Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Abdul Aziz baru saja keluar dari gedung Capitol Hill untuk menuju mobilnya. Hari yang padat telah ia lalui kali ini, seperti halnya hari-hari lainnya.
Ia memasuki lahan parkir untuk mulai mengendarai mobilnya. Yang tidak ia sadari adalah sebuah sosok dari balik kegelapan sedang mengamatinya.
Sosok itu berada di puncak atap Capitol Hill dan sedang mengarahkan pengintai mikroskopiknya ke arah Abdul Aziz. Dengan alatnya tersebut, ia mengunci telepon genggam Abdul Aziz dengan sinyal yang tidak akan mempengaruhi sinyal telepon Abdul Aziz sama sekali.
Namun sejak saat itu, apa pun yang dilakukan Abdul Aziz dapat didengar olehnya.
Abdul Aziz menjalankan mobilnya dan pergi meninggalkan Capitol Hill untuk pulang.
Sosok gelap di puncak Capitoll Hill itu terbang menuju arah berlawanan.
Tidak ada hal aneh yang ditemukan Rais dari kehidupan Abdul Aziz. Pengintai yang telah ditempatkannya malam itu telah merekam semua lini kehidupan Abdul Aziz.Rais mendapati Abdul Aziz adalah orang yang lurus. Ia merupakan orang yang sangat peduli kepada keluarganya.Satu pekan sudah Rais mengintai Abdul Aziz dan keluarganya. Tidak ada riak berarti dalam kehidupan mereka. Abdul Aziz selalu makan malam bersama keluarganya. Setelah itu, mereka bercengkerama, menonton televisi, atau bermain Playstation bersama.Ia juga menemani putrinya hingga gadis kecil itu terlelap. Lalu Abdul Aziz sendiri pergi ke kamar tidur bersama istrinya.Di pagi hari, Abdul Aziz bangun bersama istrinya untuk salat subuh. Tidak lupa, mereka juga membangunkan Aida dan membiasakannya untuk ikut salat.Kemudian tiba waktu sarapan. Selang satu hari, Abdul Aziz berbagi giliran membuat sarapan dengan Janna. Jika hari ini Janna yang memasak, maka esoknya adalah giliran Abdul Aziz. R
Abdul Aziz juga menjadi fenomena media. Semua kegiatan, bahkan langkahnya selalu menjadi berita. Undangan dari stasiun-stasiun televisi semakin lama semakin banyak berdatangan.Karirnya menjadi sorotan publik. Tindakannya yang berdiri terdepan melawan terorisme adalah hal yang sangat diinginkan publik. Setiap undang-undang yang diperjuangkannya pasti muncul di halaman depan surat kabar.Ia adalah komoditas baru bagi media. Kamera telah menjadi bagian dari kehidupan Abdul Aziz sehari-hari.Sebuah kolom opini di Washington Post dengan gamblang memuat ulasan tentang Abdul Aziz.Senator Abdul Aziz dari California telah membawa wajah baru bagi dunia politik Amerika Serikat. Kita mengingat tiga tahun lalu, seorang Afrika-Amerika juga menjadi fenomena, dan kini ia berhasil menjadi presiden.Apakah ini adalah fenomena semacam itu?Apa pun, semua yang dilakukan Mr. Aziz harus kita apresiasi. Kita semua muak dengan terorism
Jika orang melihat pinggiran Washington, maka akan sangat sedikit bahkan mungkin tidak ada yang memperhatikan sebuah bangunan setengah jadi yang terhimpit bangunan lainnya. Ada rumor yang mengatakan bahwa pemiliknya terlilit utang sehingga tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pembangunannya. Ada juga yang mengatakan bahwa bangunan itu habis karena terbakar. Tapi jika demikian, anehnya bangunan lain tidak terdampak.Yang tidak diketahui oleh orang banyak, bangunan itu memiliki lantai lain. Sebuah ruangan bawah tanah yang tidak bisa dimasuki sembarang orang.Di sana, Iqbal Anwar melakukan pertemuan antar kelompok.“Jadi, Anda yang menamakan diri kelompok Muthmainin?” tanya Iqbal.“Ya, memang demikian.” jawab salah satu anggota kelompok yang dihadapinya.Mereka mengitari sebuah meja. Terlihat jelas bahwa di sisi kanan adalah kelompok Iqbal. Sementara sisi lain ditempati kelompok yang menamakan dirinya Muthmainin tersebut.
Di dalam ruang kerjanya, Silvester Morran mengurung diri. Ia telah memerintahkan kepada sekretarisnya untuk mengusir siapa pun yang datang. Morran tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Saat ini, yang ada di dalam pikirannya adalah menyelamatkan karir dan bisnisnya.Seseorang bernama Al Qassar telah menemuinya beberapa hari lalu. Orang itu menunjukkan bahwa jaringan milik Morran telah dihabisi oleh Caliph. Semua aliran dana, perdagangan bawah tanah, dan sejenisnya, telah diblokir.Caliph memang benar-benar bukan isapan jempol.Salah seorang anak buah Morran telah mendatangi dirinya kemarin. Orang itu melaporkan tentang terhambatnya aliran dana mereka di Timur Tengah.Lalu muncul Al Qassar.Orang ini menjanjikan kematian Caliph, asalkan Morran bisa menuruti kemauan Al Qassar.Bloody hell, yang kupedulikan saat ini bukan hanya Caliph, tapi juga Abdul Aziz, pikir Morran. Dua orang itu adalah masalah utamanya sekarang. \Ia mulai m
“Anda yakin ini tempatnya?” tanya Abdul Aziz.“Tidak ada yang bisa memastikan. Tapi mungkin ia akan muncul di sini.” Jawab Andrea Izmaylov.Mereka berdua berada di sebuah gang sepi yang terletak pada sisi lain Washington.“Bagaimana Anda bisa begitu yakin?” tanya Abdul Aziz.“Karena aku melihat sinyal ponsel kalian berdua ada di tempat yang sama.” Terdengar sebuah suara, lalu sosok gelap muncul.Caliph.“Kami memang mengharapkanmu datang.” Kata Andrea.“Sudah kuduga.” Jawab Caliph. “Senator.” Ia menyapa Abdul Aziz.“Cukup Abdul Aziz, terima kasih.”“Langsung saja, pergerakan kelompok baru sedang memanas. Arab Spring menjadi pemicunya.” Kata Andrea.“Agen Izmaylov, kau berbicara tentang Al Mualimin?”“Tepat.”“Al Mualimin? Ia yang menjadi pemegang dana di Timur Teng
Esok paginya, Aisha Mahmood menerima pesan singkat dari Rais Hoetomo.“Bawah tanah.” Demikian pesan singkat itu.Aisha menemui Rais yang sedang menginspeksi pesawat tempurnya.“Ada misi khusus?” tanya Aisha.“Al Mualimin.”“Jadi kau akan pergi ke Irak?”“Kau yang harus tentukan.”“Saluran mana yang harus kupilih?”“Bahrun Hamzah, itu bonekanya. Ia yang memegang dana Mualimin.”“Saudagar sabun itu?”“Tepat.”“Jadi kau ingin aku menjalin kontak dengannya?”“Ya, dan perangkap sinyalnya. Dari situ akan kuurus Mualimin.”“Oke, kau akan bawa pesawat ini?”“Hanya untuk jaga-jaga.”“Jadi, penerbangan manual?”“Mungkin. Tapi aku akan menggunakan jalur normal untuk sampai ke Irak.”“Berarti ak
Rais telah berada di dalam pesawat yang membawanya ke Baghdad. Ia mendapatkan kursi dekat jendela. Rais sengaja tidak membeli tiket kelas satu. Di sini, Rais bisa melihat para orang tua yang sibuk menenangkan anaknya di udara.Mereka semua bertampang Arab.Rais berpikir, apakah mereka adalah orang Irak?Jika ya, berarti mereka orang Irak yang tinggal di Amerika.Berarti mereka hendak pulang ke negaranya?Lalu mengapa mereka hendak pulang?Bukankah di sana masih banyak konflik?Apalagi mereka membawa anak-anak.Arab Spring sedang panas-panasnya.Apakah mereka tidak tahu?Ataukah memang ada hal yang tidak bisa dijelaskan secara logika.Rais pernah mempelajari tentang hal ini, bahwa kerinduan akan tanah air dan kampung halaman dapat mengalahkan logika apa pun. Walaupun mereka telah berada di Amerika yang damai, namun kerinduan akan kampung halaman di Irak bisa jadi tidak dapat dibendung. Karena itu mereka pula
Bangunan tempat pertemuan geng teroris masih terlihat seperti biasa. Seperti biasanya juga, tidak aka nada orang yang akan curiga dengan bangunan tersebut. Bangunan yang nampak seperti bangunan terabaikan, bahkan berhantu.Para teroris sedang berunding di dalamnya. Mereka memperhatikan gambaran-gambaran yang diperlihatkan oleh seseorang yang nampaknya adalah pimpinan di sana. Semua diam dan menyimak apa yang disampaikan orang tersebut.Tiba-tiba pintu dibuka dan seseorang masuk ke sana.Semua mata terarah kepada orang yang masuk tersebut.Sebuah sosok berjalan perlahan ke arah mereka sambil tersenyum.“Siapa yang mengizinkanmu masuk?” tanya si pimpinan.“Kenyataan bahwa sekarang aku berkuasa di sini.” Jawab orang itu, yang tak lain adalah Al Qassar.“Kau tahu sedang berada di mana?”“Aku tahu.”“Dan kau tahu sedang berhadapan dengan siapa?”“Aku tid
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena