Abdul Aziz memang telah menjadi harapan baru bagi umat Muslim, terutama di Amerika. Ia menjadi senator Muslim pertama di Amerika Serikat. Gebrakan-gebrakannya untuk melawan terorisme sangat menjadi sorotan.
Terlebih lagi dengan identitasnya sebagai seorang Muslim.
Abdul Aziz banyak menjadi aktor utama dalam lahirnya undang-undang anti terorisme. Justru di saat pandangan dunia sedang skeptis terhadap Islam, seorang Muslim berada di garis depan dalam memerangi stigma negatif tersebut.
Latar belakangnya adalah keluarga menengah ke atas. Abdul Aziz lahir di keluarga pedagang. Ayahnya seorang pemilik supermarket yang memiliki sejumlah cabang. Abdul Aziz sendiri memiliki dua adik perempuan.
Mereka sekeluarga hidup berkecukupan. Walaupun demikian, Abdul Aziz telah diajari untuk hidup mandiri sejak remaja. Ia diberi kepercayaan menjaga salah satu cabang supermarket ayahnya. Setiap pekan, ia harus melaporkan hasil penjualan dan mendapat pemotongan upah untuk mengg
Waktu telah menunjukkan pukul delapan malam. Abdul Aziz baru saja keluar dari gedung Capitol Hill untuk menuju mobilnya. Hari yang padat telah ia lalui kali ini, seperti halnya hari-hari lainnya.Ia memasuki lahan parkir untuk mulai mengendarai mobilnya. Yang tidak ia sadari adalah sebuah sosok dari balik kegelapan sedang mengamatinya.Sosok itu berada di puncak atap Capitol Hill dan sedang mengarahkan pengintai mikroskopiknya ke arah Abdul Aziz. Dengan alatnya tersebut, ia mengunci telepon genggam Abdul Aziz dengan sinyal yang tidak akan mempengaruhi sinyal telepon Abdul Aziz sama sekali.Namun sejak saat itu, apa pun yang dilakukan Abdul Aziz dapat didengar olehnya.Abdul Aziz menjalankan mobilnya dan pergi meninggalkan Capitol Hill untuk pulang.Sosok gelap di puncak Capitoll Hill itu terbang menuju arah berlawanan.
Tidak ada hal aneh yang ditemukan Rais dari kehidupan Abdul Aziz. Pengintai yang telah ditempatkannya malam itu telah merekam semua lini kehidupan Abdul Aziz.Rais mendapati Abdul Aziz adalah orang yang lurus. Ia merupakan orang yang sangat peduli kepada keluarganya.Satu pekan sudah Rais mengintai Abdul Aziz dan keluarganya. Tidak ada riak berarti dalam kehidupan mereka. Abdul Aziz selalu makan malam bersama keluarganya. Setelah itu, mereka bercengkerama, menonton televisi, atau bermain Playstation bersama.Ia juga menemani putrinya hingga gadis kecil itu terlelap. Lalu Abdul Aziz sendiri pergi ke kamar tidur bersama istrinya.Di pagi hari, Abdul Aziz bangun bersama istrinya untuk salat subuh. Tidak lupa, mereka juga membangunkan Aida dan membiasakannya untuk ikut salat.Kemudian tiba waktu sarapan. Selang satu hari, Abdul Aziz berbagi giliran membuat sarapan dengan Janna. Jika hari ini Janna yang memasak, maka esoknya adalah giliran Abdul Aziz. R
Abdul Aziz juga menjadi fenomena media. Semua kegiatan, bahkan langkahnya selalu menjadi berita. Undangan dari stasiun-stasiun televisi semakin lama semakin banyak berdatangan.Karirnya menjadi sorotan publik. Tindakannya yang berdiri terdepan melawan terorisme adalah hal yang sangat diinginkan publik. Setiap undang-undang yang diperjuangkannya pasti muncul di halaman depan surat kabar.Ia adalah komoditas baru bagi media. Kamera telah menjadi bagian dari kehidupan Abdul Aziz sehari-hari.Sebuah kolom opini di Washington Post dengan gamblang memuat ulasan tentang Abdul Aziz.Senator Abdul Aziz dari California telah membawa wajah baru bagi dunia politik Amerika Serikat. Kita mengingat tiga tahun lalu, seorang Afrika-Amerika juga menjadi fenomena, dan kini ia berhasil menjadi presiden.Apakah ini adalah fenomena semacam itu?Apa pun, semua yang dilakukan Mr. Aziz harus kita apresiasi. Kita semua muak dengan terorism
Jika orang melihat pinggiran Washington, maka akan sangat sedikit bahkan mungkin tidak ada yang memperhatikan sebuah bangunan setengah jadi yang terhimpit bangunan lainnya. Ada rumor yang mengatakan bahwa pemiliknya terlilit utang sehingga tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pembangunannya. Ada juga yang mengatakan bahwa bangunan itu habis karena terbakar. Tapi jika demikian, anehnya bangunan lain tidak terdampak.Yang tidak diketahui oleh orang banyak, bangunan itu memiliki lantai lain. Sebuah ruangan bawah tanah yang tidak bisa dimasuki sembarang orang.Di sana, Iqbal Anwar melakukan pertemuan antar kelompok.“Jadi, Anda yang menamakan diri kelompok Muthmainin?” tanya Iqbal.“Ya, memang demikian.” jawab salah satu anggota kelompok yang dihadapinya.Mereka mengitari sebuah meja. Terlihat jelas bahwa di sisi kanan adalah kelompok Iqbal. Sementara sisi lain ditempati kelompok yang menamakan dirinya Muthmainin tersebut.
Di dalam ruang kerjanya, Silvester Morran mengurung diri. Ia telah memerintahkan kepada sekretarisnya untuk mengusir siapa pun yang datang. Morran tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Saat ini, yang ada di dalam pikirannya adalah menyelamatkan karir dan bisnisnya.Seseorang bernama Al Qassar telah menemuinya beberapa hari lalu. Orang itu menunjukkan bahwa jaringan milik Morran telah dihabisi oleh Caliph. Semua aliran dana, perdagangan bawah tanah, dan sejenisnya, telah diblokir.Caliph memang benar-benar bukan isapan jempol.Salah seorang anak buah Morran telah mendatangi dirinya kemarin. Orang itu melaporkan tentang terhambatnya aliran dana mereka di Timur Tengah.Lalu muncul Al Qassar.Orang ini menjanjikan kematian Caliph, asalkan Morran bisa menuruti kemauan Al Qassar.Bloody hell, yang kupedulikan saat ini bukan hanya Caliph, tapi juga Abdul Aziz, pikir Morran. Dua orang itu adalah masalah utamanya sekarang. \Ia mulai m
“Anda yakin ini tempatnya?” tanya Abdul Aziz.“Tidak ada yang bisa memastikan. Tapi mungkin ia akan muncul di sini.” Jawab Andrea Izmaylov.Mereka berdua berada di sebuah gang sepi yang terletak pada sisi lain Washington.“Bagaimana Anda bisa begitu yakin?” tanya Abdul Aziz.“Karena aku melihat sinyal ponsel kalian berdua ada di tempat yang sama.” Terdengar sebuah suara, lalu sosok gelap muncul.Caliph.“Kami memang mengharapkanmu datang.” Kata Andrea.“Sudah kuduga.” Jawab Caliph. “Senator.” Ia menyapa Abdul Aziz.“Cukup Abdul Aziz, terima kasih.”“Langsung saja, pergerakan kelompok baru sedang memanas. Arab Spring menjadi pemicunya.” Kata Andrea.“Agen Izmaylov, kau berbicara tentang Al Mualimin?”“Tepat.”“Al Mualimin? Ia yang menjadi pemegang dana di Timur Teng
Esok paginya, Aisha Mahmood menerima pesan singkat dari Rais Hoetomo.“Bawah tanah.” Demikian pesan singkat itu.Aisha menemui Rais yang sedang menginspeksi pesawat tempurnya.“Ada misi khusus?” tanya Aisha.“Al Mualimin.”“Jadi kau akan pergi ke Irak?”“Kau yang harus tentukan.”“Saluran mana yang harus kupilih?”“Bahrun Hamzah, itu bonekanya. Ia yang memegang dana Mualimin.”“Saudagar sabun itu?”“Tepat.”“Jadi kau ingin aku menjalin kontak dengannya?”“Ya, dan perangkap sinyalnya. Dari situ akan kuurus Mualimin.”“Oke, kau akan bawa pesawat ini?”“Hanya untuk jaga-jaga.”“Jadi, penerbangan manual?”“Mungkin. Tapi aku akan menggunakan jalur normal untuk sampai ke Irak.”“Berarti ak
Rais telah berada di dalam pesawat yang membawanya ke Baghdad. Ia mendapatkan kursi dekat jendela. Rais sengaja tidak membeli tiket kelas satu. Di sini, Rais bisa melihat para orang tua yang sibuk menenangkan anaknya di udara.Mereka semua bertampang Arab.Rais berpikir, apakah mereka adalah orang Irak?Jika ya, berarti mereka orang Irak yang tinggal di Amerika.Berarti mereka hendak pulang ke negaranya?Lalu mengapa mereka hendak pulang?Bukankah di sana masih banyak konflik?Apalagi mereka membawa anak-anak.Arab Spring sedang panas-panasnya.Apakah mereka tidak tahu?Ataukah memang ada hal yang tidak bisa dijelaskan secara logika.Rais pernah mempelajari tentang hal ini, bahwa kerinduan akan tanah air dan kampung halaman dapat mengalahkan logika apa pun. Walaupun mereka telah berada di Amerika yang damai, namun kerinduan akan kampung halaman di Irak bisa jadi tidak dapat dibendung. Karena itu mereka pula