"Excuse me, Sir. Can you help me, please?""Ya?" Pria paruh baya yang menjadi pemilik restoran cukup terkenal di Bali ini mengerjapkan kedua matanya bingung, menatap sesosok wanita asing di hadapannya. Otaknya mulai berpikir apa arti bahasa Inggris yang baru saja didengar ini. Sungguh, ia sama sekali tak mengerti! Inilah mengapa, terkadang ia berpikir untuk belajar bahasa Inggris agar dapat melayani wisatawan asing."Nona, aku minta maaf. Tapi, aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Bisakah kau sedikit berbahasa Bali?""I'm Sara... Sara Larasati. I need l water. I'm really-really thirsty. Are you understand?"Raden Mahesa..., itulah nama pria yang berumur 50-an ini. Terdengar ia menghela napas. Satu tangannya bergerak, menggaruk bagian kepala sebelah kiri yang sama sekali tak gatal. Menghadapi orang asing seperti inilah yang menjadi tantangan tersulitnya selama membuka restoran ini."Huhh... wanita ini bicara apa? Yang aku tau hanyalah kata 'You'. Apa dia mengatakan ingin memesanku?
Setelah peristiwa penusukan terjadi, semua pria berjas berkumpul dan memasuki restoran. Mereka menelepon polisi serta ambulans. Tapi, aku lihat, David kecil beserta ibunya berlari ke arah belakang restoran. Tidak--tetapi hanya ibunya saja. Mengingat ketika itu, David terjatuh dan kakinya terkilir. Aku tak mengerti perkataan David ketika ibunya ingin berbalik membantunya."Ibu, lari! Tak usah mempedulikanku. Selamatkan dirimu. Aku seorang pria. Aku tidak akan apa-apa, Bu!"Wanita itu pada awalnya tak peduli akan perkataan David. la masih berniat menolong anaknya. David kembali berteriak untuk menyuruhnya pergi, hingga wanita itu pun menjauh setelah mendengar alarm mobil polisi dan ambulans. la berlari meninggalkan David seraya menangis.Aku menangis! Aku menatap Raden yang tengah membalutkan sebuah tirai ke punggung pria yang tertusuk itu untuk membantu menghentikan pendarahannya. Aku tak habis pikir, bahkan di saat seperti ini, pria itu masih ingin membantu korbannya. Untuk itulah, ak
Bali, Denpasar 2012RestoBay, 11.00 PMSebagian warga sepertinya sudah tidak asing lagi dengan nama salah satu restoran sederhana yang menyajikan masakan luar biasa ini di Bali, kota yang dijuluki Pulau seribu pura di Indonesia. Memiliki menu makanan yang begitu khas dengan cita rasa yang begitu menggiurkan membuat resto ini menarik banyak peminat. Tak hanya dari warga lokal, tapi banyak juga wisatawan asing yang tengah berlibur datang hanya untuk mencicipi olahan Nasi Campur Ayam Bali yang menjadi salah satu masakan best seller di Resto ini, tentu saja cita rasa yang di tawarkan tidak perlu diragukan. Pemilihan tempat yang begitu memperhatikan kenyamanan, begitu kaki melangkah masuk, pemandangan pantai Jimbaran dan desiran suara ombak langsung menyapa pendengaran, menjadi salah satu ikon yang menciptakan sensasi bersantap tersendiri yang unik dan menyenangkan.Maka, sudah tidak heran jika tempat ini menjadi tempat yang paling nyaman untuk beristirahat atau mengobrol dengan sanak sau
Ada saat di mana manusia tak sadar... Keegoisan dan rasa gengsi itulah yang membuat mereka kehilangan. Dan, menderita dalam sebuah penyesalan.***Five Years LaterJakarta, Indonesia, 11.30 WIBTampak seorang wanita berumur 27 tahun berdiri di depan Gedung Kesenian, di mana dulu ia pernah berada di tempat ini untuk melakukan acara besar. Banyak orang yang duduk untuk menunggunya berbicara. Gadis itu tersenyum dengan balutan jas putih. Baru tahun ini ia lulus sekolah kedokteran dan kembali ke Jakarta setelah beberapa tahun menetap di ibu kota Korea Selatan. Baginya, kota ini adalah rumah, tempat di mana ia pulang."Kalian telah mengenal siapa namaku? Ya, aku adalah Tiffany Hwang, salah satu alumni sekolah ini." Tiffany mengeluarkan suaranya seraya tertawa lebar."Kenapa aku mengatakan terbaik? Sebab, bagiku... tak ada kenangan yang paling indah kecuali saat menjadi siswi di sekolah ini. Mungkin, di antara kalian ada yang masih mengenalku, atau ingat dulu? Yah, terdengar sedikit menyedi
"Ya, hallo Sal? Kau di mana? Acara reuni ini akan selesai. Kau benar-benar mengingkari janjimu! Seminggu lalu kau mengatakan akan datang. Kau bahkan tak melihat hebatnya aku mengucapkan banyak kata kepada para tamu!""Aku masih ada pasien, Dokter Tiffany. Kau tak tahu betapa menyenangkan menjadi dokter anak dan bisa menyanyikan lagu untuk mereka dengan gitarku?""Kau sama saja dengan Matthew. Di mana pun, kapan pun, tak dapat lepas dengan alat musik. Bahkan, ketika telah menjadi selebritis seperti sekarang, tingkahnya tak berubah sama sekali. Kau tahu, minggu ini dia digosipkan dengan siapa? Aku benar-benar tak habis pikir dengan tingkah playboy satu itu!""Hahaha.., kau cemburu?""Hey, Sal! Siapa yang mengatakan jika aku cemburu?""Bukankah kalian sudah resmi menjadi sepasang kekasih 6 bulan lalu?""Ashㅡentahlah! Memiliki kekasih sepertinya justru membuatku banyak mengelus dada. Banyak adegan dia dengan wanita-wanita cantik di televisi. Aku benar-benar tak habis pikir, kenapa aku men
Kota Jakarta memiliki geografis yang berbukit sehingga terdapat banyak air terjun, sungai, danau, dan sumber air panas. Bahkan, tiga sungai di kabupaten Lahat telah dijadikan arena arung jeram, yaitu Sungai Lematang, Selangis, dan Manna. Tiffany tersenyum menatap indahnya kota ini. Seperti motto kota ini, bekerja sama, di mana masyarakatnya bersatu, semangat bergotong-royong, setia kawan, berpendirian teguh, serta bertanggung jawab. Seperti saat mereka menjalani hari-hari di sekolah waktu itu. Yah, itu mengapa, Tiffany sangat suka tempat ini. Nyaman! Tiffany berharap dapat hidup di sini setelah ia menikah. Helaian rambut panjangnya melayang di dalam mobil milik orang tua Salsha menuju Palembang, membiarkan angin menerpa wajahnya dengan sejuk.Aku merindukanmu, Ibu....Tiffany tersenyum lebar. Sejuknya udara di sini mengingatkannya akan masa lalu. Masa terbaik yang tak pernah ia lupakan. Tiffany juga mengingat saat bertengkar dengan Zea Anastasia, gadis yang saat ini di Meksiko, mendap
Tiffany diam! Gadis itu seakan ingin tertawa miris. Ia segera melangkah kembali ke mobilnya dan mengambil kotak obat. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat seorang pria berkacamata hitam berdiri di dekat mobil. Kulit putihnya bersinar. Tampan! Rambut kemerah-merahan yang ia miliki semakin terlihat. Rahang tegas itu sangat ia kenali!Tubuh Tiffany seketika gemetar. Pria itu berbalik, mendongak ke atas, dan membaca kalimat yang berada di atas tugu itu.Selamat Datang di Kota Ibu Kota, Jakarta, Negara Indonesia.Senyumnya tersimpul indah saat menyadari jika ia telah berada di kota ini, kota di mana lima tahun silam ia menetap sebagai orang pindahan. Bertahun-tahun sudah terlewat, ada banyak hal yang aku lupakan. Tapi.... kenapa detakan ini masih sama? Kenapa air mata itu masih tersisa? Apa aku belum benar-benar mengikhlaskannya? Melepaskannya untuk kelegaan diriku dan kebahagiaannya saat ini.Aku pikir, dia layaknya matematika. Di saat rumus-rumus itu dulu melekat erat di otakku
"Kau kembali?" lirih Tiffany seraya semakin mengeratkan pelukannya pada David. Lelaki itu tersenyum, mengusak surai hitam sang gadis dengan sayang. Jujur saja, ia hari ini memang ingin kembali, ingin kembali menemui separuh jiwanya yang ada di Ibu Kota. Namun, ia tak menyangka takdir akan secepat ini menemukannya dengan Tiffany. Setelah ia berhasil, merubah segalanya di Bali, ia memang sudah bertekad ingin menyusul kembali ke Jakarta. Entahlah, semakin lama perasaan ini bukan semakin redup tapi semakin merajalera merasuki dirinya semakin dalam. Tiffany Hwang, gadis yang berhasil meluluhkan hatinya. "Tentu aja, aku kembali. Aku sudah berjanji akan kembali padamu..."Mendengar perkataan David malah semakin membuat Tiffany mengeratkan pelukannya, dengan maksud lain ingin meredam suara tangisannya. Bahkan, ia sudah tidak peduli lagi dengan tatapan orang lain yang ada di sekitar mereka. Mengingat, mereka masih terjebak macet di tengah jalanan Ibu Kota. Sontak saja, itu memancing suara bi