”“Apa kau ingat gadis yang kuceritakan kemarin? Dia pejuang yang sangat ulet di kantor kejaksaan. Ia telah menyelidiki semua berkas yang mencurigakan. Sekarang ia sedang mencurigai aliran barang dari perusahaanku. Perlu cukup banyak hal untuk membungkamnya, bahkan untukmu.”“Jangan remehkan aku. Semua hal bisa kulakukan di ne
Waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Rais Hoetomo telah berada di kantornya dengan stelan yang cukup sederhana namun tidak mengurangi wibawanya. Ia menyapa setiap orang yang ditemuinya, lalu mengambil jalan ke gedung riset dan pengembangan.Aisha Mahmood tersenyum menyambutnya.“Sekarang ada apa?” tanya Aisha.“Alat untuk pelindung ketika terbang.” Kata Rais. “Yang bisa meminimalisir gesekan udara.”“Seperti tameng?”“Ya, seperti itu. kau punya?”Aisha nampak berpikir sejenak.“Ya, sepertinya ada.”Aisha mengajak Rais ke ruangan luasnya, membuka sebuah dus dan memperlihatkan sebuah benda yang lebih mirip jubah.“Itu yang kau maksud?”Rais menghampiri Aisha dan menerima baju karet yang ditunjukkan perempuan tersebut.“Ini nampak seperti karet biasa.” Kata Rais.“Ya, tapi coba jika dialiri arus lis
Pagi berikutnya terdapat sebuah berita yang lebih mirip gosip di surat kabar. Dalam berita tersebut dikatakan bahwa Rais Hoetomo telah menghilang kembali ke Amerika Utara. Ia akan pergi untuk berlibur dan menikmati pemandangan Alaska serta mengunjungi Kanada.Padahal tempat yang ia tuju adalah Himalaya. Rais pergi ke sana untuk menguji kekuatan supernya. Namun berita-berita yang beredar justru jauh dari kenyataan, bahkan mendekati pun tidak.Membaca berita itu, Rais menyadari bahwa apa pun bisa menjadi gosip saat ini. Lebih baik dirinya benar-benar bersembunyi dari publisitas, terutama ketika hendak menguji kekuatan supernya.Rais telah hidup dan belajar.Ia kembali dari Himalaya dua pekan kemudian. Kepada seorang pegawai layanan pelanggan, Rais mengatakan bahwa ia hanya membawa uang tunai karena disebabkan oleh suatu hal, kartu kreditnya tidak dapat digunakan. Ditanyakannya apakah tiga ribu dolar cukup untuk membawanya kembali ke New York.